13 - ASDOS?

39.1K 3.1K 29
                                    

Happy reading____

"Asisten dosen killer, juga killer!"

Daniel killer

****

LAGI, lagi, dan lagi aku dibuat kesal dengan Dita. Setelah peristiwa menyebalkan tadi malam, pagi ini Dita malah menghilang begitu saja. Aku sudah menghubunginya berkali-kali, tapi tidak ada sahutan sama sekali.

"Ditaaaa!"

Sekarang aku mencak-mencak gak jelas di depan gerbang Savana. Bagaimana bisa, ponselku baru saja mati, lalu bagaimana caraku untuk pulang?

Awalnya aku ingin ikut rombongan, tapi megingat aku kemari bersama Dita, akhirnya aku menolak tawaran dari junior-juniorku itu. Aku memilih melanjutkan tidurku hingga bangun sedikit siang. Aku kira Dita akan menghubungiku jika ingin pulang, namun nyatanya aku ditinggal.

God, please help meee!

Rasanya aku sudah seperti gembel di jalanan, mana sepi sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan pelan.

Demi apapun itu, senyumku terbit ketika sebuah mobil—Ferrari klasik berwarna kuning berhenti di sampingku. Thanks Godddd.

Seketika senyumku memudar ketika di dalam sana ada bapak killer. Cobaan apalagi ini?

"Bapak ngapain di sini?" Hanya kalimat ini yang bisa aku lontarkan untuk menutupi kebingunganku.

Tidak ada respon, tiba-tiba terdengar mesin menyala dan mobilnya melaju kembali. Damn! Aku tertawa mengingat sikap dosen killer satu ini, tapi menangis dalam hati.

Bapak gantengggg, tungguuuuu!

Segera aku berlari mengejarnya. "Pakkkkkk!" teriakku sambil melambaikan kedua tanganku ke atas. "Ngeri banget sih tu dosen!" lanjutku di sela-sela nafasku yang masih ngos-ngosan.

Akhirnya Bagas menghentikan mobilnya lagi, aku segera masuk tanpa meminta izin darinya. Ok hanya untuk saat ini, bodoamat sama harga diri!

Aku berniat duduk di belakang, tapi matanya mengisyaratkan agar aku duduk di depan. Dari pada ditinggal lagi, akhirnya aku menuruti perintahnya.

Bagas menjalankan mobilnya. "By the way, bapak kok masih ada di sini?" tanyaku malas membuka suara, aku hanya meliriknya sebentar.

Tanpa melirikku sedikitpun. "Jika anda tidak berniat bertanya, lebih baik anda diam!" katanya kejam menyindirku. 

Sensitif amat, kayak orang PMS!

Aku menghela nafas panjang. Aku tidak mengerti Bagas ini sebenarnya lewat mana sih?

Kulihat jam pada tanganku. Dari jam sepuluh pagi sampai sekarang sudah jam empat sore, tapi masih belum sampai juga. Rasanya perjalanan pulang ini seperti perjalanan mencari kitab suci. Ditambah mampir sana-sini gak jelas. Menyebalkan.

Aku masih terdiam hingga aku menyadari jika ini bukan jalan menuju kosku. "Loh! Ini bukan alamat kos saya, Pak?!"

"Alamat rumah saya."

Mataku melebar. "Bapak mau nyulik saya?!" ucapku spontan, aku beringsut sedikit menjauh darinya. Jaga-jaga guys.

Bagas tersenyum kecut. "I'am not interested!" katanya meremehkan. "Saya punya banyak referensi buku dan jurnal, mungkin bisa membantu."

See, masih dalam koridor referensi!

Aku memutar bola mataku. "Terima kasih, Pak! Tapi saya bisa cari sendiri!" tolakku sopan. Merasa tidak enak menolak tawarannya.

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang