20 - Sakit 3

41.5K 3.2K 105
                                    

Happy reading____

"Sepertinya, perkiraanku meleset beberapa derajat."

Lana killer

****

Kamera ponselku mungkin sudah turun kualitasnya. Sejak 10 menit yang lalu aku terus mengarahkannya pada tanganku, namun tidak kunjung mendapatkan hasil yang maksimal. Menyebalkan. Ah, apa mungkin sebenarnya aku yang tidak bisa memotret?

Cekrek

Akhirnya setelah beberapa menit lagi untuk berkutat dengannya, foto keren dengan gambar tangan yang di infus berhasil aku dapatkan, ditambah lagi dengan aksen sunset menjadi lebih okey. Tanpa menunggu lama, dengan sigap aku mengepost fotoku pada instastoryku.

Biar apa?

Aku tersenyum-senyum menanggapi teman-temanku yang langsung mengirim pesan agar aku segera sembuh. 'GWS ya, baby' tidak lupa emoticon love-love yang begitu alay. Euww. Meski ilfil aku cukup terhibur dengan simpati mereka.

Jadi terhuraa.

"Norak. Infus aja di foto."

Aku melirik Dita tidak suka. "Kalo lo sirik, minta aja sama perawat sana. Mereka siap nginfus lo!"

Dita memutar bola matanya. "Btw, IG lo kok banyak banget sih, followersnya Lan? Perasaan IG lo cuma gambar-gambar gajelas. Foto lo aja pas lo masih jadi MABA, kan?"

Aku melihat Dita cemberut dengan ponsel yang dibawanya. Seolah ada kabar buruk yang melandanya. Sedangkan Daniel lebih asik dengan game ML atau PUBG atau apalah itu, akau sendiri juga tidak tau. Ya, setahuku mulutnya tidak berhenti mengumpat jika bermain itu.

"Dari SMA followers gue udah banyak!"

"Aaaaaaaaaa. Ya, Tuhannn. Ganteng banget!"

Aku memegang cepat dadaku. Teriakan tanpa aba-aba seperti itu bisa saja membuatku serangan jantung. Astaga Dita, padahal baru satu menit yang lalu dia kelihatan sedih, dan sekarang udah ganti species lagi.

"Mashaa Allah, si killer ganteng banget waktu masih kuliah di Australi. Parah, parah, parahhhh!"

Semakin heboh! Ya, Dita semakin heboh seperti penggemar yang sedang bertemu dengan idolanya. Entah mengapa aku jadi ilfil dengannya.

Kagum sih boleh, tapi please deh, jangan norak!

"Lo tau IG Bagas?"

"Gue kan stalker sejati, apalagi mengenai Bagas. Bakal gue korek ampe dia punya anak."

Aku merinding dengan perkataan Dita. Bisa-bisanya dia seperti itu.

"Ck. Gak di follback aja bangga!" sahut Daniel tanpa mengalihkan aktivitasnya. Mata dan tangannya masih bekerja pada benda pipih yang kurasa harganya lebih dari puluhan juta.

"Gue nggak sedih ya lo ngomong gitu. Lagian yang di follow Bagas tu cuma akun-akun kampus dan sejenisnya doang! Tapi followers dia tetep banyak banget gila."

Dita masih memperhatikan ponselnya dengan mata berbinar. Ya, kurasa dia masih memandangi foto-foto Bagas.

Apa bagusnya coba? Bikin mual iya.

"Lan!"

Aku menoleh sekilas pada Dita sebagai responku, lalu kembali menatap ponselku untuk membalas pesan-pesan dari teman-temanku.

"Jelasin sama gue maksud Bagas follow lo!"

Dengan gerakan cepat kepalaku langsung menoleh lagi ke arah Dita. Aku melongo, kaget sendiri dengan penuturan Dita. Apa iya Bagas memfollowku? Tapi kenapa aku tidak sadar. Padahal akun IG sudah aku kunci, dan seharusnya aku tau siapa saja yang memfollow akunku.

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang