"Sudah berapa lama kita berpisah? Aku harap kau masih menungguku seperti aku yang menunggumu."
2 years..
Waktu yang tentunya tak pendek. Sekitar lebih dari 700 hari Xiaojun berdiam diri di Korea untuk bekerja, pergi ke kampung halaman saat musim panas dan kembali pada musim gugur. Tak dapat diprediksi kapan sang cinta pertama kembali untuk memandangnya dengan mata tajam itu. Kedua temannya sudah tahu perihal Hendery, ia terpaksa menceritakan semuanya sebab perubahan sikap dirinya begitu terlihat di mata mereka.
Xiaojun akhirnya bisa membawa orangtuanya ikut merasakan indahnya negara Korea Selatan. Setelah bekerja susah payah, terbukti bahwa kerja keras tak mengkhianati hasil.
"Sungai Han sangat indah, Mama tak pernah berpikir bahwa akan dibayar untuk datang ke sini." Ujar sang Ibu tersenyum melihat anaknya, matanya lalu mengarah ke ponselnya untuk menjepret pemandangan di depannya.
"Mama dan Papa sudah membantuku supaya bisa merantau ke sini, ini saatnya membalas bukan?"
"Kau sudah dewasa sekali, Mama bangga." Kepala Xiaojun diusap dengan pelan, menunjukkan betapa sayangnya dia pada sang anak. "Ayo ke hotel, Papa pasti sudah lapar sekarang."
Xiaojun tersenyum dan mengangguk. "Mama duluan saja, aku akan menyusul."
"Jangan lama-lama, nanti Mama tinggal."
Kekehan terdengar, Xiaojun hanya diam menatap wanita yang melahirkannya pergi menjauh menuju tempat penginapan kedua orangtuanya. Ia sendiri hanya berdiam, ingin mengingat tentang Hendery dan kenangan hangat mereka selama satu bulan. Satu butir air jatuh begitu saja tanpa permisi dari mata Xiaojun.
"Dejun."
Dirinya merasa bodoh sekarang sampai berhalusinasi.
"Dejun."
Bahunya ditepuk perlahan oleh seseorang. Xiaojun dengan kesal berbalik, memperlihatkan Hendery berdiri di belakangnya tersenyum manis.
°°
"Aku rasa aku butuh penjelasan." Xiaojun mengambil secangkir kopi di hadapannya dan meminum perlahan.
"Tak ada yang harus dijelaskan, aku kembali ke sini dengan Papa dan Johnny beberapa menit yang lalu." Wajah Hendery terlihat santai mengatakannya.
"Sialan." Umpat Xiaojun, tidak berniat mengecilkan suaranya.
Hendery terkekeh geli. "Wah, kau sudah belajar banyak ya."
"Belajar matamu, aku menunggumu di sini selama dua tahun. Aku hanya menangis, tidak belajar." Cangkir milik cafe yang mereka masuki sedikit dibanting ke atas meja.
"Aku tahu itu tak mudah. Tapi, aku telah sembuh berkat Papa dan tentunya psikiater yang merawatku."
Alis kanan milik Xiaojun terangkat. "Benarkah? Kau sudah bisa keluar rumah dan berinteraksi?"
"Tentu, aku siap memulai hidup baru denganmu."
Mata Xiaojun membulat ketika Hendery secara spontan mengatakan itu. Telinganya mulai memerah karena hanya beberapa kata dari laki-laki di depannya, memalukan tapi bagaimana bisa ia menahannya.
"Terserah, aku harap kau tak pergi menjauh kembali."
Hendery tak menjawab, melainkan menatap Xiaojun dengan lekat, tidak dapat dipungkiri jika pria pendek itu semakin indah di matanya. Sebuah pujian klise, tapi benar adanya.
Ponsel Xiaojun berdering tiba-tiba, sang empunya mengangkat dengan cepat. "Halo?"
"Dejun, kau dimana? Mama sudah bilang nanti akan ditinggal, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
- Wound - [Henxiao] ✓
RomanceXiaojun tiba pada sebuah rumah di Korea yang membuka lowongan home-taker dengan gaji yang tinggi di internet. Hendery yang melihat kedatangan orang baru, membuatnya takut akan trauma. Tapi di sisi lain, ia ingin mengatasi rasa takutnya terhadap oran...