"Bukan. Kita bukan sepasang luka,"
Katanya waktu itu untuk meyakinkan. Saat ia memintaku menjadi kekasihnya. Aku hanya diam sebagai balasan. Enggan mengatakan apapun karena ragu.
"Percayalah,"
"Bisakah?" Tanyaku kemudian. Sekarang ini, ada banyak hal aku pikirkan. Untuk saat ini, aku merasa bila seluruh beban yang ada di semesta ini ditampung dalam sederet kata yang akan aku sampaikan padanya.
"Kamu akan jadi satu-satunya tempatku pulang."
Aku masih tidak memercayainya. Laki-laki akan selalu membual agar gadis yang akan menjadi miliknya merapuh dan berakhir dengan kepasrahan.
Namun kalimat itu sungguh membuatku bimbang.
"Suatu hari, pangeran akan menemukan tuan putrinya di waktu yang tepat."
Ada jeda sebentar diantara kami.
"Dan bagiku, itu berarti kamu."
Berhasil. Jawaban itu meluluhkan ku kemudian. Aku merasakan hangat yang menjalar dalam relung kalbu. Membuatku tersenyum. "Kalau menurutmu begitu, aku bersedia."
Setelahnya, kulihat dirinyalah yang tersenyum. Bahkan terlihat sangat lepas. "Ini artinya..."
Aku mengenggam sebelah tangannya yang menggantung bebas sebelum mengecup pipinya cepat. "Sedari awal, aku mencintaimu." Kataku kemudian.
Seketika itu juga, seperti alat yang kehilangan kendali pada kontrolnya, ia memeluk ku erat. Lalu menghujamku dengan beribu kecupan lembut di puncak kepala. "Aku mencintaimu, sayang."
Pipiku memerah. Tersipu malu.
Setelahnya, hidupku banyak berubah. Kehadirannya menepis sepiku. Kasih cintanya mewarnai hariku. Segala tentangnya yang menyanjungku membuatku merasa seolah menjadi perempuan terbahagia yang ada di semesta ini. Telak. Tidak ada celah.
"Untuk itu...
Aku mencintainya dengan segenap hatiku.
Meski kurangnya dan kurangku sulit untuk ditimpal.
Meski lebihnya dan lebihku tidak mudah di lebur.
Karena ini semua tentang cinta.
Ia yang maha menggelapkan mata.
Dan membuat diri menjadi tak acuh."Tidak ada yang lebih anindita dari ini. Bagiku. Hingga aku tak sadar diri. Menjadikan ia sebagai segala ku. Dan selayaknya bumi yang butuh matahari untuk tetap pada porosnya, aku pun begitu. Dia... adalah pusat semestaku bergerak.
Hingga perlahan manisnya cinta itu meredup. Saat ia memintaku memberinya ruang sendiri untuk sejenak. Sejujurnya, aku mau menolak. Tetapi permintaan nya yang bernada serius mengurungkan hal itu. Jadilah aku menyetujuinya.
Berbulan-bulan tanpanya, hatiku terasa hampa. Untuk waktu yang selama itu, hanya bayangnya yang terus-menerus berkeliaran sejauh arah pandangku menatap. Bayangnya maupun jiwanya, enggan lenyap.
Sial. Perlahan rindu mulai menggerogot pahit, Memeluk kalbu yang sedang kedinginan dengan api berkobar. Membuatku panas menderita pada akhirnya. Setelah semuanya diukir, ia malah menghilang tanpa banyak kata-kata lantang yang terucap di depan mataku meski harus ku akui, ia tak begitu jahat sebenarnya.
Sebab dia, masih meninggalkan sebuah pesan di dalam amplop yang dilukis indah.
Beginilah isi pesan dari amplop itu,Saat bersamaku,
Yang ku temukan adalah dirimu yang lain.
Aku mencintaimu. Sungguh...
Namun aku tak mampu melihatmu sebagai yang lain.
Jadilah dirimu sendiri, saat nantinya aku datang kembali padamu.
Karena bukan begitu cara cinta mempertahankan diri.Membaca suratnya, menyadarkanku pada satu hal yang tertinggal.
Menilai, bukan cara cinta memandang pasangannya.
Ia memberi, tapi bukan berarti harus memuaskan.
Dalam kamusnya,Tidak ada kalimat untuk menjadi yang terbaik,
sebab tulus saja sudah cukup.Karena semua yang dipandang dalam cinta,
Adalah kemurniannya.***
End of Chapter 🌷

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Pendek
Short StoryCerita cinta yang ada di semesta ini akan selalu menjadi kisah yang ditunggu oleh banyak insan. Karena cerita cinta yang ada adalah selayaknya persembahan manis semesta untuk kisah-kisah yang tercipta dalam kehidupan ini. Dan inilah kumpulan cerita...