15. pesta dansa

23 27 0
                                    

Saat jam istirahat, Clarissa sangat antusias atas kedatangan Dhio. Saking antusiasanya, ia sampai menggelar sebuah pesta dansa di aula salah satu hotel di Jakarta.

"Dhi, gue ada undangan buat lo, dateng ya. Gue mau lo jadi guess star di acara gue." Clarissa mengulurkan tangannya pada Dhio dan memberikan secarik kertas undangan.

Dhio menerima kertas tersebut dan mengamatinya. "Apes banget dah gue baru ditinggal berapa hari aja dah hedon." lirih Dhio dalam hatinya.

"Yaudah, gue datang ntar malem. Tapi, lo ngajak dia gak?" tanya Dhio seraya mengacungkan jari telunjuknya ke arah Davina.

Clarissa memalingkan mukanya ke kiri dan melirik sejenak gadis tunadaksa itu. Didalam hatinya dia tidak ingin mengundangnya karena ia tahu pasti mereka berdua akan selalu bersama. Clarissa merasa jengkel namun demi Dhio semua akan ia lakukan.

"Lo ajak dia aja. Kertas undangannya dah habis, gue lupa ngasih," terka Clarissa.

Clarissa lalu pergi dari sana dengan perasaan kecewa. Padahal dirinya jauh lebih sempurna dari Davina namun Dhio selalu mengejar gadis tersebut. Terlebih status Davina di sana adalah murid baru.

Dhio menghampiri Davina untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia tidak akan membiarkan gadis itu bungkam seribu bahasa.

"Gue mau ngajak lo ke pesta ntar malem," ucap Dhio.

Davina merasa kaget mendengar pernyataan Dhio. Dia sampai bertanya-tanya dalam mimpinya apakah itu nyata atau hanya halu. Ia kemudian melirik ke arah Dhio sebentar lalu mengangguk.

"Dress code nya warna merah. Dah ya gue mau cabut dulu." Dhio langsung pergi dari sana.

"Skuy ikut gue kantin." Samudra langsung menarik tangan Dhio secara paksa ke kantin.

Setibanya di kantin, mereka memesan 2 mangkuk bakso dengan saus kacang kesukaan Dhio.

Samudra sesekali mendominasi percakapan dengan guyonan diantara kedua mereka. Dhio menimpali dengan tertawaan walaupun guyonan sahabatnya tersebut terdengar garing.

****

Bel pulang sekolah berbunyi. Karena Samuel tidak hadir sekolah, maka Dhio menawarkan Davina untuk pulang bersama.

"Lo pulang bareng siapa? Bareng gue aja," tawar Dhio.

Sebenarnya Davina ingin menolak, namun akhirnya setelah berfikir panjang ia pun sepakat.

Di perjalanan keheningan menyelimuti mereka berdua. Padahal ada banyak sekali pertanyaan yang ingin dilontarkan gadis itu pada Dhio. Tapi, mulutnya terus terkatup seakan dipaksa untuk bungkam. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka topik di antara mereka.

"Dra, Vina boleh bohong ga menurut Dhio?" tanya gadis itu seraya menghela nafasnya.

Dhio melirik Davina dengan tajam. Ia memutarkan kepalanya ke kiri dengan wajah datarnya. Kemudian pandangannya kembali ke arah jalanan.

"Berbohong itu hak lo, terus gue cuma pura-pura gak tau kalo lo bohong," ungkap Dhio.

Davina menjadi kaku. Setegas itu Dhio pada dirinya. Ia mengalihkan pandangannya menuju jalanan Jakarta. Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua. Sampai akhirnya mereka sampai dirumah Davina. Bahkan berpamitan saja, Davina dan Dhio tidak mengucapkan sepatah kata apapun.

****

Samuel memilih untuk mencari hiburan bersama Bramsel. Disanalah ia dapat menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dia tidak menyalakan Davina atas apa yang terjadi.

"Kok lo bisa ngejar cewe yang ga nyukai lo sih?" tanya Aaron pada Samuel yang terlihat lesu.

Samuel mendengus. Ia terus menghisap rokoknya dan membuang asapnya ke udara. Begitulah seperti siklus kehidupannya.

Laut dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang