Bab 4: Seperti sebuah penyebab

91 37 11
                                    

"Sienna!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sienna!"

Sang empunya nama lantas menoleh ke arah pintu, ia memasang wajah seolah bertanya 'ada apa?' sembari meregangkan tubuhnya lantaran ia sedari tadi duduk di kursi.

Sosok pria dengan name tag Elgara berjalan mendekati Sienna yang masih duduk di kursi kerjanya. "Jam makan siang, antrian di depan juga udah kosong, mau ke kantin dulu?" Ajaknya saat sudah berdiri tepat di depan meja Sienna.

Namun sosok yang menjadi lawan bicara Elgara hanya menghela napas berat dan menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Gue agak males, ngantuk." jawab Sienna, dengan tangan kanannya yang memijat bahu kirinya.

"Lo belum makan, anjir,"

"Gue mager deh serius, lo duluan aja sana, mumpung ada waktu mending gue buat tidur bentar."

Elgara menghela napas, terlihat sudah menyerah untuk mengajak Sienna. "Yauda, gue duluan ya," ucapnya sebelum berbalik pergi dan keluar dari ruangan Sienna.

Sienna melihat jam di depannya, yang masih menunjukkan angka jam 12 siang. Yah, ia hari ini cukup mengantuk, ah- sepertinya memang setiap hari ia mengantuk.

Gadis itu meraih benda pipih yang sebenarnya cukup jarang ia gunakan. Ia lebih suka membuka laptop dibandingkan ponsel. Omong-omong, ini sudah 8 hari dari waktu dimana ia makan malam -secara tidak sengaja- bersama Glen.

Setelah malam itu, hari-hari mereka berjalan seperti sebelumnya. Sepertinya kesempatan seperti kemarin sangat-sangat langkah, dan mungkin mustahil terjadi lagi.

Sienna kembali meletakkan ponselnya di atas meja, ia melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya diantara tangannya. Namun belum lama setelah Sienna menemukan posisi yang menurutnya nyaman, ponselnya kembali berbunyi.

Dengan kesal ia menegakkan tubuhnya, dan mengambil ponselnya. Ia melihat nama Glen, orang yang beberapa saat lalu ia pikirkan.

Gadis itu mengangkat telpon, lantas menempelkan layar ponselnya tepat di telinganya.

"Halo?"

"Hai, lo masih jam kerja?"

"Kenapa?"

"Bokap sama nyokap gue ngajak dinner."

"Kok?"

"Iya gue tau ini mendadak, gue juga nggak paham kenapa tiba-tiba kayak gini. Gimana? lo bisa?"

Terdengar Sienna yang mendengus kesal, gadis itu melihat jadwalnya hari ini. Yang beruntungnya belum ada pasien yang membuat janji setelah jam makan siang. Mungkin ada pasien yang akan datang tanpa membuat janji, tapi sepertinya itu masih bisa diatasi.

"Gue bisa,"

"Gue jemput, ya?"

"Nggak usah, gue bawa mobil, jangan nambah gaduh ya!"

Glen : presque parfaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang