"Pulang, de.. Ayah suruh lo pulang. Kalo ga pulang, ayah sama bunda bakalan marah sama lo, ayo."
Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat, gadis itu masih berada diruangan dan masih menggenggam tangan mantan kekasihnya. Mata cantiknya berkaca-kaca."Gamau, lo aja yang pulang. Ini salah Gue, Gue yang mutusin dia jadi dia kecelakaan begini!"
"Bukan. Ini bukan salah lo, berhenti salahin diri gara-gara kejadian kek gini, Ra. Buanglah jauh-jauh. Lo ga salah!" tegas Bima. Sudah berulang kali pemuda itu mengajak sang adek untuk pulang bersamanya, namun tidak mau.
"Bukan salah Gue? Kalo Gue ga mutusin dia, dia ga bakal begini! Lo gatau caranya gimana bang!!! Lo hanya tau Gue harus lakuin semua ini demi kebaikan Gue! Lo gatau rasa sakit yang Gue dapet, emang lo tau, ha!?"
Lagi-lagi gadis itu menyalahkan dirinya sendiri. Meskipun jika tidak memutuskan hubungannya, mungkin tidak seperti ini.
"Ra, pulang.."
Akhirnya Tamara menuruti. Sebelum gadis itu hendak keluar, gadis tersebut tersenyum dan berkata,"areksa... Aku pulang dulu, ya? Semoga kamu cepet sadar, soalnya aku kangen. Cepet sadar, ya?"
****
"Kenapa baru pulang?"
Tamara dan Bima kira, jika kedua orang tuanya sudah tidur duluan, agar tidak salah paham atau bertengkar.
Alangkah kedua remaja tersebut terhenti, tidak berani untuk menatap kedua orang tuanya yang masih berdiri dihadapan mereka.
"Kenapa kalian diam saja? Jawab!" tegas Lian melihat kedua anaknya menundukkan kepalanya tidak berani menjawab apa-apa.
"Maaf yah... Tadi kita berdua habis jenguk Areksa, Areksa kecelakaan." balas Bima.
"Apa urusannya sama Tamara? Hubungannya juga ga ada lagi. Kalo jenguk ga lama, kalo lama bukan jenguk namanya!" Lagi-lagi Lian bisa menjawab membuat keduanya diam membisu.
"Nak, lupakan lah Areksa. Apa, kamu ingin melukai kedua laki-laki?" Rana bertanya dengan nada lembut, meskipun ia tau melupakan bukan hal yang mudah sekali.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, kemudian menjawab,"ga mudah. Tamara juga ga minta buat dicintai atau pun dijodohi sama laki-laki seperti Sagara. Sagara memang baik, kenapa ga cari perempuan yang lebih baik dari Tamara? Yang sholehah, bukan seperti Tamara."
"Nak, meskipun kamu tidak sepenuhnya paham agama. Menikahlah dengan laki-laki yang paham agama, sebab apa? Laki-laki yang tidak paham agama, maka akan rusak seluruh kurikulum dalam rumah tangganya." nasehat Rana membuat otak Tamara memutar. Sebenarnya, ia malas berfikir, namun malahan terfikirkan gara-gara ucapan dari sang ibundanya.
****
Pagi-pagi ini Tamara sudah mengomel-omel gara-gara menelfon dengan Naya, pasalnya Naya menelfon hanya ingin tau bahwa dirinya kerumah sakit atau tidak? Malahan melunjak suruh untuk kabur dari rumah, karena dirinya tidak terperbolehkan keluar.
Ngarang aja lo, Nay. Kalo gue ketahuan mampus gue! Untung aja, handpone gue ga disita. Ya alhamdulillah banget.
Lo mau kesini atau ga nih? Kalo lo mau ke rumah sakit, gue jemput.
Gimana ya, Nay? Keknya... Gabisa.
Kenapa gabisa?
Naya emang tidak tau tentang perjodohan ia dengan Sagara, apa lagi jika ia akan kesana pasti marah besar bapak negara.
Nay, sorry gue belum jujur sama lo. Tapi, tentang gue ga bisa kesana, gue takut nantinya ayah marahin gue, Nay.
Jujur tentang apaan? Tumben lo takut dimarahin, biasanya kan malahan takutnya sama Areksa. Dapet hidayah dari mana, cuy?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Fiksi Remaja{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...