"MAKAN MALAM SIAAAPPP" felix mengangkat mangkuk besarnya ke meja makan, menyajikannya pada para predator kelaparan.
yasss, ini malem pertama komplotan huru hara liburan. makan malam pertama menunya seafood asam manis. tapi jangan kepikiran kalo itu felix masak sendiri ya, soalnya dia tadi sore beli di resto deket pantai. biar gak ribet katanya, kan lagi liburan.
"abis makan mau pada ngapain?" christ mengisi kekosongan suara di ruang makan karna emang anak anak ini kalo lagi makan enak ya diem
"gue ada stok film action nih, nobar kuy"
"kuy kuy. tapi lo pada ada koyo gak? gue kok pegel pegel kebanyakan renang tadi"
"halah gini nih. jiwa umur 18 punggung umur 47"
setelah itu mereka menghabiskan makan malam dengan tentram. cuma ada beberapa candaan kecil, mungkin udah sama sama pegel linu kaya chakra tadi.
"woi geser geser, ke kanan sana biar keliatan"
"pala lo geser geser, bantuin kek ini!"
chakra menunjukkan cengirannya lalu ikut membantu hasel menggeser kasur angin.
sesuai persetujuan tadi, komplotan kita malem ini mau nobar film action yang direkomendasiin ian. sekarang mereka lagi siap siap di ruang tengah. ada yang nyiapin cemilan, ada yang nyiapin kasur angin punya christ, ada yang nyiapin filmnya, ada yang jadi mandor juga kaya tadi.
ngga lama, akhirnya bioskop dadakan dimulai. ada yang bener bener serius nonton, ada juga yang bener bener serius ngabisin makanan, ada juga yang mendadak jadi komentator, semuamua dikasi komentar.
"gue bilang tadi apa anjir, gak nurut sih lo"
"dia ini siapa sih, gak kenal main nyelonong aja"
"lah anjir itu kenapa nggak lari?! LARI WOI GAK ADA WAKTU BUAT SYOK! WOI LARI- EEEHHMMMMM!!!"
sungkem dulu sama langit yang udah sumpelin toa hanu pake bantal. pusing ges dia dengerin hanu teriak teriak, mana dia duduk disebelahnya.
"makan tuh bantal, congornya nggak bisa anteng"
akhirnya sepanjang sisa film bisa tenang meskipun hanu yang ketar ketir karna dipelototin langit tiap kali mau bersuara.
"ASIKKK, tepuk tangan dulu dong"
penonton riuh tepuk tangan begitu film pertama habis diputer.
"lanjut gak ini ges?"
"lanjut lanjut, nanggung cuma nonton 1"
"horror gas?"
"GASSS"
"GASS!!"
akhirnya mereka semua lanjut lagi nonton horror rame rame. bahkan felix yang biasanya gamau nonton horror aja sampe mau nonton soalnya rame rame. katanya kalo nanti diatengin ya tinggal dikeroyok bareng bareng aja.
tapi ini nggak berlaku buat langit, dia ini gak bisa nonton horror. entah sendirian maupun rame rame, dia pasti bakal parno dan kebayang bayang sampe 2 minggu kedepan. jadi langit mutusin buat keluar ruangan dan duduk duduk diteras sambil liatin suasana pantai malem hari. langit jadi sadar, pantai emang cantik kalau siang hari, tapi pantai di malam hari nggak kalah cantik dan nenangin.
brukk
langit membuyarkan lamunannya, menatap jaket hitam yang baru saja dijatuhkan dari kepalanya, lalu menatap sang pelaku sebal.
lino hanya terkekeh lalu mengambil tempat duduk disamping langit, "angin malem gak bagus buat kesehatan. nanti lo sakit"
langit menggangguk lalu memakai jaketnya, "lo nggak ikut nonton kak?"
"enggak, bosen"
langit reflek memasang wajah bingung, padahal lino ini biasanya paling senang menonton film horror. kenapa tiba tiba bilang bosan begini?
"jangan ngelamun aja lo, kesambet ntar. tadi kak wisnu nelfon gue nanyain lo, hp lo nggak aktif?"
"hp gue batrenya habis kak, gue cas tadi. lo kesini gara gara kak wisnu?"
lino menggeleng, "enggak, gue aja gatau lo diluar tadi. gue kira lo masih betah ikut nonton horror"
"gue gak berani kak, tadi waktu mulai gue udah keluar"
"oh iya ngit, soal kemarin"
"eh iya? kenapa kak?" wajah langit seketika memerah mengingat ucapan lino melalui telfon semalam
lino terkekeh, "lo semalem tidur awal ya?"
langit mengangguk saja. mungkin tidak apa apa berbohong untuk saat ini, karna ia sangat ingin mendengar ulang ucapan lino secara langsung meskipun hanya sekali.
"lo ada mau cerita apa apa tentang kemarin? ada yang bikin lo gak nyaman tentang semua hal yang terjadi kemaren?"
langit ingin bercerita, langit ingin membagikan semua ceritanya tentang bagaimana perasaannya tentang darlino kemarin, tentang bagaimana ketika yeja memberitahu darlino bahwa ia harus menjaga dan tidak menyakiti julia. hati langit berteriak menceritakan segalanya, tapi bibirnya justru kelu tidak bisa mengungkapkan apa yang hatinya inginkan.
melihat langit yang hanya diam sambil memilin ujung jaketnya membuat lino gemas sendiri. ia menggeser tempat duduknya agak lebih merapat pada langit lalu merangkul pundak sempit yang lebih muda, menyalurkan kehangatan ditengah dinginnya angin pantai.
"it's okay kalo ini emang bukan waktunya buat lo cerita. gue bakal nunggu waktunya buat lo siap cerita ke gue. gue siap nerima cerita tentang lo, tentang hari hari lo, semuanya. gue mau jadi orang yang selalu lo cari ketika lo sedih, seneng, kecewa, marah, dan semua yang lo rasain. gue gak mau ngelewatin tiap cerita di hari lo, karna sepenting itu lo di cerita hari hari gue, langit"
"kak darlino, lo.."
belum selesai langit mengucapkan kalimatnya, ia kembali terdiam karena lino yang tiba tiba memeluknya erat. jujur ini membuat langit semakin kacau akan perasaannya sendiri. ia jadi bimbang akan segalanya. apakah apa yang selama ini menjadi keputusannya sudah benar? apakah keputusannya untuk masa yang akan datang sudah benar? mengabaikan sejenak pikirannya yang sedang kalang kabut, langit memilih untuk menutup matanya dan membalas pelukan darlino. membiarkan hatinya egois untuk malam ini saja tidak ada salahnya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
love trap; 2min
Teen Fictionbenar kata orang, kita tidak akan mencari sesuatu sampai hal itu menghilang. tapi kita tidak membicarakan tentang sebuah benda. ini kisah langit dan darlino, dua sejoli yang menorehkan kisah kasihnya di buku cerita masa remaja. jangan lupa dengan be...