11. Ayah dan Janji

6 2 0
                                    

Di kediaman keluarga Beton, Lisa mendatangi suatu bangunan, di sana terdengar suara tangisan banyak orang. Saat ia membuka pintu, ada beberapa orang yang sedang mengerumuni jasad Cor Beton. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan begitu melihat kedatangannya, satu-persatu tangisan mereka berhenti.

Kedatangan wanita bertopeng misterius, tentu saja membuat mereka terkejut dan langsung berposisi menyerang. Dikeluarkan aura ranah mereka yang hanya aura satu bulan energi, ranah Maskumambang.

"Siapa kau!?"

"Berani-beraninya menyusup ke kediaman keluarga Beton!"

Lisa tidak memperdulikannya dan dengan tenang berjalan menuju ke arah dua pedang kayu yang tergeletak di lantai. Pedang kayu yang ia berikan kepada Akara, kini telah berlumuran darah tuan muda keluarga Beton. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia mengambilnya dan berjalan ke luar ruangan begitu saja.


"Kemari kalian semua!" Akara berteriak, sambil mengangkat kedua tangannya dan muncul belasan kristal es yang melayang di sekitarnya.

Para anggota keluarga Beton cukup ragu dan gentar kala itu, namun tiba-tiba anak itu terhuyung dan belasan kristal es yang telah ia buat mulai hancur.

Crang!!

"Bunuh!" Yon Beton dengan semangat meluncurkan serangannya kepada bocah yang telah tidak berdaya.

Wush!

Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang berdiri di depan Akara. Ia masih terlihat muda, bahkan seperti belum mencapai 30 tahun. Memakai celana hitam panjang, lalu jaket kulit hitam yang menyelimuti kemeja putih. Hanya kancing bagian bawah saja yang ia kancingkan, membuat dada bidang dan perut kekar bagian atasnya terlihat. Rambutnya yang sedikit bergelombang disisir ke belakang, memperlihatkan alis dan sorot mata yang tajam.

"Kalian menyerang anak kecil?"

Semua orang langsung terkejut, bukan karena 4 kata yang ia lontarkan, melainkan kedatangannya yang secara tiba-tiba. Walau ingin melarikan diri, namun mereka sudah tidak bisa lagi membatalkan serangannya.

Brushh!!

Hanya dengan tepisan punggung jarinya, laki-laki itu berhasil membuat Yon Beton dan anggota keluarga Beton lainnya terhempas beberapa meter jauhnya. Hal itu sontak membuat mereka ketakutan dan kabur. Bagaimana tidak, Yon Beton yang sudah di ranah Sinom 3 bulan energi saja dihempaskan begitu saja, bahkan tanpa harus mengeluarkan aura ranahnya.

Akara yang sudah tersungkur di tanah hanya bisa menatapnya dengan kagum, ia terus menatapnya saat laki-laki itu berbalik badan dan berjongkok untuk membantunya berdiri.

"Ingin terlihat kuat di depan mama boleh, tapi jangan memaksakan diri," ujar sang laki-laki saat mengangkat tubuh bocah di depannya untuk berdiri.

"Paman keren!" serunya, namun langsung terhuyung karena masih sangat lemah. Untung saja laki-laki itu segera merunduk untuk memegangi tubuhnya, hingga tidak membuatnya jatuh.

"Paman?" Laki-laki itu malah bertanya sambil tersenyum kecut dan mengernyitkan dahi.

"Akara, dia ayahmu." Mamanya ikut merunduk, lalu tersenyum lebar dan saling menatap dengan suaminya.

"Ayah?" Akara mengernyitkan dahinya bingung, dan tidak percaya akan kata-kata mamanya.

"Lepas!" Anak kecil itu tiba-tiba berontak, melepaskan tangan ayahnya dari tubuhnya. Walau sedikit terhuyung, tatapan tajamnya terus menatap ke arah ayahnya.

Saat ayahnya mulai berdiri, Akara langsung menyundul perutnya.

Buggh!

"Akhh." Laki-laki itu berpura-pura kesakitan sambil menunduk kembali.

Penguasa Dewa Naga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang