•🌼•🌼•🌼•
1 Tahun kemudian.
"Wilo, ayo turun sarapan pagi dulu," panggil Gideon.
"Iya Ayah sebentar,"
Putrinya menuruni tangga dengan terburu-buru, membuat Gideon harus mengawasi setiap langkahnya. Takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Huft, capek juga padahal cuman turun," Wilo menarik kursi di sisi kanan Gideon. "Ayah masak apa?" lanjutnya.
Selama setahun ini, Gideon mulai belajar memasak jika ada waktu luang. Itu karena dia tidak ingin putrinya terus menerus makan diluar ataupun memakan makanan siap saji, tidak baik untuk kesehatan.
"Seperti biasa, Ayah belum bisa resep yang baru,"
Wilo beroh ria. Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Dia segera berlari menuju pintu.
"Pagi om,"
"Pagi Naura," balas Gideon. "Kalian ada kelas pagi?"
Wilo mendengus, "engga Ayah. Naura tuh kelasnya jam 10 dan Wilo jam 8," ungkapnya.
"Terus kenapa kamu berangkatnya sekarang, nanti kamu lama loh nunggunya di kampus," ujar Gideon.
"Itu karena Naura maaahhhhh—"
Naura langsung menutup mulut Wilo dengan satu tangannya.
"Jangan buka kartu lo," bisik Naura.
Gideon hanya tertawa kecil melihat tingkah laku keduanya.
"Sekali-kali om berangkat pagi hehe,"
Wilo melotot pada Naura hingga gadis itu menjauhkan tangannya.
"Wuih, lama-lama om ngalahin masakan Mama haha," ujar Naura setelah menyicipi makanan di meja.
"Kamu bisa aja, om tidak bisa ngalahin masakan Mama kamu," guraunya.
Mereka pun makan dengan tenang. Setelah menyelesaikan sarapannya, Naura dan Wilo berpamitan kepada Gideon.
"Terus lo mau kemana sekarang?" tanya Wilo setibanya di kampus.
"Perpustakaan,"
"Oke, gue ke kelas ya,"
"Hm,"
Wilo pun pergi meninggalkan Naura.
Sekarang dia adalah mahasiswa di salah satu kampus terbaik di kotanya. Keputusannya untuk mengambil jurusan kedokteran tentu saja berhubungan dengan Alvin.
Sebenarnya ini bukanlah passionnya. Dia menyukai kesenian dan berpikir akan mengambil jurusan tersebut akan tetapi kejadian setahun lalu membuatnya memutar arah.
Walau sekarang dia terlihat lebih baik namun perasaan bersalah itu belum sepenuhnya menghilang.
Dia belum berani datang dan menemui Alvin di rumahnya. Entahlah, hanya saja Wilo merasa datang ke sana sekarang bukanlah waktu yang tepat.
Wilo tahu, dia sudah membuat Alvin menunggu terlalu lama. Tapi apa yang bisa dilakukannya.
Hidup tanpa Alvin, seluruhnya menjadi berubah.
Tapi...
Satu hal yang tidak dia sesali.
Bahwa Alvin pernah hadir dalam hidupnya.
Pernah menjadi bagian dari setiap kebahagiaan dan kesedihannya.
Menjadi orang paling beruntung di dunia ini karena memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Last Wishes (Completed)
Short StoryItu yang kamu mau? Ya udah. Tapi aku mau ngelunjak, boleh? "Aku mau 10 hari dari kamu and after that we really ended." . . . Rasa takut untuk mencintai mungkin akan terus membekas namun tidak menutup kemungkinan jika suatu saat aku bisa menemukan se...