"Kamu kemana, Ra?"
Tamara sudah rapih, dan dirinya berada didepan pintu utama rumahnya, dan terkejutnya ada Bima—abangnya yang menatapnya.
"Eum.. Anu.. Aku mau kemarkas," ungkapnya. Percuma jika gadis itu berbohong, karena, abangnya pasti tau.
"Gausah. Dirumah aja, nanti lo dimarahin sama mamah, papah juga dirumah, Ra." tegur laki-laki itu dengan tegas, apa lagi tatapannya masih sangar.
"Tapi.. Kalo Areksa marah gimana?" Gadis itu masih khawatir akan Areksa—kekasihnya.
"Oh khawatir kalo Areksa marah dari pada orangtua lo?" papar Bima kepada sang adeknya.
"Jangan pernah takut kehilangan, kalo memang lo sama Areksa berjodoh, pasti akan balik sama lo. Tapi, siapa juga yang mau punya cowo posesif kaya dia."
"Aku?" beo gadis itu menatap polos kepadanya.
****
Siang ini membosankan, membuat Tamara hanya diam menonton televisi, sebab, handpone nya di sita oleh Lian—papahnya. Kemarin Rana sang mamah, ngadu kepadanya.
"Ra, nanti malam ikut yuk kerumahnya nak Saga." ajak Lian kepada putrinya. Pria itu berjalan menghampirinya.
Gadis itu menoleh merasa terpanggil."Ngapain pah? Kek ga ada kerjaan aja, kalian papah juga ngapain sita handpone aku?"
Larutan wajahnya kesal kepadanya. Lian itu hanya bisa menghelakan nafasnya, dan sampainya pria itu duduk disampingnya.
Lian mengelus elus ramput putrinya."Itu biar kamu bisa lepas, kalo kamu main handpone terus nanti jadi cenderung candu, Ra."
"Kalo nantinya Areksa chat aku gimana? Nanti aku disangka aneh-aneh sama dia!"
"Biar papah aja yang bicara sama dia. Papah cuma gamau aja, kalo kamu punya hubungan spesial sama orang lain, kamu jadi lupa sama ibadah." nasehat Lian.
Gadis disebelahnya terdiam membisu, memang akhir akhir ini ia jadi malas untuk beribadah, bahkan jadi kecanduan main handpone dan berpergian dengan kekasihnya.
"Ra, papah gamau nanti kamu terus-terusan kecanduan. Papah cuma mau kamu berubah, kalo kamu pengen handpone kamu balik."
****
Adzan maghirb pun berkumandang, Tamara berniat untuk mengambil wudhu di kamar mandi, namun ketika hendak masuk kedalam kamar mandi ada suara ketukkan pintu kamarnya.
Tok! Tok!
"Masuk aja," sahut Tamara yang masih di tempatnya. Masih diam berdiri, dan kemudian tak lama seorang pria paruh baya masuk kedalam dan membuat Tamara duduk dikeranjangnya sambil melirik.
"Udah shalat sayang?" Gadis itu menggelengkan kepala.
"Shal—"
"Gimana mau shalat, orang tadi aja mau ambil wudhu tapi ayah masuk," ketus Tamara.
Tak lama senyuman pria itu terbit."Bagus, ini baru anak papah. Gimana nanti kalo udah punya suami, mau tunda-tunda ibadahnya terus? Nanti tanggung jawab kamu bukan sama ayah lagi, tapi melaikan suami kamu."
"Jodoh bisa cerminan diri kita sendiri. Namun, jika kamu bisa memperbaiki diri kamu, insyaallah mungkin kamu bisa berjodoh dengan suami impian kamu."
****
"Tamara!" teriak Rana yang sudah siap-siap untuk berangkat kerumah Saga.
"Eh mah, ngapain kerumahnya lagi?" Bima bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }
Novela Juvenil{DILARANG MEMBACA MENUNGGU END. BACA SEADANYA! FOLLOW AKUN INI DILARANG PLAGIAT KARYA PENULIS} Bagaimana jatuh cinta kepada seorang penulis? Ini menceritakan seorang penulis menceritakan kisah nyatanya, kisah ANTARA DUA SURGA. Kisah ANTARA DUA SURG...