"Ini beneran rumahnya, mah?"
Pagi-pagi Tamara dan Rana hendak mengunjungi pemuda santri yang kemarin mereka ceritakan, sesuai ucapan Rana, ia pun membawa makanan untuk mereka.
Entah mengapa hati Rana senang jika Tamara bertemu dengan pemuda itu, seperti hatinya begitu tenang dan tentram.
Mereka sudah didepan rumahnya, rumahnya begitu tidak mewah tapi sederhana. Bagus rumahnya, ada tamanan didepan sebelah kanan dan kiri.
Rana menganggukkan kepalanya dan berkata,"Bener sayang.. Ini rumahnya."
"Tapi kok kaya ga ada makhluk hidupnya?" Tamara menatap sekelilingnya rumahnya, tidak ada suara apapun dari dalam rumah membuat kedua orang itu menatap bingung.
"Jangan begitu, Ra. Emang makhluk hidup kita, tapi ga baik kalo kamu bicaranya begitu, artinya ga sopan!" tegur Rana kepada putrinya.
Tamara mendengar itu pun memutar bola matanya malas. Rana pun melangkah, berjalan kearah pintu dan mengetok pintu.
"Assalamualaikum.."
Belum ada jawaban apapun dari dalam rumah tersebut, bahkan membuat Tamara ingin pulang kerumahnya, ada rasa merinding.
"Mah, pulang yuk? Keknya emang bener ga ada makhluk hidup, adanya makhluk goib." celetuk Tamara.
"Tam—"
"Waalaikumusalam." balasnya membuat ucapan Rana terpotong dan kedua orang yang ada didepan pintu secara bersamaan menoleh.
Rana tersenyum, seperti yang diharapkan pemuda itu membuka pintu dan pemuda itu lah yang diceritakan oleh Rana.
Sagara pemuda itu.
"Eh nak, umma ada dirumah?" Rana bertanya.
Pemuda yang bernama Sagara itu menganggukkan kepala dan menjawab dengan sopan,"Ada tante, beliau ada dikamarnya. Ada perlu apa? Biar saya panggil, dan silakan masuk dulu."
Rana pun masuk kedalam rumah dan Sagara pun meninggalnya untuk memanggil ummanya, sedangkan Tamara masih menatap punggung Sagara apa lagi dari gerak geriknya. Tamara sudah menatap sinis kepada pemuda itu ada rasa tidak suka kepadanya.
Sok banget jadi cowok, caper begitu? Sok paling sopan apa begimana?.. Tamara membatin.
Gadis itu pun kemudian memasuki kedalam rumah pemuda itu, dan meletakkan makanan dimeja, setelahnya ia duduk disamping Rana.
"Eh Rana.."
Wanita paruh baya itu dituntun menuju ruang tamu, Rana yang merasa terpanggil itu menoleh kaget, tak percaya bahwa itu adalah sahabatnya dulu.
"Saga buatkan minum dulu?" Rana menggelengkan kepalanya seolah olah tak setuju.
"Gausah nak, kita disini cuma sebentar. Ini ada makanan, di makan ya? Dan kita juga mau pulang," ucap Rana menjelaskan.
"Kok buru buru si, Ran? Kita kan baru ketemu, seenggaknya duduk ngobrol dulu." ujar sahabatnya.
"Oh ya, itu anakmu?" dari tadi wanita itu salah fokus kepada gadis yang duduk disamping sahabatnya itu.
Rana menganggukkan kepalanya menoleh kearah putrinya, sambil berkata,"Iya anakku."
"Masyallah, cantik sekali." ujarnya sambil tersenyum manis.
Gadis itu menyengir sambil menjawab,"Ya, makasih, tante. Keknya Tamara ga ada waktu untuk lama lama soalnya Tamara sibuk,"
"Main sebentar saja, nak, lagian mamahmu saja belum mau pulang.." cakapnya agar Tamara tidak cepat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Ficção Adolescente{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...