19 : Secukupnya

436 41 11
                                    

15 hari kemudian...

Baru kali ini Perth melihat tubuh six pack Meen dengan baik. Selama ini tidak begitu dia perhatikan sebab dia sibuk menundukkan pandangannya dan menutupi area intimnya ketika mandi bersama Meen. Berbeda dengan Meen, dia sudah melihat seluruh tubuh Perth tanpa ada yang dia lewati.

Ternyata putranya memiliki bentuk tubuh yang sangat menarik di matanya sehingga membuatnya kehilangan fokus. Dia bahkan menelan ludah.

Meen semakin terlihat sangat maskulin dan jantan dengan bulir-bulir air yang menetes dari rambutnya jatuh ke dada bidang dan keras pria itu.

Meen berusia dua puluh tahun. Jauh terpaut dari usia Perth yang telah matang sebagai lelaki. Jika Perth menikah, anaknya pasti sudah masuk taman kanak-kanak.

Postur tubuhnya tinggi tegak dengan otot yang kering namun berisi. Dia adalah tipe pria dengan tubuh ideal. Sangat, sangat ideal malah.

Perth memang tahu putranya pria yang tampan, tapi tidak dia sangka bisa segagah ini. Sempurna. Wajah dan tubuhnya sama-sama gagah.

Yang ditatap bersikap acuh tak acuh dan berhenti di samping Perth. Seperti sengaja tuk menggoda Perth, padahal tidak begitu. Lantas dia pun mengambil kain handuk yang ada di lemari belakang Perth yang kini berdiri terpesona akan dirinya.

Kedekatan fisik mereka membuat Perth menjadi lebih gugup. Sehingga diapun berjalan cepat keluar dari kamar mandi. Bisa melompat keluar jantung nya jika dia tetap di sana.

Selesai melilitkan handuk pada pinggang nya, Meen berjalan ke arah lemari pakaian. "Hari ini abang pakai baju warna putih, jadi papa pakai baju kaos putih ini aja, ya. Supaya kita samaan." Ucap Meen mengambil baju kemeja hitam yang sudah Perth pegang.

Perth tersenyum simpul, putranya sungguh manja sampai warna pakaian pun harus sama. Setelahnya dia langsung balik badan saat Meen membuka kain handuknya.

Sudut bibir Meen naik, merasa papanya lucu. Sebab mereka sudah beberapa kali mandi bersama, bahkan sudah saling menyentuh area intim pada tubuh masing-masing. Cairan kejantanannya bahkan sudah dua kali keluar dalam mulut Perth.

Selesai berpakaian, dua orang itu segera sarapan. Setelah makan, Meen membawa Perth kembali ke kamar. Dia pengen menghabiskan sepanjang hari ini bersama papanya.

Dia berjalan ke ranjang dan duduk di tepinya. Lalu menepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya, memberi papanya kode untuk duduk di sebelahnya. Sepertinya dia ingin bermanja-manja dengan papanya.

Perlahan Perth berjalan mendekati Meen dan dengan ragu duduk di tempat yang ditunjuk. Karena begitu gugup dan takut, dia duduk menghadap ke lain arah sehingga punggungnya membelakangi Meen. Kedua tangannya masih saja meremas ujung baju kaos putihnya. Dia gugup dan bingung kenapa dadanya berdebar-debar begini? Ada apa dengannya? Apakah perasaannya pada Meen tak lagi perasaan cinta antara ayah dan anak? Dia belum mengerti namun kasih sayangnya pada Meen itu nyata.

Meen bergeser sehingga tubuh mereka berdekatan. Dari jarak sedekat ini, dia bisa mencium aroma lembut dan segar yang datang dari tubuh Perth.

Aroma itu tidak tajam, justru manis dan menggoda. Aroma yang berhasil menggelitik indra penciuman Meen dan membangkitkan gairahnya.

Kini secara perlahan-lahan, syaraf-syaraf ditubuh Meen merespon setiap kali dia menghirupnya. Dan nafasnya pun mulai menderu lebih berat karenanya.

Karena tidak tahan, akhirnya Meen merebahkan Perth di atas ranjang dengan perlahan dan memposisikan dirinya setengah melayang di atas tubuh pujaan hatinya itu. Yang punya tubuh terdiam, dia bingung kenapa Meen merebahkan tubuhnya.

Kini Meen mulai menurunkan wajah dan menghirup kulit leher Perth. Sementara Perth, dia menahan nafas. Dia tidak marah maupun menolak. Dia biarkan begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Papaku, Kekasihku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang