.
.
.
.
.
"Kecil sekali. Tingginya bahkan hanya sepinggang ku. Apakah manusia satu ini kerdil?"
Zaxe terus bergumam sambil
memandangi tubuh barunya melalui kaca."Kenapa wajahnya imut sekali. Tapi," Zaxe mengentikan kalimatnya mengingat sesuatu.
"Tuan mereka laki-laki? Tapi kenapa imut? Apa manusia memang seperti itu?"
"Kau tahu. Laki-laki sungguhan itu yang gentleman. Mereka palingan hanya bencong."
"Apakah Altair termasuk bencong?"
Belum sempat Zaxe kembali berdialog seseorang memasuki ruang inap miliknya.
"Kau sudah bangun rupanya."
Seorang pria berjalan mendekati Altair lalu menyeretnya ke kasur kembali.
"Anak baik tidak boleh mencabut infusnya sebelum habis. Kamu anak baik bukan?"
"Dasar pengibul," menurut ingatannya pria di depannya adalah rekan daddy-nya yang bernama Rey Rekha Aditya.
Rey Rekha Aditya sendiri bekerja di bidang kedokteran. Ia menjadi dokter di rumah sakit milik keluarga Jordan. Pria yang berumur tua ini seorang duda gess.
"Kenpa hanya diam? Ada yang sakit ya?" bingung Rey melihat anak dari rekannya ini. Biasanya anak ini akan berbicara banyak hal.
"Aku ingin pulang."
Rey menjadi semakin bingung dengan tingkah Altair. Kenapa dengan anak ini?
"Kamu harus tetap di rumah sakit sampai sembuh. Dan jangan lagi mencabut infusnya ya."
Setelah selesai memasang infus Altair kembali Rey menyuruh Altair untuk beristirahat agar cepat pulih katanya.
"Dia pikir aku bodoh? Dasar pengibul tua."
"Paman harus kembali mengecek pasien. Kamu lanjut istirahat ya."
Altair terus menatap punggung Rey yang mulai menghilang.
"Apakah manusia jika sakit harus banyak istirahat?"
"Ampun tuan. Saya berjanji tidak akan berkhianat lagi."
"Harus kita apakan lagi tuan?" Zaxe tersenyum puas melihat nyawa targetnya sudah diujung tanduk.
"Biarkan saja. Biarkan dia istirahat. Nanti kita siksa lagi."
"Ah iya. Tuan waktu itu juga memberikan waktu istirahat untuk tikus kecil itu."
"Tuan kenapa dia tidak bangun-bangun? Manusia tidur lama sekali ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ZAXE [END]
Fiksi RemajaZaxe adalah manusia buatan yang paling sempurna. Ia diprogram khusus dengan kepintaran yang luar biasa. Wajahnya yang tampan bak dewa Yunani bisa mengelabuhi siapa saja. Hanya saja ia tak memiliki perasaan sebagaimana robot semestinya. Zaxe dicipt...