•🌼•🌼•🌼•
Tibanya di rumah makan, mereka masih tetap bungkam.
Tempat yang Alvin pilih tidak lah jauh dari rumah mereka. Di depan rumah makan berjejeran street food, baunya sampai tercium.
Suara lucu terdengar.
"Mau apa?"
Wilo menghiraukannya.
Suara lucu itu kembali terdengar.
"Perut kamu minta makan, ga mau di kasih?"
Mau tak mau, akhirnya Wilo mengesampingkan kekesalannya dan mulai menyebutkan menu yang diinginkan.
Setelah itu mereka kembali diam satu sama lain.
Alvin menatap lekat sang kekasih. Memperhatikan setiap detail dari wajah Wilo.
Cantik.
Sebenarnya Wilo merasa malu jika diperhatikan terus menerus, apalagi orang itu adalah Alvin. Namun gengsi setinggi langit jadi dia hanya bersikap cuek dan terus memalingkan wajahnya ke samping.
Nih orang kenapa diem terus sih, ajak ngobrol kek, bujuk gue kek, apalah gitu. Masa iya harus gue lagi yang ngalah, batin Wilo kesal.
Wilo baru saja akan membuka suara tapi tak jadi karena Alvin terlebih dulu melakukannya.
"Wilo, aku ke toilet dulu."
Alvin bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari Wilo.
Mata Wilo hanya sempat melihat punggung kokoh kekasihnya sebelum pria itu menghilang dari balik tembok.
Beberapa menit kemudian makanan datang dan telah disajikan.
Karena Alvin tak kunjung datang, Wilo memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Perutnya sudah tidak bisa mentolerir bau harum yang menusuk penciumannya sehingga cacing-cacing mulai memberontak.
Dia begitu menikmati makanannya hingga tak sadar bahwa Alvin belum juga kembali.
Sampai saat suapan terakhir pun Alvin belum terlihat.
Akhirnya Wilo mengambil ponsel lalu menelfon Alvin.
Hanya deringan yang terdengar. Pemilik ponsel sepertinya tak menerima panggilan dari Wilo. Dengan kesal dia mengakhirinya.
Tak mau menunggu lagi, Wilo memutuskan untuk menyusul Alvin ke toilet. Akan tetapi ketika dia berdiri, ponselnya menerima sebuah pesan singkat.
From Beruang Kutub🐻❄️
Aku pulang, kamu balik sendiri ya."What the fff!!!!!"
Hampir saja dia mengumpat, jika tidak mengingat bahwa dirinya berada di tempat umum.
"Apa-apaan!!!"
"Are you kidding me?!"
"Oh gosh, seriously! Hah!"
Seseorang menghampirinya.
"Maaf mbak, mas yang tadi udah bayar. Katanya mbak boleh langsung pulang,"
Wilo hanya bisa tersenyum kecut sebagai balasan.
Dan di sini lah Wilo. Berdiri di tepi jalan sembari menghentakkan kakinya.
Sungguh Wilo ingin menangis. Untuk pertama kalinya Alvin memperlakukannya seperti ini.
Apa sesulit itu untuk menunggunya selesai makan? Rumahnya bahkan tidak jauh dari sini, kenapa harus meninggalkannya seperti ini, sedihnya.
"Kalau ga niat, ngapain ngajak gue keluar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Last Wishes (Completed)
Historia CortaItu yang kamu mau? Ya udah. Tapi aku mau ngelunjak, boleh? "Aku mau 10 hari dari kamu and after that we really ended." . . . Rasa takut untuk mencintai mungkin akan terus membekas namun tidak menutup kemungkinan jika suatu saat aku bisa menemukan se...