5 - Solidaritas

48.3K 3.9K 56
                                    

"Lulus satu, lulus semua!"

Mahasiswa killer

****

"HAH! Lo bocor di mobilnya Bagas?" Dita langsung tertawa cekikikan di sampingku sambil menutup mulutnya. Ya, setelah aku membisikkan peristiwa tadi sore.

"Lo ngetawain apa sih Dit?" tanya Daniel kepo di sofa depanku dengan secangkir kopi ditangannya. "Lan, jangan bisik-bisik dong."

Nino hanya melirikku penasaran. Dia duduk di sofa tepat di depan Dita, dengan hoodie hitam yang terlihat cool di tubuhnya. Sedangkan Daniel lebih santai dengan kaus putih bertuliskan jomblo.

"Lana kemaren menstruasi dan tembus di mobil Bagas," jawab Dita di sela-sela tawanya.

"Bruhhh." Daniel menyemburkan kopinya refleks dilanjut tawa kencangnya.

Sedangkan Nino pura-pura makan dan menunduk menahan tawanya. Aku hanya bisa cemberut melihat mereka mentertawaiku.

"Kalo gue jadi elo udah pingsan di tempat, Lan," lanjut Dita masih mentertawaiku sambil menyela air matanya.

"Kalo gue jadi Bagas udah ketawa sampe pingsan," sahut Daniel dengan tawa yang lebih kencang sambil memegang perutnya yang terlihat sangat sakit.

"Gue juga pengen pingsan maunya," jawabku sambil menutup wajahku. Sungguh aku masih malu sampai sekarang.

"Kok lo bisa pulang bareng tuh dosen, Lan?" Sekarang Nino meminum kopinya untuk meredakan tawanya.

"Kan gue minta tugas pengganti," jawabku santai dengan menyeruput kopiku. Hanya minuman ini yang dapat menenangkan fikiranku. Cuman minta tugas pengganti aja pake banyak drama.

"Terus dikasih?" tanya Dita penasaran.

"Hmm."

"Kok bisa?"

Aku menghela nafas pelan. "Gue juga ngga tau," jawabku singkat. Kulihat teman-temanku masih menunggu penjelasan. "Dia ngga jawab pas gue tanya."

"Misteri," celetuk Daniel.

Ting

Suara notif ponselku mengalihkan pembicaraan kami. Nino, Dita, dan Daniel masih memperhatikanku.

WhatsApp___

+628xxx

Seru, belajar di Tiger!

Aku mengerutkan kening membaca pesan dari nomor tidak dikenal ini. Segera kulihat sekelilingku, dan tidak ada orang yang kucurigai.

"Lo cari siapa, Lan?" tanya Dita setelah melihat aku celingukan sana sini.

Tanpa menjawab pertanyaan Dita, aku malah menarik lengan hoodie Nino. "Nin, anterin gue balik yok."

Nino spontan berdiri dan mengambil kopinya. "Bentar-bentar," ucapnya sambil menghabiskan kopinya.

"Loh, baru jam sebelas, Lan. Kok balik sih?" tanya Daniel mulai heran.

"Perasaan gue gaenak."

Aku masih celingukan sekarang. Entahlah, aku curiga jika Bagas ada di sini sekarang.

Asal kalian tau teman-teman. Seorang dosen killer itu, suka ngumpul di Cafe juga bareng dosen-dosen killer yang lain, dan itu dilakukan setiap malam jum'at seperti saat ini. Kalau udah ngumpul, mereka akan ngomongin perkembangan mahasiswanya. Sengaja juga suaranya digede-gedein supaya kedengeran sama mahasiswa yang nongki di Cafe itu juga. Nah, pas weekend mereka sibuk kasih tugas buat mahasiswanya. Setumpuk. Harus ditulis tangan. Gak boleh diketik, alasannya menghindari generasi ctrl C + ctrl V. Percaya atau ngga, itu sesuai pengalamku selama kuliah 6 semester di sini.

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang