Cinta Sejati | Sequel of Kamu Dan Kenangan

266 8 2
                                    

It is the last stories from Reina and Alan side.

***

Sampai kapanpun.
Hanya kamu yang aku mau.
Baik ragamu masih disini
Ataupun hancur di bawah sana.
-Ily-

Satu tahun kemudian...

Aku kembali ke pusara milik gadis ku yang telah lama pergi. Aku kembali menapaki tempat yang selama setahun ini aku tinggalkan. Demi menata hati ku yang sempat berantakan karena kepergiannya.

Bulir-bulir bening sialan itu kembali menguar bersamaan iris mataku yang memandang nisan bertuliskan namanya.

"Hai sayang, bagaimana kabarmu? Apa kamu bahagia disana?" Ucapku sambil menaruh sebuket bunga mawar biru kesukaannya.

"Sudah lama ya, kita tidak bertemu lagi. Maaf jika kemarin aku harus pergi sebentar. Aku butuh waktu untuk menata ulang semuanya. Aku gak bisa terus-terusan di penuhi bayangan kamu. Walau aku tahu, itu yang selalu ku harapkan. Tapi mami benar. Aku gak boleh jatuh terlalu dalam kalau hati aku mau kamu bahagia disana."

Ingatan tentang keterpurukan ku pada saat itu terputar kembali dalam memori. Masa saat dimana aku mengalami depresi berat yang dipengaruhi oleh beban pikiranku sendiri hingga akhirnya menimbulkan kekhawatiran seluruh keluarga ku dan Reina. Sampai-sampai seluruh keluarga ku dan Reina, menyuruh ku untuk pergi ke Belanda dan menetap disana sementara waktu. Katanya, agar aku bisa kembali seperti Alan yang dulu. Alan yang mereka kenal.

Padahal mereka tidak tahu, sudah banyak impian yang ku bagi bersama Reina dulu. Termasuk impian ku yang ingin pergi ke negara kincir angin tersebut.

"Tahu tidak? Disana banyak wanita-wanita yang mau deket sama aku tau. Rata-rata cantik sih, tapi buat aku, tetep cantikan kamu." Ucap ku sambil tertawa getir. Aku jadi membayangkan bila Reina mendengar kalimat gombalan ini. Gadis itu pasti akan langsung berteriak 'bucin' yang aku tidak tahu apa itu artinya.

"Selama disana, aku kerja di perusahaan nya om Abi, paman kamu. Jadi general manager padahal bukan posisi itu yang aku inginkan. Menggantikan Kak Satya yang milih cuti sementara."

Mengingat itu, tak henti-hentinya aku mengucap syukur untuk semua orang yang telah mendukungku. Meski pada saat itu aku sudah resmi bukan siapa-siapa lagi di keluarga Reina, mereka tetap mau menganggapku sebagai anak menantu di keluarga mereka sendiri.

Setahun itu, semua terasa amat sangat berat awalnya. Namun seiring waktu berjalan, aku mulai terbiasa sendiri lagi. Sebagian waktu ku, ku habiskan dengan layar ponsel dan laptop. Mengecek deretan email kantor, menyortir beberapa berkas, dan tak lupa menggeser layar ponsel di galeri saat aku merindukan gadisku.

Setahun kemarin itu, rasanya seperti bertahun-tahun. Karena sebagian semangat ku terenggut bersamaan jenazahnya yang terkubur. Setahun kemarin itu, jiwaku terasa mati setengahnya. Terbakar saat aku mengusap halus nisan nya.

Reina jika kamu ingin dengar lagi, sungguh aku akan berteriak disini kalau aku sangat mencintaimu. Betapa berharganya kamu dihidupku. Betapa mahalnya keberadaan kamu disamping ku. Dan betapa bahagianya aku saat di sisi mu. Sungguh, aku akan berteriak sekeras mungkin. Yang penting, aku bisa kembali mendengar suara merdumu itu. Yang meminta hal itu padaku.

"Disana juga, aku pergi ke ladang tulip kesukaan kamu. Aku juga ngambil beberapa foto di ladang itu biar kamu bisa lihat. Eh tapi aku lupa kalau kita udah di tempat yang berbeda. Jadi ini buat kenangan aku aja ya, biar kalau aku kangen sama tempat itu bisa lihat foto ini."

Buatku, meski raga Reina sudah tiada. Dia akan tetap menjadi tempat ku bercerita tentang hariku, kabarku, dan bagaimana caraku menjalani kehidupan ini. Dia akan tetap menjadi tempat ku berpulang setelah bepergian jauh tak berarah. Dia juga akan tetap menjadi alasan dari semua kebahagiaan ku, entah sampai kapan.

"Rasanya, aku sudah lama disini. Mungkin besok aku bakal kesini lagi buat cerita sama kamu. Tetap tenang ya disana. Kamu gak perlu khawatir kalau aku akan berpaling. Tenang saja, hatiku akan selalu untuk mu, istriku."

Aku berdiri dari posisiku saat ini. Bersiap melangkah pergi meninggalkan pusara itu.

"Sampai jumpa sayang,"

Dan setelah itu, aku pergi. Melangkah dengan mantap meninggalkan pusara gadis yang sedari dulu ku cintai itu.


***

-The End-

Welcome to:
The epilogue of the "Senja" trilogy

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang