~~~ Happy Reading ~~~
Beberapa minggu setelahnya, perut Ai semakin membesar. Ai bahkan harus ambil cuti selama dia hamil. Sementara (Name), dia sibuk dengan konsernya yang akan diadakan di Amerika. Setiap hari (Name) akan selalu melakukan video call kepada Ai untuk memastikan kondisi gadis itu baik-baik saja.
(Name) juga meminta Kureo untuk mempercepat waktu konsernya, sehingga dia bisa pulang ke Jepang lagi. Kureo yang menyadari maksud dari (Name) itu hanya menghela nafasnya dan melakukan apa yang diminta oleh (Name).
"Fiuh, akhirnya selesai juga konserku." (Name) mengambil botol minumannya lalu menghabiskannya.
"Apa kau yakin ingin pulang sekarang, (Name)?" tanya Kureo.
"Aku yakin, Kureo-san. Oh iya, jangan lupa umumkan di media sosial kalau aku mengambil cuti."
"Bagaimana kalau para fansmu marah?"
"Marah? Mereka itu menyukaiku. Lagipula dunia yang membutuhkanku, bukan aku yang membutuhkan dunia."
(Name) dan Kureo langsung berangkat menuju ke Jepang dengan pesawat pribadi mereka. (Name) tidak sabar bertemu dengan Ai setelah 25 minggu berada di luar negeri. Dia juga membawakan oleh-oleh dari Amerika, Paris, Prancis, Italia dan Korea Selatan untuk Ai.
Butuh sekitar beberapa jam akhirnya mereka tiba juga di bandara. (Name) langsung menarik kopernya diikuti dengan Kureo di sampingnya. Beruntung saja mereka tiba subuh di Jepang, jadi mereka tidak perlu khawatir dengan adanya serangan dari para fans (Name).
Ngomong-ngomong soal cuti (Name), banyak orang-orang yang tentunya adalah fans (Name) mengomentari postingan kalau idola mereka sedang mengambil cuti. Ada yang mengomentari secara positif dan ada juga yang negatif. Tapi (Name) tidak mau ambil pusing. Lagipula ini haknya juga untuk menikmati hari-harinya tanpa perlu memikirkan soal pekerjaannya sebagai idol.
(Name) meminta sopirnya untuk membawanya ke apartment di mana Ai tinggal. Setibanya mereka di sana, dengan penuh rasa bahagia (Name) berjalan masuk ke dalam apartemen Ai.
"Ai-chan, tadaima!"
Ai yang tadinya sibuk dengan ponselnya terkejut melihat (Name) yang baru saja pulang. "(Name)-chan, okaeri!"
Mereka berdua saling berpelukan beberapa saat. (Name) melihat ke arah perut Ai yang sudah mulai membesar.
"Ai-chan, perutmu semakin besar. Apa kau merasa capek saat berjalan dengan keadaan seperti ini?"
"Bisa dibilang capek. Tapi aku sudah terbiasa."
"Ngomong-ngomong aku membawakanmu oleh-oleh dari luar negeri!" (Name) memperlihat bingkisan yang cukup banyak. "Tada! Ini oleh-oleh untukmu."
Kedua mata Ai seperti bersinar melihat oleh-oleh yang dibawakan oleh (Name) untuk dia. Ai langsung memeluk sahabatnya dan (Name) hanya bisa tersenyum kecil saja.
Esok harinya Ai, (Name) dan Ichigo pergi menuju ke dokter untuk memeriksa keadaan Ai. Mereka bertiga sama-sama dia sambil menunggu dokter yang akan memeriksa Ai datang.
"Terima kasih telah menunggu." dokter muda itu duduk di depan mereka bertiga. 'Jadi, Ai punya masalah ya... Aku jadi cemas. Tidak, bukan sekarang. Aku harus fokus pada kerjaan yang di depanku.'
(Name) melihat ke arah sekitar dan menatap ke arah dokter yang akan memeriksa Ai. 'Dia ini, fansnya Ai?'
"Apa ini pertama kalinya kamu kemari, Hoshino-san?" tanya dokter tersebut atau kita panggil dokter Gorou.
"Iya." jawab Ai sambil menundukkan kepalanya.
Gorou melihat ke arah perut Ai. 'Dari yang kulihat, usia janinnya sudah 20 minggu. Sangat terlambat untuk pemeriksaan pertama. Usianya 16 tahun ya. Aku mengerti situasinya. Dia tidak berbicara kepada siapapun dan berakhir kemari.' Gorou lalu melihat ke arah Ichigo. "Apa anda keluarganya?"
"Kalau di dokumennya, iya. Sebenarnya aku cuma walinya, dia besar di panti asuhan, jadi..."
"Aku paham." Gorou melihat ke arah catatannya. 'Gadis 16 tahun yang besar di panti asuhan. Kok kayak pernah dengar.'
Secara tak sengaja Ai menjatuhkan topinya dan membuat identitasnya terbongkar. (Name) menepuk pelan jidatnya karena topi yang dikenakan oleh Ai malah jatuh.
"Dok, jadi bagaimana? Apa ada kemungkinan pencernaannya terganggu? Jika itu terjadi, dia bisa saja mati saat ini," ucap Ichigo.
"Dia tidak mati karena itu, Ichigo-san." komentar (Name).
"Jangan cemas, aku merasa sehat hari ini!" jawab Ai sambil memberikan jempolnya.
(Name) melepaskan maskernya, kacamatanya dengan topinya lalu menjitak pelan kepala Ai. "Diamlah, Ai!"
"Yap, mari kita lihat nanti. Aku perlu sedikit persiapan, jadi tolong beri aku waktu sebentar." dokter Gorou berjalan menuju ke pintu. 'Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu! Eh? Ini seriusan? Mereka sangat mirip dengan Ai dan (Name)? Tidak, fans veteran sepertiku tidak pernah lakukan kesalahan seperti itu. Ehhh~~ mereka sangat manis~~.'
Menyadari kalau dia malah tidak fokus dengan pekerjaannya, Gorou langsung menjedotkan dahinya ke lantai. 'Tidak, bukan waktunya untuk itu! Salah satu dari idolaku sekarang lagi hamil!'
"Ai... Tolong jujur padaku, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa kamu tidak konsultasi padaku, bosmu? Siapa ayah dari janin itu?"
"Jawabannya..." Ai langsung pose peace seperti menjahili seseorang. "Ehehe, rahasia dong."
~~~ Bersambung ~~~