Bab 3 { Grown up }

1.4K 149 9
                                    

Saat ini usia { Your name } telah berusia 10 bulan. Minggu itu mereka sekeluarga makan hot pot sendiri di rumah dan mereka makan diruang keluarga, tiba-tiba { Your name } merangkak di samping Sae dan Rin.

{ Your name }: Ae! In!

Semua terkejut dengan kata pertama yang diucapkan oleh bayi itu.

Sae: Dia memanggilku dan Rin?

Rin: Iya, dia panggil kita kak!

Ibu: Akhirnya bayi kita bisa bicara, walaupun tidak memanggilku..

Ayah: Setidaknya dia bisa ya

Sae memangku bayi { Your name } dan Rin mengajak { Your name } bertepuk tangan.

{ Your name }: In!

Rin: Iya, ini kakak Rin.

Hotpot telah matang dan mereka makan bersama.

Sae: Tapi kenapa dia memanggilku dan Rin? Bukan Ibu atau Bapak?

Ibu: Karena kalian sering di rumah dan memanggilku satu sama lain.

Rin: Begitu ya.. Tapi aku senang banget dengar suara imutnya.

Sae: Rambutnya warna merah dan hijau ya?

Rin: Iya kak! Dia punya dua warna rambut! Lucu banget sih!!

Ibu: Jarang sekali ada anak yang memiliki dua warna rambut ya

Bapak: Mungkin ini seperti kombinasi antara kita berdua.

Sae dan Rin memakan makanan mereka. { Your name} asik makan biskuit bayinya di pangkuan Sae. Setelah makan, { Your name } meminum susu botol dan tertidur.

Ibu: Bayiku sudah tidur. Ibu bawa ke kamarnya.

Ibu mengendong bayi { Your name } dan para cowo membereskan makanan dan alat hotpot.

Saat { Your name } berumur satu tahun, Sae dan Rin baru pulang dari sekolah dibuat kaget oleh adik mereka yang berjalan ke arah mereka. Sae segera memeluk { Your name } saat hampir jatuh. Rin menepuk pelan kepala adiknya.

Ibu: Gimana dengan kejutan dari { Your name }?

Rin: Keren! Kalo dah besar kita ajak main bola ya!

Sae mengangguk dan mengendong { Your name } tapi seketika { Your name } rewel dan mengarah ke Rin.

Sae: Rin mau gendong { Your name }?

Rin: Mau!

Sae memberikan { Your name } ke Rin dan Rin mengendong { Your name }.

{ Your name }: Tak In!!

Sae: Entah kenapa aku cemburu padamu Rin..

Rin: Kenapa?

Sae: { Your name } terlihat lebih menyukaimu dari pada aku.

Ibu menghampiri kedua anaknya dan mengelus rambut Sae.

Ibu: Udah², biarkan { Your name } untuk memilih.

Sae cemburut dan ditiru oleh { Your name }.

Rin: Liat kak! Dia cemberut sama seperti Kak Sae

Sae melihat adik perempuan nya itu seketika tertawa dan mengelus pipi { Your name }.

Sae: Lucu sekali. Aku kadang-kadang gak percaya punya adik perempuan selucu dia.

Rin: Baiklah, ayo kita bermain!

Rin membawa { Your name } keruang keluarga dan Sae mengikuti dari belakang. Diruang keluarga, { Your name } yang barusan diturunkan langsung duduk sambil memainkan boneka bolanya.

{ Your name }: Ain Ola! Tak Cae, Tak Lin!

Sae: Main bola? Tunggu besar ya.

{ Your name }: Cekalanggg!!!

Rin: Cuma lempar-lemparan aja ya!

Sae: Pelan-pelan ya..

Mereka main lempar tangkap bola dengan boneka bola. Tidak lama kemudian, Bapak  pulang dengan membawa sekotak donat. { Your name  } langsung menuju ke Ayah dengan berjalan.

Ayah: Wah bayiku ini dah bisa jalan. Sini-sini!

{ Your name } langsung mempercepat jalannya dan tanpa sadar akan terjatuh. Ayah dengan singgap mengendong { Your name }.

Ayah: Cepet banget sih besarnya..

Ibu: Tentu sajalah. Dia pasti akan tubuh besar dan tambah cantik. Pasti ada banyak cowok-cowok yang mengejarnya. Mungkin akan berpacaran dan akan sering pergi kencan.

Sae dan Rin yang mendengar itu langsung overthinking dengan masa depan adik mereka.

Rin: Aku jadi gak mau { Your name } tumbuh besar..

Sae: Iya. Kakak tidak mau hal itu terjadi..

Ayah dan Ibu melihat kedua anak laki-laki nya hanya bisa tertawa kecil dan { Your name } menatap seluruh keluarganya dengan kebingungan.

{ Your name }: Nah??

Ayah: Utututu kenapa sayang?

Rin: Ayah, biar { Your name } main sama kita aja ya..

Sae: Iya..

Lalu Ayah memberikan { Your name } ke anak laki-laki nya.

Sae + Rin: Kita harus melindungi adik kita!

Tbc..

2 - 3 - 2 { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang