28 - First Impression

30.5K 2.9K 87
                                    

"The worst first impression, was with the 'killer lecturer'!"

Dosen Killer

Happy readingggg

****

"Elahh. Malah rebutan. Lan! Sini sama gue aja yang masih muda!" teriak Arkan di lanjut tawa teman-temannya. Hal itu membuat Bagas dan papinya menoleh ke arah Arkan dengan tatapan mata yang tajam. Ingat! Tajam, bukan melotot. Langsung saja Arkan juga temannya terdiam dan pura-pura melakukan sesuatu. Sangat menggemaskan.

Selanjutnya Bagas melepas genggamannya padaku. "Bagas ke atas dulu, Pi," katanya langsung menaiki tangga. "Pi. Dapet salam dari Om Fandy."

"Siappp! Nih, anaknya di sini. Yok Lana ikut papi ke meja makan. Mumpung si mbok lagi masak banyak. Biasa si Arkan bilang temennya mau dateng, jadi masak banyak."

"Ah iya, Om-" Om? Om? Ngga tau namanya, Gaysss.

Malu sekali, padahal ini untuk kedua kalinya aku bertemu dengan beliau. Sungguh, first impression yang sangat buruk!

Papinya Bagas terkekeh. "Agus."

Agus? Tidak salah?

"Agusinaga Dinata. Lana bisa panggil Om Agus. Tapi Om lebih suka dipanggil papi sama Lana."

"Ah, iyaa, Om-Agus. Ehh, maksud saya Papi," kataku dengan canggung. Semoga beliau tidak tersinggung dengan ekspresiku.

****

'Mau senderan terus sampai pagi?'

Aku seperti mendengar suara mama. Perlahan, aku mulai membuka mata. Dengan setengah sadar, aku menegakkan kepalaku yang sebelumnya bersandar pada bahu orang di sampingku.

Wait! Orang di sampingku?

What! Bagas?

Kepalaku langsung menoleh ke samping. Tepat saat Bagas juga menoleh ke arahku. Beberapa detik kami saling pandang. Dilihat dari dekat, ketampanan Bagas memang selalu bertambah berkali lipat.

Ok. Lana sadar, sadar. Sekarang aku berpikir apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku bisa dalam posisi bersandar di bahunya?

Why, Lana?

"Papi bicara apa tadi?" tanya Bagas setelah kita sampai di ruangan papa.

Lihat saudara-saudara? Dia langsung menyambarku dengam pertanyaan introgasi!

Aku segera duduk menyandarkan punggungku. Kulihat papa sedang memejamkan mata, mungkin papa kesepian sampai tertidur.

"Apa pertanyaan saya kurang jelas?"

Aku masih merilekskan tubuhku. "Pak, saya lelah." Ya, jujur aku memang sangat lelah. Setelah mondar-mandir hanya demi mengikuti mata kuliah devil di sampingku yang sebenarnya memang tampan ini.

Tiba-tiba deheman mama membuatku mengalihkan pandanganku. Aku memejamkan mata pelan, kemudian menatap mama yang menatapku dengan sesekali memasukkan buah dalam kulkas. Seperti yang papa katakan, mama akan datang malam ini.

Aku tidak tahu apa yang sedang mama pikirkan. Apa mama akan marah melihatku dengan Bagas sekarang? Bukan begitu. Masalahnya, mama datang di waktu yang tidak tepat. Ya, mama datang saat posisiku dengan Bagas sedang-bisa dibilang mesra. Benarkah?

Saat aku sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba Bagas berdiri dan menyalami mama. Lihatlah dia sangat santai sekali.

"Maaf tante, tadi ketiduran," ucap Bagas ramah.

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang