5. keruh

37 39 4
                                    

Bel istirahat yang ditunggu-tunggu oleh seisi sekolah tersebut telah berbunyi. Disaat orang lain memilih untuk ke kantin, Dhio malah memilih untuk mengistirahatkan kepalanya.

Vina berjalan dengan bantuan tongkat bantu miliknya entah kemana ia akan pergi. Mata Dhio berhasil menangkap sosok Vina dihadapannya.

"Mau kemana lo?" tanya Dhio yang masih menengggelamkan setengah wajahnya di bendungan kedua tangannya.

Vina berhenti sejenak dan terpaku selama beberapa saat. Ia berpaling haluan menghadap ke arah Dhio.

"Mau ke perpustakaan," sahut Vina lalu ia memutarkan badannya kembali dan berjalan tanpa mendengar apa balasan dari Dhio.

Dhio yang terkulai lemas dengan suaranya yang sengaja ia beratkan berteriak, "Hati-hati!" cercanya.

Vina terus berjalan di sepanjang koridor. Matanya terus bergerak dari satu sisi ke sisi lain. Sampai tiba-tiba....

*braakk*

Dia menabrak seorang laki-laki berpostur tegap dengan tinggi kira-kira 180 cm. Alhasil Vina terjungkal bersamaan dengan pria tersebut.

"Maaf," ucap Vina sambil berusaha berdiri.

Laki-laki itu membenahi dirinya dan mengulurkan tangannya untuk menolong Vina.

"Sini gue tolongin." laki-laki tersebut membantu Vina dan mengambil tongkat bantu milik Vina.

Tatapan pria tersebut sukses membuat Vina merasakan gejolak dalam dirinya. Namun tetap saja ia merasa tidak pantas dengan siapapun. Siapa yang ingin berteman dengan orang sepertinya? sukar baginya untuk berinteraksi dengan orang baru.

"Makasih," ucap Vina yang telah berhasil berdiri dengan sempurna.

"Siapa nama lo?" tanya pria itu pada Vina.

"Davina." Vina menjawab singkat pertanyaan dari pria itu.

"Gue Samuel Wijaya. Lo butuh bantuan?" tanya Samuel.

Vina merasa jengah berinteraksi dengan orang baru. Dia merapatkan bibirnya dan menyeringai.

Samuel paham dengan gadis tunadaksa tersebut. Dia berusaha untuk berbicara lebih lembut lagi agar gadis itu tak merasa takut padanya.

"Kamu mau kemana?" tanya Samuel dengan lengkungan di mulutnya yang membentuk sebuah senyuman.

"Mau ke perpustakaan," jawab Vina singkat.

"Kalau aku yang bantu anterin, Vina mau?" tawar Samuel.

Vina memberikan setengah senyumnya pada Samuel. Baru kali ini orang asing menolongnya. Dia tersentak tak percaya memegangi tongkat bantu miliknya.

"T...tapi...Vina bisa sendiri," ungkap Vina yang berusaha menghindar dari Samuel.

"Gapapa, muel bantu." lagi dan lagi Samuel bersikeras menawarkan bantuannya.

Vina akhirnya luluh dan setuju dibantu oleh pria asing yang baru dia kenal. Sebenarnya ibunya melarang dirinya untuk lebih dekat dengan orang baru terlebih itu adalah orang asing yang tak Vina kenali sama sekali.

"Perpustakaan sepi, mau aku temeni didalam?" tanya Samuel seraya menatap ke jendela perpustakaan.

"Gausah, El. Makasih yaa," tukas Vina.

Samuel berusaha meyakinkan dirinya bahwa dirinya adalah orang baik yang tidak ingin melukai ataupun menodai gadis seperti dirinya.

Seketika Aaron datang dan menggasak pelan pundak Samuel mengejutkan mereka berdua.

"Woi, kemana aja lo." Aaron secara tiba-tiba muncul seperti entitas yang tidak dikenal.

Aaron memandang curiga Vina, gadis yang bersama Samuel. Dia merasa bahwa gadis ini adalah gadis yang sama yang sedang dekat dengan Dhio, adiknya.

Laut dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang