9 - Kenalan?

43.6K 3.4K 78
                                    

"Tak kenal maka tak usah!"

Lana killer

Happy reading____

"Kenapa kalian bisa jadi korban Bagas?" tanya Daniel dengan tawa yang semakin kencang setelah mengetahui jika aku juga bernasib sama seperti Anggre dan Dita. Kulihat Nino masih tersenyum biasa. Ya, Nino tidak akan seperti Daniel yang tertawa di atas penderitaan sahabatnya.

"Awas aja ya! Gue do'akan Bu Siska lebih garang dari Bagas," balas Dita kesal dengan tingkah Daniel, sedangkan aku dan Anggre menganggukinya.

Daniel dan Nino sangat beruntung karena mereka akan dibimbing oleh Bu Siska. Karena itulah, Daniel sangat bahagia. Setahuku Bu Siska itu baik, tapi terkenal perfectionist juga katanya.

"Udah-udah! Gue mau ke Auditorium I. Lagi ada Seminar Umum di sana. Pada mau ikut gak?" ucap Nino sambil menyampirkan tasnya di punggung.

"Aku ikut!" sahut Anggre setelah mengurai pelukannya.

"Gue juga ikut!" ucapku semangat. Ya, setelah kupikir-pikir, aku harus mengikutinya demi sebuah sertifikat. Sertifikat Seminar ini sangat penting sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir, guys. Jadi mau nggak mau aku harus mengikutinya. Mengingat sertifikatku yang hanya beberapa biji.

"Gue juga, deh. Miris banget liat sertifikat gue cuma dikit," sahut Dita kemudian.

"Niat lo jelek banget, Ta. Cuma mau dapet sertifikatnya doang. Setelah itu tidur kalau nggak main hp!" sindir Daniel. Tapi aku juga ikut tersindir.

"Sok yesss lo, kayak lo nggak juga!"

"Duluan aja, gue gak ikut!" kata Daniel. Tumben ni anak.

Akhirnya kita menuju Gedung Auditorium I. Sampai sana, kami mendaftar dan akhirnya mendapatkan sertifikat yang kami inginkan. Jika urat maluku sudah tidak ada, mungkin aku akan langsung pulang. Ya, kembali pada niat pertama, ... only certificates.

Kulihat, kursi-kursi hampir penuh. Hanya ada beberapa kursi kosong di bagian belakang. Di sanalah tujuan kami. Singgasana bagi pemburu sertifikat seperti kami. Nino dan Anggre menuju ke depan, mungkin ingin mencari kursi kososng. Kalau dicari terkadang masih ada memang.

"Udah rame kok belum dimulai sih? Gue jadi kepo siapa narasumbernya" tanya Dita sambil celingukan. Ya, karena tujuan kita hanya mencari sertifikat, boro-boro tau siapa narasumbernya. Baru sampai saja sudah main ponsel.

"Ehh. Itu Bagas gak sih?" Dita tiba-tiba bersuara.

Mendengar ucapan Dita, aku reflkes mengangkat kepala melihat seseorang yang duduk di sofa mimbar depan. Aku mulai menyipitkan mata, dan benar saja di sana ada si killer yang terlihat sangat berwibawa dengan setelan jasnya. Ya Allah ganteng banget.

"Si killer ganteng banget!" teriak Dita heboh sambil memegang kedua pipinya.

Kebiasaan Dita ini suka heboh sama cowok ganteng. Padahal dia tomboy. Pertanyaannya, kenapa jika bersama Daniel dia tidak heboh? Daniel itu ganteng banget sebenernya. Bule-bule gimana gitu, tapi entah mengapa aku tidak berselera dengannya.

Sekarang aku hanya menahan malu karena orang-orang melihat kami. "Dijaga mulutnya, Dita! Ini di tempat umum!"

Dita malah nyengir sekarang. "Sorry, kelepasan."

Yakin deh! Si killer benar-benar membuat seluruh penghuni Auditorium ini terpana dengan suara bass dan kewibawaannya dalam berbicara. Biasanya jika ada seminar seperti ini selalu sepi, tapi kali ini sampai ada yang berdiri dan berdesakan di sekitar tembok. Aku rasa mereka kesini karena tau narasumbernya si killer. Euwww.

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang