4. Janji [1]

236 34 9
                                    

Hange memiliki mimpi melihat Aurora di langit Maria. Di Musim Panas tahun ke tiga, Levi menyanggupi, ia berkata dengan tegas bahwa kelak ia akan membawa Hange ke sana.

"Serius!?"

Levi mengangguk yakin. Hange menghambur memeluknya. Tawa gadis itu berbaur dengan hembusan angin Musim Panas.

"Bukit Maria, 'kan? Aku akan membawa mu ke sana melihat sihir langit Utara." ucap Levi.

"Tapi ... Bagaimana caranya? Kita tidak memiliki uang yang cukup, dan kita juga belum lulus SMP."

"Akan ku pikirkan caranya. Aku yang akan membawa mu!"

Malamnya, Levi terjaga sepanjang malam. Ia menulis berbagai macam pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang banyak. Bahkan mengganggu tidur Kenny hanya untuk bertanya seberapa besar gaji penjaga kebun binatang. Alhasil, Levi menyambut pagi dengan kening yang memar hasil jitakan manja dari jari Kenny.

"Sudah tahu caranya?"

Sepulang sekolah, atap Apartment menjadi tempat yang selalu mereka sambangi. Menikmati semilir angin Musim Panas yang beraroma renyah, ditemani setoples kue cokelat buatan Kuchel dan perasan lemon yang membuat tenggorokan mereka lega.

Levi mengangguk menjawab pertanyaan Hange. Ia membuka ranselnya, mengeluarkan sebuah buku agenda tebal yang isinya membuat kedua manik sienna Hange berbinar. Gadis itu berseru tidak percaya dengan apa yang ada di dalam buku tersebut.

"Kamu pandai menggambar!?" tanya Hange.

"Aku mencobanya sejak semalam. Ku lihat, Pelukis memiliki masa depan yang terjamin. Jadi, aku berlatih sejak semalam dan hasilnya seperti itu. Menurut mu itu bagus?"

"Sulit di percaya! Kamu jenius, Levi! Baru belajar semalaman saja sudah sebagus ini! Jika berlatih sampai lulus SMA nanti, kamu bisa membuka galeri seni mu sendiri!"

Hange tertawa memeluk buku agenda Levi. Gambaran di atas kertas sedikit usang itu benar-benar luar biasa. Tanpa warna, hanya berupa arsiran dari pensil yang di raut dengan rapih. Namun, hasilnya luar biasa mempesona.

Hange sampai dibuat terkesima dan teringat oleh karya lukisan Kakeknya. Walau belum pantas di sandingkan, tapi, Levi memiliki bakat.

"Kalau kamu bilang begitu, kita hanya perlu melatih skill ku, 'kan?" tanya Levi.

"Heum!"

"Jika beruntung, kita bisa membuka kelas menggambar dan mendapat uang yang banyak."

"Heum!"

Levi terkekeh, ia merangkul Hange dan melukiskan senyuman lebarnya secara cuma-cuma.

"Lalu ... " bisiknya. Ada jeda ketika Levi menggesek ujung hidungnya ke ujung hidung bangir Hange. Mencipta tawa geli dari sang empunya yang turut tersipu malu. Sebelum akhirnya Levi melanjutkan kalimatnya, " ... Setelah itu,  aku bisa membawa mu melihat sihir di langit utara."

.

.

.

Hal pertama yang ia lihat sesaat setelah membuka mata adalah punggung Hange. Gadis itu tengah berjongkok menghadap meja belajarnya ketika Levi terbangun dari mimpi indahnya.

Pemuda itu bangkit, menggosok matanya yang sedikit sulit untuk dibuka.

"Hange?"

Pertanyaan mengapa gadis itu sudah bertandang ke rumahnya sepagi ini mengusik otak tampan Levi.

"Ada apa datang kemari sepagi ini? Sekolah sudah libur, 'kan?" tanya Levi.

Tak ada jawaban. Hange hanya meringkuk memeluk tubuhnya sendiri tanpa niat untuk berbalik atau menjawabnya. Hal itu mengundang rasa penasaran di benak Levi.

CHRYSANTHEMUM [LeviHan Fanfiction] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang