Ruangan gelap, dengan kesunyian yang menguasai hampir ke seluruh penjuru ruangan.
Dan kini, Sienna tertidur di samping Glen dengan posisi saling berhadapan, tentunya ada guling yang menjadi pembatas diantara mereka.
Hal ini sudah berlangsung sejak sore tadi, hingga jam menunjukkan pukul 11 malam dan mereka masih belum juga terbangun.
Namun tak berselang lama, tubuh gadis yang terbaring disamping Glen bergerak mencari posisi lain. Belum sempat menemukan posisi yang nyaman untuk tubuhnya, kelopak matanya mengerjap dan memperlihatkan netra coklatnya yang kian terbuka lebar.
Gadis itu menatap ke depan, lantas memperhatikan setiap pahatan sempurna dari wajah pria di depannya. Ia menarik kedua ujung bibirnya, memperlihatkan senyum manis yang sayangnya tidak dinikmati oleh Glen.
Ia bangun dari tidurnya, lalu mencari pengukur suhu di nakas sampingnya. Tangannya meletakkan alat itu di bibir Glen, dan menunggunya sambil menopang dagu dengan mata sayu.
Sienna melirik nakas samping Glen yang tampak sedikit terbuka. Dengan rasa penasaran, ia berjalan ke arah sana dan membukanya perlahan.
Dalam batinnya, Sienna terus berteriak 'mohon maaf gue kali ini lancang, Glen.'
Sampai dengan laci nakas terbuka lebar, tidak ada tanda-tanda Glen terbangun. Sienna meraih map coklat yang terletak di dalamnya, dengan nama "Perjanjian kedua belah pihak."
Membaca sampul map itu, Sienna mengernyit semakin penasaran. Namun belum sempat tangannya mengeluarkan isi suratnya, termometer yang diletakkan pada bibir Glen berbunyi.
Sontak tangan Sienna bergerak cepat mengembalikannya ke dalam laci, lalu kembali menutup laci dengan kencang. "Astaga." Gumamnya.
Sienna menarik senyum lebar, atau mungkin ini lebih bisa disebut senyum canggung? Sienna berdiri tegak dan menatap Glen panik.
Sedangkan Glen baru mengerjapkan matanya, pria itu tampak baru bangun dari mimpinya. Sienna mengulurkan tangannya untuk mengambil termometer dan melihat suhu Glen yang sudah menunjukkan angka 35.
Suara hembusan napas lega terdengar, Sienna menarik selimut ke atas dada Glen dan menepuknya pelan.
"Tidur lagi aja." Ucapnya sembari terus menepuk selimut pelan.
Namun bukannya tertidur, Glen semakin membuka lebar matanya, menatap Sienna dengan mata yang mengerjap pelan. "Mungkin gue masih mimpi, Ya?" Tanyanya random, wajar, Glen belum mengumpulkan nyawanya.
"Apasi?" Heran Sienna yang kini menatap Glen aneh.
Glen menatap lekat Sienna, ia sempat memiringkan kepalanya dan menatap setiap inci wajah Sienna. "Gue tadi mimpi ketemu tuan putri cantik, apa mungkin tuan putrinya keluar dari mimpi gue?"
Sienna tertawa renyah, entah dia tertawa karena merasa malu atau karena geli mendengar penuturan Glen yang terdengar seperti buaya. "Lo kenapa deh? Laper?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Glen : presque parfait
Teen FictionSienna Daliya Erum, gadis cantik yang berasal dari Jogjakarta dengan profesinya sebagai psikolog. Yang entah bagaimana ceritanya, ia harus terperangkap drama rumit setelah bertunangan 'secara paksa'. Dan Glenzero Andara Adhitama, bintang besar seka...