02 : Red Kiss

498 48 6
                                    

"Terima kasih papa." Ucap Meen setelah menjauhkan tangan Perth dari mulutnya, lalu dia kecup telapak tangan itu tanpa mengalihkan pandangannya dari Perth.

"Hanya ciuman, tidak lebih." Perth menekan kalimat ini yang dibalas anggukan ringan oleh Meen. Dia benar-benar tersenyum puas dalam hati.

Meen segera memasukkan tangannya ke dalam celana tuk mengeluarkan miliknya dari dalam sana.

Melihat itu, Perth segera menutup matanya, dia bahkan sempat lupa tuk bernafas karena saking groginya. Ini pertama kalinya bagi dia menemani seseorang senam lima jari tepat di hadapannya.

Meen smirk sambil memegang miliknya sendiri, menatap penuh minat pada papanya yang tampak sangat lezat dimatanya.

"Kau membuatku tergila-gila papa..." Monolognya dalam hati seraya mengecup kening Perth. Dia sangat mencintai pria manis yang sebentar lagi dia cium sampai puas.

"Buka mulutnya papa." Pinta dia sensual pada Perth yang masih memejamkan matanya.

Saat ini, Perth sungguh tidak berani membuka matanya. Takut milik putranya terlihat. Padahal itu pemandangan indah.

Perth menurut, sehingga tanpa kesulitan sedikitpun Meen berhasil melesatkan lidahnya kedalam mulut Perth dengan leluasa.

Ciuman basah itu terjadi bersamaan dengan tangan Meen yang mulai memainkan miliknya sendiri. Untuk saat ini, Meen harus berpuas diri dengan hal ini. Dia tidak boleh serakah, harus sabar tuk membuat pria yang dia cintai ini menjadi miliknya seutuhnya.

Ini sudah termasuk kemajuan luar biasa, terlebih mereka belum lama ini kembali bersama.

Kedepannya, pasti akan dia buat pria yang dia cium ini bergoyang diatas tubuhnya.

Perth kembali hanyut dalam lumatan Meen yang berhasil memberikan dia kenikmatan. Jika dipikir-pikir, Meen merupakan pria pertama yang dia izinkan mencumbui mulutnya. Memang benar itu bukan ciuman pertamanya, sebab ciuman pertamanya telah direnggut oleh Saint dengan paksa.

"Mmmhh..." Sebuah lenguhan keluar dari mulut Perth. Hal itu dikarenakan ciuman Meen turun ke leher, menghisap permukaan leher putih jenjang itu hingga kembali meninggalkan jejak kemerahan yang belum tentu dalam sehari bisa hilang. Sambil mencumbu, kocokan Meen pada miliknya sendiri semakin cepat hingga tanpa dia sadari, dia mendesis karena keenakan.

Miliknya semakin tegang, keras dan semakin panas. Itu tampak dari urat-urat kemaluannya yang tercetak.

Perth masih memejamkan matanya di saat Meen mulai menanggalkan kancing baju piyama Perth. Supaya dia bisa lebih leluasa mencium setiap centi tubuh putih papanya.

"Eumnn akhhhhh..." Desah Perth saat Meen mencium dadanya, jika sampai Meen mencium puting susunya, mungkin dia akan mulai lepas kendali sebab puting susu merupakan salah satu area sensitif pada tubuhnya.

"Ja-jangan, bukankah abang sudah janji kalau kita hanya berciuman?" Ucap dia senormal mungkin sembari menahan desahannya tanpa membuka matanya.

"Benar. Itu yang kita sepakati dari awal. Tapi papa tidak pernah mengatakan hanya bibir saja yang boleh abang cium." Jelas Meen mencoba memanipulasi pria manis ini yang sudah terlepas semua kancing baju piyamanya.

Perth terjebak dengan ucapannya sendiri.

Pink sifat, itulah warna puting susu kecil yang melekat pada pria yang Meen ingini. "Ahh, imutnya..." Puji Meen dalam hati untuk puting susu Perth, lantas dia hisap tanpa menunggu tanggapan Perth untuk perkataan tadi.

Seketika tubuh Perth menegang bersamaan dengan matanya yang terbuka. Hisapan itu semakin kuat membuat Perth menekan kepala Meen pada dadanya yang membusung. Dia mencoba menagan desahannya, pikirannya kacau bersamaan dengan pheromonenya yang mulai menguar ke udara. Itu aroma yang sangat di sukai oleh Meen.

Papaku, Kekasihku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang