Axel gelisah, tubuhnya panas dingin. Rasa pening di kepalanya ia hiraukan. Bagaimanapun juga ia harus mendapat jawaban dari Alyssa. Dia tidak butuh kata maaf, yang ia butuhkan adalah kalimat "iya, saya masih suka pak Rama". Setelah itu ia bisa bergerak mendapatkan hati Alyssa. Apapun yang harus ia pertaruhkan, ia akan lakukan!
Saat ini ia sedang berada di depan pintu rumah gadis itu, menunggunya keluar. Ia tak mengetuk pintu, karena jelas ia tak mau mengulang kejadian panas kala itu untuk kedua kalinya. Dimana ia bahkan masih belum tahu apakah perasaan gadis itu masih sama untuknya atau mungkin sudah berubah.
"19.20"
Gumam Axel saat melirik arloji di tangan kirinya. Entah berapa lama lagi ia harus menunggu, tapi yang jelas itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan jawaban yang harus ia terima. Nanti.
Gerakan mondar-mandir Axel terhenti saat pintu itu terbuka. Memperlihatkan sosok cantik dengan rambut kecoklatan yang terurai. Tubuh indahnya dibalut dengan bouffant dress berwarna hitam. Terlihat sangat manis dan menawan. Ada dua jepit rambut dengan golden pearl di masing-masing ujungnya, membuat rambut kecoklatan itu terlihat semakin berkilau karenanya.
Axel berani bersumpah jika ini adalah Alyssa dengan versi paling menawan yang pernah ia temui. Bukan berarti selama ini gadis itu biasa saja, tidak! Hanya, malam ini dia terlihat begitu indah, begitu sayang jika dibiarkan dilihat oleh banyak orang. Axel seperti tidak rela jika orang lain juga merasakan takjub yang sama sepertinya.
"Pak Rama ada perlu sama saya?"
Kalimat itu berhasil menarik kesadaran Axel sepenuhnya. Kali ini ia kembali pada mode gelisah yang sudah menempelinya sejak tadi sore.
"Al, ini emang saya nggak tau diri banget. Saya ngerti kok!"
Hembusan napas lelah dari Axel mungkin sudah bisa menjelaskan betapa gusarnya pria itu saat ini.
"Tapi saya suka kamu Al, apa udah nggak ada kesempatan buat saya? Apa kamu udah punya pilihan lain?"
"Saya suka kamu, saya ... saya mau kita ada dalam hubungan serius. Apa yang harus saya lakuin supaya kamu suka sama saya lagi?"
Ada nada resah dalam setiap kalimat Axel, wajahnya terlihat cemas dengan embun keringat di pelipisnya. Entah kenapa mengakui ini membuat perutnya mulas, jantungnya serasa di remas saat membayangkan penolakan dari gadis itu. Lagi.
Jelas Axel adalah manusia paling tidak tahu diri, tapi meyakinkan gadis itu terhadap perasaannya adalah salah satu bentuk dari usaha. Ya, usaha yang terlambat sepertinya.
"Pak Ram, Alyssa... juga masih suka kok sama pak Rama,"
Gadis itu menjawab dengan lirih, terdengar malu-malu tapi ragu.
"Jadi kita sama-sama suka kan?"
Alyssa mengangguk dengan tatapan mata terarah pada Axel.
"Jadi sekarang kamu pilih saya kan Al?"
Lah?
Alyssa mengerutkan kening, ia tampak bingung. Kenapa pertanyaan Axel sulit dicerna? Axel nyalon presiden kah?
"Kenapa saya harus pilih bapak?"
Memang harus diperjelas sih pertanyaan Axel, lagipula konteksnya juga tidak jelas.
"Kamu pilih saya kan ketimbang mas mas itu?"
Panjang umur, setelah Axel menjawab demikian terdengar suara mobil berhenti di depan gerbang. Baiklah, itu dia saingannya!
Axel dan Alyssa menoleh ke arah yang sama, memperhatikan mobil putih yang Axel ingat adalah mobil yang sama saat tempo hari ia melihat Alyssa di antar oleh seorang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗘𝗔𝗧𝗨𝗠;[𝑨𝒙𝒆𝒍𝒊𝒐𝒏 & 𝑨𝒍𝒚𝒔𝒔𝒂] || HUNLIS
FanficAxel, si manajer keuangan tampan dan ramah. Sosoknya yang baik hati begitu di puja seluruh karyawannya. Tapi sayang, Axel yang itu tidak bisa Lyssa sentuh bahkan sekedar memberinya balasan senyum. Orang bilang, jodoh jika tidak di kejar maka akan...