Tolong ijinkan 3

15 1 0
                                    





...
Hay guys
Happy reading
...

"Enggak ras, gausah bilang kayak gitu , Lo masih punya dai buat Lo jaga"
Sontak ucapan gara membuat rahsya kembali membuka matanya perlahan

"I-ya tap-i ...g-"

"RASS" teriakan nyaring itu mampu membuat mata rahsya kembali melotot

"Lo kenapa? huhuhuhuhuhu" tangis dai pecah melihat rahsya telanjang dada dan  dadanya di perban dan masih mengeluarkan banyak darah

"G--ak"

Mendengar jawaban singkat itu , gara tersenyum simpul
Hatinya ikut sesak melihat pemandangan seperti itu

"D-dai gu-e AAAAAAAAKH" reflek rahsya menjerit saat tiba-tiba di jahitannya terasa perih yang sangat menyengat

"WE WE WE WE" gara berdiri sambil panik tak karuan disusul andhara yang ikut panik

"Aduh...." Lirihan rahsya mampu menenangkan mereka

"Sakit apanya?"

"Itu...dibacok papa" air mata dai langsung mengalir mendengar itu

"Rasya jangan Tinggalin dai ya" suara dai tercekat

Rahsya tersenyum tipis sangat tipis karena tak kuat menahan rasa sakitnya
"Dai , rahsya tau, dai bisa kok tanpa rahsya..jadi  kalo rahsya udah gak kuat , ijinin rahsya buat pergi"

Seperti anak kecil, rahsya berkata seperti itu
Gara memegang dadanya yang terasa sesak
"Nyesek anjir bangke" batin gara meronta-ronta

"Enggak ras, dai gak ijinin" air mata dai kembali luruh
Suaranya tercekat sangat menggondok di tenggorokannya
Ingin ia berteriak sekeras-kerasnya menolak rahsya yang seperti ini
Kenapa bukan dia saja yang kena bacok.....

rahsya tersenyum memperlihatkan gigi runcingnya Sebelum memejamkan matanya rapat-rapat

"RAS APA APAAN LO" teriak gara reflek melihat rahsya yang hilang kesadaran

"Rahsya.....hiks....abaang..rahsya belom mati kan" gara mendelik

"DOKTEERRRRR dokteerrr TOLONG Rashya pingsan" andhara histeria sendiri berteriak teriak keluar ruang inap

Tak lama kemudian dokter Zara datang dan segera memeriksa keadaan rahsya
Dan menyuruh gara andhara dan dai keluar

Mereka dibuat ketar ketir saat dokter Zara membawa rombongan masuk ke dalam ruangan kamar rahsya

"Hiks abaangg huaaaaaaaaaaaaaaaaaa" dai terus menangis dan mncak mencak di pelukan gara

Tak lama kemudian kano dan kawan kawan nya datang dengan baju sudah compang camping banyak darah

"Gimana?"

"Rashya tadi udah sadar tapi pingsan lagi"

"Ck gue emang gak seharusnya ngebiarin rahsya sendirian sama papa" kano duduk di lantai dengan lunglai

"Bukan salah lo no, Lo jga btuh uang kan buat rahsya sama Lo , apalagi papa Lo kayak gitu" gara masih merengkuh tubuh dai yang mungil

"Iya" lirih kano

"DOK DOK DOK gimana?" Teriak dai melihat dokter Zara keluar

"Rashya hanya pingsan saja sebentar lagi pasti bangun"

"Tapi tadi kenapa dokter bawa rombongan"

"Saya kira rahsya mau koma"

"Oh" dengan tergesa-gesa dai melepaskan pelukan gara dan berlari ke ruangan rahsya membuat semuanya mendelik

...

7 bulan berlalu , rahsya masih beluk membuka matanya

"Rahsya gak boleh  Ninggalin aku" dai dengan mata sembabnya mengusap rambut rahsya yang indah

Dengan mata yang masih terpejam terlihat bibir rahsyya sangat pucat
"cepet bangun , jangan tidur terus ras , dai kangen"

"Gimana sih , kata dokter Zara rahsya cuma pingsan kok gak bangun bangun mana Sampek berbulan bulan lagi bener bener dokter kagak bisa dipercaya" gerutu Casa membuat semuanya menyuruhnya diam

"Bising amat lu" ucap andrew membuat Casa melirik tajam

"Eh engggwwwwakk kok yang bicara aja gapapa" seketika Andrew menciut

"Hiks ... Hmmmm HUAAAAAAAAAAAAAAAAAA" jerit dai membuat semuanya mendelik

"I , mending Lo tidur dulu , udah malem , nanti mata Lo jadi makin gede" gara dengan tanpa dosanya menampol mata kiri dai

"Aduh.. iya iya" dai beranjak dan langsung merebahkan dirinya di sebelah Casa di sofa

"Hiks ... Casaaa besok udah lebaran cass gue gak rela ya gak lebaran sama rahsya"

"Udah gapapa kok gue yakin ntar malem rahsya bangun , biar anak cowo yang jagain rahsya kita tidur aja" Casa memejamkan matanya sambil memeluk dai

"Eh , bayangin kalo kita yang peluk pelukan kek gitu pastiii....." Celatuk alka

"Keren banget" sahut kano

"Wkwkw gila"

....
Maap ya ges kalo kagak ada sad sadnya
...

Lima Kata TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang