Suasana pagi ini terasa berbeda untuk Xiaojun, semakin hari ia semakin semangat untuk bekerja. Apalagi nanti dia akan membantu Hendery menanam tanaman yang sebentar lagi akan ia beli. Untuk hari ini, Xiaojun memilih untuk berjalan kaki ke toko yang menjual berbagai bunga dan tanaman.
"Hm.. sedang senang ya? Kau berniat berjalan kaki?" Pagi ini Seulgi muncul seperti biasanya, mengurusi apartemen miliknya dan hal lainnya.
"Iya nuna, seorang teman ingin mulai terbuka padaku."
"Baguslah kau sudah mendapatkan teman."
"Aku duluan ya."
"Ya, hati-hati."
Xiaojun berjalan pelan menuju jalan raya setelah melewati gang. Suara klakson mobil terdengar ketika macet melanda pada pagi hari, suara orang-orang berbicara serta tangisan anak-anak dapat didengar oleh Xiaojun. Suasana seperti tak begitu buruk, pikirnya. Sampailah ia di toko tanaman yang beberapa kali Xiaojun lewati sejak tiba di Korea.
Kring!
Bel di atas pintu berbunyi menandakan adanya orang yang masuk ke dalam toko tersebut. Sesosok pria di dalam yang sedang menyusun pot-pot di rak segera menengok dan tersenyum. "Halo, selamat datang!"
Xiaojun membalasnya dengan senyuman manis. "Halo, aku mencari beberapa tanaman yang bagus."
"Silahkan dilihat-lihat dulu."
Ia berjalan mencari tanaman yang menurutnya menarik, sang pekerja juga membantu memberikan informasi tentang tanaman-tanaman itu. Dua tanaman tak berbunga ia pilih untuk ditanam Hendery dan dirinya nanti.
"Apa kau menjual pot serta biji bunga.. Kun?" Xiaojun melihat nametag yang dipakai oleh pria itu.
Pria yang bernama Kun itu menoleh pada nametag-nya dan tersenyum. "Ya, aku menjualnya. Bunga apa yang kau cari?"
"Bunga matahari."
"Pilihan yang bagus." Kun berjalan ke pojok ruangan dan mengambil pouch bersamaan dengan pot berukuran sedang. Sembari membungkus semuanya, Kun memberi informasi tentang bunga yang dipilih oleh Xiaojun. "Bunga matahari melambangkan kebahagiaan dengan warna kuning cerah yang mencolok. Kalau boleh tahu apa kau akan menanamnya sendiri?"
Xiaojun menggeleng sambil tersenyum. "Aku akan menanamnya bersama seseorang, aku berencana memberikan bunga ini kepadanya jika sudah tumbuh dengan sempurna."
"Kenapa? Apa orang itu tak bahagia?" Tanpa sadar Kun bertanya hal yang menurut Kun sendiri sedikit privasi. "Ah, maaf. Harusnya aku diam saja tadi."
Tawa terdengar dari mulut Xiaojun. "Tidak apa, orang yang ingin aku berikan bunga ini tak begitu bahagia. Dia menyukai tanaman tapi tidak ada bunga satupun yang ada, aku pikir aku bisa membuatnya tersenyum sekali dengan caraku sendiri."
"Aku yakin pria itu beruntung sekali telah bertemu denganmu."
Setelah itu mereka berdua tertawa secara bersamaan.
Xiaojun keluar dari toko sembari melambaikan tangannya pada Kun. Dirinya senang telah bertemu dengan orang seperti itu. Tak kaku dan tersenyum setiap saat. Ia lagi-lagi sampai di depan gerbang rumah Ten dengan berjalan kaki, Xiaojun berjalan menuju pintu dan membukanya dengan kunci.
"Hendery? Maaf aku terlambat, apa kau lapar?" Xiaojun bertanya sembari memanggil Hendery untuk turun.
Hening yang menjadi jawaban Xiaojun.
"Hendery?" Dengan berani ia naik ke lantai tiga, dimana kamar Hendery berada. Hanya ada satu pintu, yaitu pintu kamar Hendery yang penuh dengan goresan benda tajam, diukir asal.
Tok tok tok
"Hendery? Apa kau sedang tidur?" Xiaojun mengetuk pintunya pelan, ia khawatir serta takut. Xiaojun bimbang untuk meninggalkan Hendery sendiri atau membukanya secara paksa. Meski tak sopan, ia takut ada sesuatu yang terjadi dengan Hendery.
Ceklek
Pintu terbuka dengan sendirinya, tanpa ada siluet Hendery sama sekali. Gelap yang ada di penglihatan Xiaojun akan kamar Hendery, tidak ada sama sekali cahaya yang masuk dari sana. Ah, ia semakin ragu untuk masuk. Tapi dengan keberanian yang dikumpulkan dengan satu tarikan nafas, ia mencoba mengintip ke dalam, setengah badan.
"AKH!"
Xiaojun terduduk seketika dengan darah mengucur dari lengan kanannya, tergores panjang tak begitu dalam, tetapi tetap perih dan sakit. Hendery muncul dari sela pintu yang terbuka menjatuhkan cutter kesayangannya yang selalu ada di saku hoodienya. Xiaojun tak bisa membendung air matanya, merasakan sakit yang luar biasa, ia segera bangun dan turun untuk pergi keluar rumah. Ia berlari untuk ke rumah sakit terdekat dengan pakaian di daerah lengan yang sudah terkena darah dan robek.
°°
"Kenapa bisa seperti ini? Apa ada yang melakukan kekerasan padamu?" Setelah menjahit luka pada lengan pasiennya, sang Dokter bertanya penasaran.
Xiaojun yang mendengar itu menjadi gugup, ia harus melindungi Hendery, tak mungkin jika memberi tahu bahwa dirinya diserang seseorang. "T-Tidak ada, adik laki-lakiku tak sengaja memegang pisau dan menyerangku." Oke, itu alasan yang cukup bagus.
Dokter itu mengangguk percaya. "Lain kali jauhkan pisau itu dari jangkauannya."
Xiaojun hanya mengangguk paham dan dipersilahkan untuk pergi. Ia tahu akibat menerima pekerjaan ini dan mengurus seseorang yang mengidap sadism, tapi Xiaojun tetap takut dan tak kuat menghadapinya. Tadi saja dia menangis, payah sekali.
Gerbang terbuka, Xiaojun mundur selangkah, ragu untuk masuk ke dalam rumah itu lagi. Takut diserang kembali dan bertemu Hendery. Xiaojun menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya, berusaha untuk tenang dan melangkahkan kakinya.
"Hendery?" Entah sudah berapa kali ia memanggil Hendery, tapi Xiaojun terkejut mendapati pria itu sedang menanam tanaman yang tadi dibeli olehnya. Hendery tidak menoleh sama sekali, dia sibuk mengurusi tanaman itu. Dengan hati-hati Xiaojun mendekat dan berjongkok di sebelah Hendery, tampaknya anak itu telah kembali tenang. Xiaojun pun ikut membantu untuk menanam tanaman lainnya.
Hendery melirik Xiaojun dan pandangannya jatuh kepada lengan kanannya yang dibalut oleh perban.
"Maaf."
"Hm?" Xiaojun terkejut ketika Hendery berbicara. Ia menoleh dan mengerti pandangan Hendery yang tertuju ke lengannya. "Tidak apa, aku memakluminya." Senyuman terbit di bibir Xiaojun, membuat Hendery terperangah beberapa detik.
"Sebentar." Xiaojun bangun dan berlari masuk ke dalam rumah, ia kembali membawa sebuah pouch dan pot. "Aku sengaja membeli biji bunga matahari ini, aku mau kita menanamnya bersama. Semakin bunga ini tumbuh aku berharap hatimu juga semakin terbuka untukku."
Hendery tertegun mendengar kalimat itu. Xiaojun menyadari bahwa pandangan Hendery kepadanya berubah lembut ke sekian kalinya.
"Belum, tapi sedikit."
Xiaojun menatap bingung pada Hendery. Apa maksudnya sedikit? Ia memutar otaknya untuk mencari maksud dari kata itu. "Ah! Benarkah? Aku berharap begitu!" Maksud dari perkataan Hendery adalah dia belum membuka hati pada Xiaojun tapi secara perlahan dan baru sedikit.
Mereka berdua menghabiskan waktu pagi itu dengan menanam bunga matahari yang akan tumbuh subur nantinya.
"Oh iya, kau belum makan. Aku ke dalam duluan ya." Kegiatan itu selesai dan Xiaojun baru sadar jika ia belum memasak apapun, pasti Hendery kelaparan.
--
220423
KAMU SEDANG MEMBACA
- Wound - [Henxiao] ✓
RomanceXiaojun tiba pada sebuah rumah di Korea yang membuka lowongan home-taker dengan gaji yang tinggi di internet. Hendery yang melihat kedatangan orang baru, membuatnya takut akan trauma. Tapi di sisi lain, ia ingin mengatasi rasa takutnya terhadap oran...