pendatang yang merusak

63 9 4
                                    

"Bim, Tamara keluar lama banget. Dia ngapain?"

Pemuda yang bernama Areksa itu bertanya-tanya kepada Bima, apa lagi Galen yang tadinya keluar sudah masuk kedalam ruangan lagi. Namun, Tamara tidak. Sudah cukup lama.

Bima yang berdiri tepat di depan pintu itu pun menoleh kearah Tamara yang sedang ngobrol dengan Sagara, dan Ocha duduk dipangkunya. Keputusannya masih sama atau ngga, Ra? Gue percaya, tadinya lo pilih Sagara, sekarang? Sekarang lo pilih Areksa?

Galen kesal, ketika ia dengan Tamara sudah keluar dari ruangan dokter Raffa, namun ia kira gadis itu ikut dengannya, tapi malahan berlarian untuk menghampiri Sagara. Ia benci dengan Sagara.

"Kenapa pada diem?" Gazza menatap aneh antara Bima dan Galen, bukannya menjawab namun menatap hal aneh satu sama lain.

Mendengar hal itu Bima langsung bergumam dan mengatakan, "Lagi diluar. Kenapa? Gue panggilin?"

Males. Jujur males sekali jika Bima keluar hanya untuk memanggil adeknya, ia senang jika Sagara dan Tamara dekat.

Areksa tidak menjawab, sebagai jawaban ia menggelengkan kepalanya. Gazza dan Mahesa menatap aneh kearah sahabatnya itu, tumben saja tidak mengaum seperti singa.

"Lo ga marah, Sa?" Mahesa berheran-heran kepadanya, apa Areksa posesif mode on sudah lenyap?

"Buat apa? Biarin lah mungkin penting," jawab Areksa dengan nada lembutnya.

Galen menghelakan nafasnya kasar."Gue keluar dulu, ya?"

"Mau kemana lo, Gal?" Mendegar hal itu Areksa langsung bertanya, tak biasanya sifatnya seperti itu.

Bima melihat gerak-gerik Galen pun sudah terbaca, apa lagi izin untuk keluar. Wajah Bima berubah menjadi datar melihat Galen berjalan untuk keluar.

Namun disini lain...

"Gausah sedih gitu, Saga." ucap Tamara dengan nada lembutnya. Akhir-akhir ini Tamara menjadi sosok perempuan lemah lembut, namun aslinya hot.

Tamara menatap pemuda yang duduk disampingnya, terlihat tidak ada ekspresi sedih diwajahnya. Aneh, menurutnya. Sagara tidak menatap balik kearahnya, namun pemuda itu bisa melihatnya meskipun tidak melihatnya.

"Saya tidak sedih, Ra. Kamu cinta dia kan? Sesuatu hal yang terima karena terpaksa akan menyakitkan. Lebih baik nanti saya bicara sama ayah kamu, biar jelas." ujar Sagara.

"Kakak cantik, emang.. Yang lagi sakit itu siapanya kakak cantik?" Ocha yang tengah duduk dipangkuan Tamara pun bertanya. Bocah itu memainkan jari-jarinya.

"Dia... Dia temen aku, kenapa hm?"

"Temen ya?" Bukan-bukan Sagara atau pun Ocha yang mengatakan hal itu, namun Galen. Galen berjalan sambil mengatakan hal itu.

Mendengar hal itu sontak menoleh kearahnya. Lagi-lagi keadaan tidak berpihak kepada Tamara, ia memutarkan bola matanya kemana-mana.

"Gal..."

Pemuda itu tersenyum smirk, "Dia udah sadar. Dan dia amensia, Ra. Dia ga inget waktu lo mutusin dia, so... Lo mau kejadian ini terulang lagi?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat."Ga.. Gue gamau itu.. Tap—"

Dengan cepat Galen memotong ucapan Tamara, "Apa? Mau alasan apa lagi lo? Mau bikin kita sedih terutama Areksa?"

"Dan lo... Gausah terus-terusan paksa Tamara buat sama lo. Lo tuh bisa cari cewe. Lo kan cowo, masa ga bisa," remehnya.

Mendengar hal itu membuat Sagara berdiri, melihat kaki Sagara bergerak sontak membuat gadis itu menoleh kearahnya, kondisi yang benar-benar tidak karuan.

ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang