"Umma.. Umma istirahat aja, ya? Biar Saga aja yang buat makan malam. Saga gamau uma kenapa-kenapa, ya?"
Sungguh laki laki itu sangat berbakti kepada orangtuanya, laki laki juga sangat menghormati wanita. Tak lain, laki laki itu adalah Sagara santri terbaik di jakarta. Ia juga pinter memasak, semua masakan atau kue-kue Sagara bisa.
Bocah mungil yang duduk bersebelahan dengan wanita paruh baya itu ikut menganggukkan kepalanya. Bocah bertubuh mungil pun mengatakan,"Iya umma.. Lebih baik, umma istirahat, kalo udah siap pasti abang panggil kok, yakan?"
Bocah itu berusia 10 tahun. Anak perempuan yang sangat imut, mempunyai suara yang lucu, apa lagi mempunyai hati yang lembut. Perempuan itu bernama Ocha.
Sagara itu pun tersenyum tulus, ia mengangguk kepalanya setuju. Ia menjawab dengan nada lembutnya,"Iya betul."
"Baiklah-baiklah. Umma nurut sama kalian, lagi pula lama banget umma ga makan masakkan kamu, Saga." ucap wanita itu yang merupakan ummanya.
****
"Umma.. Umma kenapa sedih?"
Dari tadi wanita itu menunggu makanan yang lagi Sagara masak. Wanita itu sepertinya sedih dan, seperti tengah memikirkan sesuatu hal. Anak keduanya itu bertanya kepadanya.
Ia tersenyum tipis, dan wajahnya sangat pucat membuat perempuan itu khawatir."Umma kenapa?.. Abang! Cepetan masaknya!"
Perempuan itu teriak, Sagara yang tengah memasak jadi tergesa-gesa. Wanita disampingnya menggelengkan kepalanya dan menjawab,"Umma gapapa."
"Ini makanannya. Siap disantap."
Sagara datang membawa makanan yang ia masak. Adeknya tersenyum, sedangkan wanita itu menatap Sagara.
"Nak," panggilnya.
"Iya umma, kenapa?" Sagara bertanya.
"Kapan kamu menikah? Mumpung umma masih disini, kalo umma udah meninggal, gimana?.. Umma pengen liat kamu menikah di depan umma.."
Seperti dugaannya. Sagara sering kali ditanya untuk menikah, dan kapan menikah. Bukan apa bagi Sagara, Sagara belum menemukan sosok yang tepat, bahkan sekarang prioritasnya adalah ummanya.
Wanita paruh baya itu yang merupakan ummanya memiliki penyakit, entah penyakit apa, sebab, setiap kalinya Sagara ingin membawa kedokter selalu ditolak. Membuat laki-laki itu bingung, dan tidak tau penyakit apa yang diderita ummanya.
"Umma.. Jangan bilang begitu, umma pasti sembuh kok. Kita kedokter aja ya? Biar tau." ajak Sagara.
"Iya umma, Ocha gamau umma kenapa-kenapa.." dengan larutan wajah sedihnya perempuan itu mengatakan hal itu kepadanya.
Umma menggelengkan kepalanya, kemudian mengatakan,"Ga perlu. Umma gapapa. Umma cuma mau liat kamu menikah, Saga. Apa perlu umma carikan, hm?"
"Gausah, umma. Saga memang belum nemu sosok yang tepat, tapi Saga usahakan, umma.. Saga juga mau rawat umma dengan baik. Sekarang umma sama Ocha makan, ya?" pinta Sagara.
****
"Papah!" panggil gadis manja itu.
Siapa lagi? Dia Tamara.
Berjalan kearah ruang tamu dari tadi teriak tidak jelas, membuat keluarganya menoleh kearah anaknya itu.
"Kenapa sayang, hm?" Lian bertanya kepadanya.
"Lupa mau cerita apa. Hehe," Tamara menyengir. Ia sangat lupa ingin menceritakan apa, karena keturunan keluarga itu pelupa.
Ketiga makhluk hidup pun menggelengkan kepalanya melihat sikap Tamara. Gadis itu duduk disebelah Bima—abangnya.
"Oh ya, pah. Tadi mamah liat anak yang rumahnya diujung jalan sana dipertigaan permati 01 itu lho, kasihan banget yang mamah denger dari orang orang itu ibunya kan seorang nyai, tapi punya penyakit,." jelas Rana mengosip dengan semangat.
"Penyakit apa mah?" Bima mendengar cerita darinya jadi penasaran dan bertanya kepadanya.
Wanita itu pun mengangkat kedua bahunya sebagai tanda tidak tahu. Tamara menaikkan kedua alisnya dan membuka suaranya lagi,"Terus gimana?"
"Ya ga gimana gimana. Kasihan, lain kali kamu bawain makan buat keluarganya. Mamah kasihan liatnya, takutnya anaknya kan santri dan ga ada yang jagain." tekan Rana.
"Gamau ah, bang Bima aja lah. Ngapain suruh aku?" tolak Tamara mentah.
Bima menatap malas kearah adeknya, Bima pun menjawab,"Abang ga bisa, Ra. Kamu kali kali main dari pada bucin terus ga ada bosennya!"
"Eleh, iri? Makanya cari cewe bang! Yang modelannya kek ukhti ukhti juga gapapa." Tamara menaikkan kedua alisnya sambil menatap abangnya itu.
"Emang kenapa harus begitu?" Bima bertanya terasa aneh saja permintaannya.
"Ya, gapapa. Kalo Gue gabisa kek ukhti ukhti ya minim punya kakak ukhti." celetuknya.
"Kenapa ga nikah aja sama santri idaman lo?"
Tamara memutarkan bola matanya malas."Ogah banget, santri itu rata-rata modelan nama doang santri tapi belum tentu akhlaknya."
"Yaudah nikah aja sama anak ibu tadi, baik kok, lagian ya.. Anaknya berbakti banget, punya adek yang lucu banget." seru Rana.
"Gamau! Nunggu Areksa lamar baru aku nikah." ketusnya.
"Lama, kalian tuh kasih sekolah." balas Lian.
"Terus ngapain mamah nyuruh aku nikah sama santri itu..? Katanya kan masih kecil,"
"Beda, Gue setuju banget kalo lo nikah sama dia. Gue juga pernah liat santri itu, bawa ibunya kedokter tapi katanya gajadi. Tapi anaknya itu khawatir banget sama ibunya, terus aja maksa buat kedokter." jelas Bima.
"Kamu mau, ya? Kita jodohin?"
TCB
Assalamualaikum.. Selamat pagi.
Bagaimana pagi hari ini? Baik?
Saya harap masih dengan keadaan baik.
saya harap kita ga bosen dengan cerita ini.Follow ig: @skyhornswoggle
@coretan.au
@anathaliatickle
@snifty.elina_Follow ignya biar tau info-info selengkapnya tentang cerita ini, ya? Kali gamau ketinggalan follow, terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Novela Juvenil{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...