sepuncuk surat untuk amira

9 5 1
                                    


“ mir , kamu di panggil nyai, kata beliau program kerja harus di setor . kan kemaren kamu yang ngetik .”
“oh iya habis ini aku anterin, tapi aku selesai in ngawas jam belajar ya, soalnya delila pergi ke dapur buat meriksa makanan, kan sebentar lagi jam makan? ”
selain ngurus di bidangnya, amira serta yang lain juga saling membantu dalam menjalankan program mereka. Meskipun dia menjadi pengurus keamanan, namun terkadang amira membantu delila mengurus bidang pendidikan.
“iya , asal jangan sampe lupa” kata dea. Dea juga menjabat sebagai pengurus bendahara, namun dea juga merupakan pengurus yang jarang ber sosialisasi , dea memiliki sikap yang sedikit bodo amat terhadap sekitar.
Setelah selesai mengawasi jam belajar, amira segera bergegas  ke dhalem nyai mutmainnah untuk menyetorkan program kerja yang beliau minta. Setelah dari sana amira segera bergegas  pergi ke ruang penyiaran untuk menyiarkan jam makan.
“ assalamuaikum warohmatullahi wabarokatuh. اعلان لجميع الطالبات يرجى تناول الطعام على الفور لانه حان وقت الاكل.
Seluruh santriwati berhamburan langsung bergegas ke dapur, karna jika terlambat sedikit saja, maka mereka tidak akan kebagian makanan.  Dapur untuk santri putra dan putri memang di satukan , hanya saja perbedaannya, santri putra mengantri di luar , sedangkan santri putri langsung di perbolehkan masuk ke dalam.
Amira mengajak dinda yang juga merupakan pengurus di sana untuk membantu delila di dapur, selain mengurus program pondok. Pengurus juga memiiki tugas membantu bantu di dapur. Meskipun sudah ada khodimat dapur. Namun terkadang mereka kewalahan, jadi pengurus memiliki kewajiban membantu bantu dapur. Perjalanan menuju dapur amira di berhentikan oleh salah satu santri putra.
“assalamualikum , afwan ukhty , ini ada titipan surat dari kakak itu. Ucapnya sambil menunjuk ke arah pohon jambu, namun yang mereka lihat hanyalah angin. Lagi lagi amira mendapat surat dari seseorang.”
“iy dek makasih ya.” Hanya itu yang mampu di jawab oleh amira, karna bukan hanya satu kali dua kali dia mendapatkan surat. Dinda yang ada di samping amira hanya senyum senyum , karna memang sering dia mendapat titipan surat untuk amira.
“belum ada ikhwan yang cocok ya mir?” ejek dinda yang di jawab gelengan serta tawa kedunya.

Ikhwan solehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang