31 (pacaran dulu!)

5.3K 333 115
                                    

Gedung rumah sakit menjadi tujuanku hari ini. Kondisiku yang sudah pulih kemarin membuatku merasa lebih baik, namun untuk memastikan segalanya, aku harus memeriksakan tubuhku secara menyeluruh.

Di perjalanan menuju ruangan Alvin, pandanganku teralihkan oleh seseorang yang sedang berjalan di lorong. Ternyata dia Aprian, entah apa yang dia lakukan di sini. Aku hanya mengangkat bahu dan melanjutkan langkah tanpa peduli.

"Oi, kau!" pekiknya, mencoba menarik perhatianku.

Aku tetap mengabaikannya. Aku malas berurusan dengan orang yang telah membuat keluargaku terluka di masa lalu.

Aku akhirnya memasuki ruangan kerja Alvin. Begitu aku membuka pintu, pemandangan di depan mataku membuatku tersenyum. Di sana, Elvin duduk dengan mulut terbuka lebar, dan Alvin dengan sabar menyuapinya.

"Ekhem," batukku, menarik perhatian mereka.

"Yo, El!" sapa Elvin ceria.

"Hay om," jawabku santai.

"Abang El gitu. Jangan panggil om, berasa tua tahu," keluh Elvin, sambil mencibir.

"Ello, kamu duduk dulu saja. Abang Al akan mengurus bayi besar ini dulu," ujar Alvin dengan senyum lebar, menggodanya.

"Ih, Al, gua udah gede tahu!" protes Elvin, sedikit kesal.

"Hm," gumam Alvin, tidak peduli.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat interaksi mereka berdua. Kedua pihak keluargaku memang memiliki anak kembar. Ayahku memiliki dua kakak kembar, sementara ibuku juga memiliki adik sepupu yang kembar. Jadi, sudah menjadi hal biasa bagiku melihat dinamika seperti ini.

"Kau makan siang belum, Ello?" tanya Alvin dengan nada serius.

"Sebelum kesini, aku sudah makan siang," jawabku.

Tiba-tiba, Alvin menatapku dengan ekspresi serius. "Keluarga Pratama berbuat apa dengan keluarga Zayan?"

Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, "Mereka menculik adik laki-lakiku sejak bayi dan baru bertemu beberapa bulan lalu."

Elvin, yang tampaknya tidak tertarik dengan percakapan serius, sibuk membuka mulut untuk menerima suapan dari Alvin. Sesekali aku melihatnya dan berpikir, betapa Alvin sangat menjaga adiknya.

"Abang kenal Aprian Pratama? Dia pewaris keluarga Pratama. Barusan saja dia memeriksa dirinya ke abang," ujar Alvin, memecah keheningan.

"Aku sudah tahu itu, Om Al," jawabku datar.

"Yah, terserahlah kau mau memanggilku apa," jawab Alvin dengan nada kesal, namun aku tahu dia tidak benar-benar marah.

Setelah selesai menyuapi Elvin, Alvin menyuruhku untuk berbaring di atas ranjang pemeriksaan. Aku menurut saja, merasa tak ada salahnya untuk memeriksakan tubuhku lebih lanjut.

Oliver sedang sibuk menggantikanku di kantor pusat, karena Catra kembali pergi bersama Aditya ke luar negeri.

Tak lama setelah pemeriksaan singkat, Alvin meminta agar aku membuka baju untuk pemeriksaan secara menyeluruh.

"Kondisi kesehatanmu sudah pulih total. Kau hanya perlu menjaga pola makan dan tidur yang baik. Jangan lupa konsumsi vitamin agar tidak jatuh sakit lagi," nasihat Alvin dengan nada lembut.

"Mengerti," sahutku singkat.

"Katanya kamu punya pacar, Ello?" tanya Elvin tiba-tiba, menyenggolku dengan tatapannya.

"Iyalah, emang kayak om kembar jomblo terus," jawabku sambil tersenyum nakal.

"Ngeselin banget sih anaknya Oliver," gerutu Elvin.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang