12 : Cemburu

265 36 4
                                    

Ini baru jam 10 malam, tapi Meen sudah sampai di rumah. Biasanya kalau anak laki-laki pergi main, pasti jarang pulang jam segini, paling cepat jam 12 malam. Karena dia sudah berjanji pada papanya tuk pulang cepat, makanya dia pulang cepat. Untuk hal tertentu, dia nurut sama papanya.

Tapi begitu dia sampai di rumah, "Papa mana bibi?" Dia bertanya setelah balik dari kamar dan ruang kerja papanya.

"Ouh, tuan lagi keluar."

"Sama siapa bi?"

"Sama temannya."

"Sama om Supanut?" Tanya dia lebih jauh, kalai dia tahu papanya tidak di rumah, terus ngapaian dia pulang cepat.

Jennie menggeleng. "Bibi juga baru tadi melihatnya, mungkin teman atau rekan kerja baru tuan. Kalau tidak salah, namanya Orbnithi." Jenni mencoba mengingat pria yang tadi menjemput Perth ke rumah.

"Alpha?"

"Sepertinya." Jennie meragu, tapi dia yakin kalau Orbnithi itu Alpha. Sementara suasana hati Meen semakin memburuk. Papanya bahkan tidak mengatakan kalau malam ini dia ada acara sama temannya. Terlebih ini malam minggu, tidak mungkin pria itu hanya teman biasa. Orang gila mana yang pergi jalan sama temannya di malam minggu?

"Ya udah, terima kasih ya bik." Tanggap Meen lantas dia pergi menuju kamarnya. Dia mau mandi, ada asap rokok dan aroma alkohol yang melekat pada pakaiannya. Jika papanya tahu kalau dia merokok bisa gawat. Bisa kena ceramah dia untuk durasi yang lumayan lama. Dia merokok bukan karena candu, hanya sekedarnya, itupun bisa dihitung dengan jari.

⏩️⏩️

00:13 am.
Perth sampai di rumah, dia diantar pulang oleh Orbnithi. Pria yang telah mengajak dia ke acara anniversary pernikahan temannya.

Meen mengintip dari jendela, melihat pria mana yang telah mengajak papanya pergi main di malam minggu.

Alis matanya langsung bertekuk dengan geraman yang bergesekan kuat saat dia melihat pria itu mengecup punggung tangan Perth. Ah, emosinya semakin memuncak.

"Terima kasih dan hati-hati!" Ucap Perth kikuk, kaget dia sebenarnya di kecup seperti itu tangannya oleh Orbnithi. Padahal dia bukan perempuan, terlebih Perth kurang suka melakukan skinship dnegan orang yang belum lama ini dia kenal. Mengertilah, dia introvert lembut yang gak enakan. Walaupun dia jujur, namun kata-kata yang akan dia ucapkan selalu dia pikirkan berulang kali sebelum dia utarakan agar tidak ada yang tersinggung.

"Iya, sama-sama." Dia sudah membuka pintu mobilnya.

"Ouh iya, coat kamu!" Nyaris saja Perth lupa tentang coat yang dia pakai. Perth buru-buru mengembalikannya.

"Setelah ini, kamu masih mau kan aku ajak pergi main?" Orbnithi tahu, kalau Perth juga berhubungan dengan Poompat. Dia dan Poompat saling kenal, maklum dua orang ini berteman dengan Freen. Coat hitam itu sudah berada di tangannya.

"Iya."

Jawaban Perth membuat bibir Orbnithi tersenyum merekah. Dia senang dan nyaman pergi main dengan Perth. Kepribadian Perth membuat dia tertarik, terlebih Perth anaknya sangat jujur, penurut dan pemalu.

Setelahnya Perth melambaikan tangannya pada Orbnithi yang sudah meninggalkan pekarangan rumah Perth.

Awalnya Orbnithi meragu mendekati Perth, tapi karena orang tuanya selalu mendesaknya tuk segera menikah, sehingga dia terpaksa mencari calon istri. Dia tidak mau dijodohkan, maunya cari sendiri.

Sementara Perth, dia meladeni Orbnithi dan Poompat hanya tuk menghargai usaha Freen mencarikan dia suami baru.

⏩️⏩️

Papaku, Kekasihku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang