Ini bukan sebuah dongeng dengan cerita klise yang berakhir happy ending. Jauh berbeda dari kisah Cinderella yang disiksa Ibu dan Saudari-Saudari Tirinya sebelum Pangeran jatuh cinta padanya dan mereka hidup bahagia selama-lamanya, bukan pula tentang bagaimana Rapunzell bertemu Eugene yang rela mewujudkan mimpinya melihat lentera dan membebaskannya dari wanita jahat yang menculiknya.
Kisah ini adalah sebuah cerita biasa. Kisah sederhana dari sepasang anak Adam dan Hawa. Tentang dua takdir yang terikat benang merah. Sejauh apapun jarak membentang, seberapa pun kusutnya, benang merah tersebut akan teruntai dan kembali menjadi satu. Sehingga, benang tersebut bisa menciptakan sesuatu yang indah.
Pertemuan pertama mereka terjadi di pertengahan Musim Panas. Levi yang baru saja lulus SD memilih ikut pindah bersama Ibu dan Pamannya ke kawasan padat penduduk yang tidak jauh dari pusat jual beli barang antik terbesar di Ibu Kota Shina, Mitras.
Levi bukan anak yang pandai bergaul. Di usianya yang beranjak remaja, ia termasuk dalam kelompok anak yang wajahnya suram. Karena Ibunya membuka Kedai Teh, setiap sore hari setelah membantu Pamannya di Toko Kelontong, Levi akan menyambangi Toko Ibunya.
Hanya untuk sekedar duduk di dekat kaca etalase, atau sekedar bermain dengan kucing jalanan yang senang berkunjung ke sana.
"Pulanglah lebih dulu. Paman mu akan segera datang, jadi, tak masalah jika kamu pulang lebih awal." Kuchel menghampiri Levi yang duduk sambil menempelkan pipinya di permukaan meja dengan malas.
Bocah dua belas tahun tersebut berkedip pelan sebelum mengangguk. Ia menerima beberapa lembar uang yang Kuchel berikan untuk membeli makan malam.
"Hati-hati di jalan, ya, Sayang."
"Mama, jangan panggil seperti itu. Aku sudah besar."
"Bagiku, kamu masih bayi kecil ku."
Satu kecupan di pipi membuat Levi merengut. Remaja tanggung tersebut mengusap pipinya dan segera berjalan keluar toko dengan kening mengernyit. Kuchel hanya tertawa dan menatap sampai anak sematawayangnya itu hilang dari pandangannya ketika melewati simpang jalan di dekat Toko Perkakas.
Jika dalam cerita dongeng, pertemuan pertama dua pemeran utama adalah part yang paling berkesan. Pertemuan Levi dan gadis Musim Panas tersebut adalah sebuah pertemuan yang sederhana.
Terjadi di gang sempit menuju Apartment Levi. Ia melihat, seorang gadis menangis sambil mengusap wajahnya kasar. Di tangannya, ia menggenggam kacamata yang lensanya sudah rusak. Mungkin terjatuh, dan Levi hendak tidak peduli.
Tungkainya berniat hanya melewati gadis itu saja. Namun, hati nuraninya menyuruh Levi untuk memutar balik langkah. Mendekati gadis tersebut dan mengulurkan tangan.
"Berikan padaku." ucap Levi.
Tangisan gadis di hadapannya terhenti. Mereka saling menatap cukup lama dan Levi mendapati dua mata bulat berair dan memerah itu, tampak sedikit kaget juga bingung.
"Jangan bingung. Aku tahu siapa yang bisa memperbaiki kacamata mu." ucap Levi.
"Kamu ... Siapa?"
"Penting, ya, menanyakan siapa yang hendak membantu mu?" tanya Levi dengan nada sedikit kesal. Tangannya pegal sebab masih terulur meminta kacamata rusak di tangan gadis itu.
"Ah, bukan begitu. Tapi ... " ada jeda saat Si Gadis menunduk dan mengulum bibir dengan gugup. "Tapi, anak-anak lainnya tidak mau dekat dengan ku. Belum ada yang pernah ingin menawarkan bantuannya padaku."
Levi menggerling, ia merebut kacamata tersebut. "Aku bukan anak-anak yang kamu bicarakan itu. Sudahlah, ikut dengan ku saja dan kita perbaiki kacamata mu."
Keduanya tidak saling mengenal. Tanpa mengetahui nama masing-masing, tanpa menyadari maksud dari angin yang berhembus melewati mereka. Levi maupun gadis dengan manik sienna yang tersenyum senang ketika kacamatanya sudah di perbaiki, tidak tahu bahwa sejak hari dimana Levi mengulurkan tangan, benang merah keduanya saling terhubung.
---
"Levi, Mama bukannya memberi mu uang untuk membeli makan malam? Kenapa kamu hanya makan roti saja?"
Levi yang tadinya membereskan meja belajarnya berbalik. Menatap Kuchel, mempertimbangkan apakah dia harus jujur atau berbohong. Dan tentunya, opsi kedua bukanlah hal yang akan Levi pilih untuk menjawab pertanyaan sang Ibu.
"Mama, tahu anak yang tinggal di lantai bawah? Aku bertemu dengannya di gang saat perjalanan pulang ... "
"Siapa?"
"Putri Keluarga Zoe."
"Ah, Hange?"
"Iya. Tadi aku bertemu dia di gang."
"Lalu?"
"Kacamatanya rusak karena ia di dorong oleh anak dari gang lain. Makanya, aku menggunakan uang yang Mama berikan untuk membayar biaya perbaikan lensa kacamatanya, aku menambahkan dari uang saku milikku juga karena tidak cukup."
Malam itu, Kuchel tertawa dan memeluk gemas Putra tunggalnya dengan bangga.
Tbc.
[Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin, ya, semuanya. 💚💜💝
Gimana puasanya? Lancar sebulan penuh? Alhamdulillah, aku bolong lima, hehe. Tahun ini sangat bersyukur bisa bagi-bagi THR ke adik-adik walau ga banyak.
Aku kembali membawa cerita baru. Tentunya dengan pasangan kesayangan kita.
Untuk update pertama setelah sekian lama, aku berencana up 3 chapter sekaligus.
Budayakan membaca summary cerita dulu agar tidak salah paham, ya. LeviHan di sini tidak langsung aku pasangkan. Mereka akan melalui takdir masing-masing dulu. Pokoknya baca aja dan semoga kalian suka.]
Makassar, 25 April 2023
Nuii Matsuno.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRYSANTHEMUM [LeviHan Fanfiction]
FanficKisah ini adalah sebuah cerita biasa. Kisah sederhana dari sepasang anak Adam dan Hawa. Tentang dua takdir yang terikat benang merah. Sejauh apapun jarak membentang, seberapa pun kusutnya, benang merah tersebut akan teruntai dan kembali menjadi sat...