Zaxe adalah manusia buatan yang paling sempurna. Ia diprogram khusus dengan kepintaran yang luar biasa. Wajahnya yang tampan bak dewa Yunani bisa mengelabuhi siapa saja.
Hanya saja ia tak memiliki perasaan sebagaimana robot semestinya.
Zaxe dicipt...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ekhm jarum bukan sembarang jarum.
Bukan author loh ya.
Cuman nemu di ig ya. Real banget si dikehidupan.
Siapa yang pernah ngalamin kayak gini?
Gimana ya? Kalo ujungnya temenan si masih oke lah kalo ujungnya ASING?
Bagai persimpangan jalan buntu.
Dan author malah merasakan yang jalan buntu😉😭😭
Aduh segala typo emoji lagi.
Udah lupain dulu yang asing asing itu.
.
.
.
.
Pyar.
"Apa yang kamu lakukan Bianka? Ibu menyuruhmu untuk membuat Altair dibenci. BUKAN MALAH SEPERTI INI!!"
"T- tapi Bianka enggak mau lagi bu. Bianka capek."
"Capek?"
Rosela menyeringai melangkah mendekati Bianka.
"AKHHH IBU SAKIT IBUUU. AMPUN."
Dengan tidak berperasaan Rosela menjambak rambut Bianka. Menyeretnya ke toilet.
"Ampun ibu sakit hiks."
"Susah payah saya berhasil masuk ke kediaman Archer dan membuat mereka membenci bungsu mereka sendiri buat apa? Hah!"
"Agar kamu bisa disayangi mereka. Agar kamu bisa mendapatkan warisan yang seharusnya untuk anak sialan itu. Dan agar dendam saya untuk menghancurkan keluarga ini bisa mudah berhasil."
"TAPI KAMU!!! Anak tidak tahu diri. Kamu merusak semuanya."
"Ampun bu sakit hiks sakit."
Bianka menangis kepalanya dijedotkan ke tembok selama ibunya memakinya. Sakit sekali.
"Sakit bu kepala Bianka ibu. Ampun."
"Sekarang ibu tanya. Kenapa kamu hancurin rencana ibu BIANKA?!!!"
Bianka tidak menjawab. Ia masih terus menangis mencoba menjauhkan tangan ibunya. Sungguh kepalanya ingin pecah rasanya.
Darah segar tak meluluhkan hati Rosela. Ia gelap mata gelap hati. Peranya sebagai ibu sudah ia lupakan.
Setelah puas Rosela melempar tubuh Bianka.
Sedangkan Bianka antara sadar dan tidak sadar ia hanya bisa memegangi perutnya yang terasa nyeri. Punggung terbentur tembok terasa remuk. Semuanya terlalu menyakitkan.
"Kamu jalankan saja rencana ibu. Jika kamu membuat ibu marah lagi. Ibu benar-benar tidak akan segan-segan mencelakai Altair."
"Ja-jangan ibu hiks," Bianka merangkak meraih kaki ibunya. Memeluknya bagai pengemis meminta belah kasihan.