37 - Party

11.9K 939 368
                                    


"Mahasiswa akhir tidak harus melulu tentang skripsi!"

- Nino


****

"Lan lo kenapa sih langsung balik gitu aja tadi?"

"Mules!"

Aku mengambil remote dan mengganti channel tv terus menerus. Ya, sebagai pengalihan fokus untuk menghindari pertanyaan Dita.

"Lan! Ponsel lo bunyi terus tuh!"

Sungguh aku benar-benar tidak fokus.

Dengan segera aku meraih ponselku di atas meja. Kulihat papa menelfon. Tumben.

"Halo, Pa."

"Lana kamu di mana?"

"Lana di Bandung, Pa. Sama temen-temen. Tumben papa nelfon Lana?"

"Begini, Lana. Besok papa ada dinas di luar yang tidak bisa papa tinggalkan, dan papa lupa kalau dapat undangan menghadiri acara teman papa. Jadi, papa minta tolong Lana bisa ya, untuk menghadiri acara teman papa?"

Spontan aku melihat ke arah Dita yang sedang memakan cemilan sambil memperhatikanku menerima telfon.

"Kok jadi Lana sih, Pa. Papa kan tau Lana gak suka hadir ke acara gitu-gituan."

"Pokoknya papa tidak mau tahu, Lana harus datang gantiin papa, papa sudah bilang sama teman papa, kamu yang akan gantiin papa. Ok?" Papa menjeda ucapannya dan aku masih memasang ekspresi yang sama. "Lagi pula kamu pasti suka hadir di sana."

Suka bagaimana?

Sungguh aku benar-benar ingin menangis. Ini yang dinamakan merusak liburan!

"Papaaaa! Lana nangis nih!"

Tutttttt.

Arghhhh.

Aku membanting ponselku ke sofa. Malas sekali aku harus ke acara bapack-bapack. Sudah kupastikan, acara yang dimaksud papa adalah acara pertemuan dengan teman-temannya yang tentunya seumuran dengan papa.

"Kabar buruk?"

"Bukan buruk lagi, kabar duka!"

"Salah siapa lo sok-sokan ngambek sama kita tadi."

"Dita! Gue bukan ngambek sama kalian tapi gue bete aja ketemu sama Bagashit. Ga ngerti banget sih lo, Ta."

Sungguh. Setelah mendapat telfon dari papa, aku merasa ingin memarahi siapapun yang berada di dekatku.

Aku menutup wajahku, dan tiba-tiba notif ponselku berbunyi. Apa lagi?

Pesan baru dari papa, alamat acara.

Aku mnghela napas. Aku melihat Dita dengan ekspresi sedihku. "Dita gue butuh pelukan." Dengan segera Dita menaruh bungkus cemilannya dan segera memelukku.

"Cup, cup, cup," tenangnya sambi menepuk pelan kepalaku. Sedikit drama memang.

"Mellow banget ada apa sih?"

Masih dengan memeluk Dita, aku mengabaikan pertanyaan Daniel yang tiba-tiba datang.

"Iya, kalian pelukan kok gak ngajak-ngajak aku?" Aku merasakan Anggre yang memelukku dari belakang.

"Sialan!"

"Lo kenapa, No?" tanya Daniel.

Mendengar suara Nino, Dita dan Anggre melepas pelukannya padaku. Sekarang aku melihat Nino yang juga menampilkan wajah kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang