3 Curhat

2.7K 385 17
                                    

"Kenapa giliran aku yang memilih wanita dan mau menikah, nenek mempersulit! Sedangkan kakak dengan mudahnya nenek restui! Bahkan aku tidak diikutsertakan!"

Liam membentak neneknya setelah wanita paruh baya itu memberinya persyaratan yang sudah ia rencanakan.

"Nenek tau sendiri, Pak Anton tua itu susah di bujuk. Itu tanah kenangannya bersama almarhum istrinya!"

"Lho, jika Kiara serius ingin menjadi support systemmu seumur hidup, dia tidak akan keberatan untuk membantumu dalam hal ini. Kenapa sensitif sekali?"

"Jangan samakan pacarmu dengan istriku. Kastanya sudah jelas berbeda jauh." Dipta menyahuti seraya tersenyum smirk. Freya yang duduk disamping Dipta menahan tawa mendengar perkataan suaminya. Itu memang fakta bukan?

"Kasta mereka memang berbeda jauh. Tapi dari segi kepribadian, ahlak, aku yakin pacarku jauh lebih tinggi dibandingkan Freya. Mereka memang tidak bisa disandingkan. Karena istrimu hanya barang obralan yang mudah di dapatkan."

"Jaga mulutmu!" Dipta beranjak berdiri dan hendak memukul adiknya. Namun Sophia cepat-cepat melerai.

"Cukup!"

"Okey, akan aku buktikan. Besok aku dan Kiara setuju menemui Anton. Jika kita berhasil, aku mau hanya pernikahanku yang di rayakan." Liam tersenyum sinis.

"Tapi jika gagal, kalian tidak bisa menikah." Dipta balik menantangnya.

"Kamu belum mengenal siapa pacarku. Dia memang miskin dalam materi, tapi tidak dalam kecerdasan dan kepribadian." Liam mendorong dada kakaknya dengan kasar.

"Tahu kenapa aku sangat mencintai Kiara, meski dia bukan dari kalangan orang kaya? Karena dia seperti Mama. Dia wanita yang sangat hebat, kuat, dan selalu mendukungku. Dia berbeda dari semua wanita yang pernah aku temui!"

Liam pergi setelah mengatakannya. Sebenarnya diam hampir mual saat menyusun kalimat itu. Tapi tak apa bersikap sedikit dramatis. Sandiwaranya harus meyakinkan.

"Itu yang ingin nenek jadikan pemimpin? Kekanakan!"

"Jangan remehkan mereka. Jika benar Kiara mampu membujuk Anton, kamu akan kalah telak. Apalagi Liam meminta, hanya pernikahan dia yang di rayakan. Mereka akan menjadi pusat perhatian." Sophia menepuk pundak cucu pertamanya.

"Jangan menggampangkan lawanmu. Itu bukan sikap seorang pemimpin!" Sophia menasehatinya.

"Tetap bersaing dengan sportif!" Tutupnya seraya meninggalkan Dipta dan Freya menuju kamar.

Dipta tersenyum acuh mendengar ucapan neneknya. Kiara tidak akan bisa menaklukkan Anton. Sudah 3 tahun semua orang berjuang untuk membujuknya dengan berbagai cara, namun tidak pernah di gubris.

Bahkan Dipta pernah menawari harga 10x lipat dari harga sebenarnya, namun tetap di tolak.

"Mereka akan gagal, tidak mungkin berhasil. Wanita kampung itu tidak mungkin bisa menaklukkan Anton!" Desis Dipta pelan.

"Kamu yakin? Apa kita tidak perlu berbuat sesuatu agar mereka gagal?"

"Tidak perlu. Lihat saja, mereka tidak akan menikah. Kitalah yang akan menjadi penguasa. Kamu harus segera hamil supaya nenek semakin yakin untuk memilih kita!" Dipta mencium kening istrinya.

*****

"Kamu tidak akan berhasil!" Liam mondar-mandir gelisah setelah sampai di apartemen Kiara. Ia menceritakan semua yang terjadi beberapa jam lalu. Termasuk tantangan neneknya terhadap Kiara yang tak masuk akal itu.

Sedangkan wanita yang besok harus menghadapi tantangan, meminum cola seraya menjelajahi postingan facebook seseorang. Ia bersikap sangat santai, seperti tak terbebani sedikitpun.

Marriage DealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang