1. Gyuvin

745 48 0
                                    

Cerita ini hanya kiasan dan fiksi serta tidak sepenuhnya sesuai dengan kehidupan asli sang tokoh

Jadi berbijaklah dalam membaca dan memberikan komentar, terima kasih 🙏

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"GYUVIN!! SUDAH BERAPA KALI PAPA BILANG, JANGAN KELUYURAN SAMPAI LEWAT JAM 6 MALAM! MASUK KE KAMAR DAN BELAJAR SEKARANG JUGA!!"

Sang ayah yang sudah jenuh dengan perilaku anaknya yang selalu menghiraukan amanahnya.

Sementara Gyuvin hanya melengos pergi ke kamarnya tanpa sepatah katapun.

Bahkan untuk melihat ayahnya saja tidak.

Bisa dikatakan, ia sudah lelah...

Lelah menghadapi ayahnya yang dengan entengnya menganggap kematian sang ibu sebagai hal yang mudah diterima dan memilih untuk menikah kembali.

Meski jarak kematian sang ibu sudah berlalu begitu lama, hanya saja dirinya masih belum bisa menerima hal tersebut.

Sebab dirinya sangat dekat dengan beliau...

Gyuvin pun mencoba menenangkan dirinya dengan menyalakan musik pada ponsel.

Mengaktifkan serta memakai earphone bluetooth yang sering ia gunakan jika ia beraktivitas atau beristirahat sejenak.

Lagu yang sering ia putarkan merupakan lagu yang memiliki arti yang bermakna.

Arti yang seakan ditujukan untuk kisahnya juga.

Tak berselang lama, setetes air mata pun mengalir membasahi pipinya.

Ia teringat akan ucapan sang ibu yang selalu menyemangatinya meski dalam keadaan terpuruk sekalipun.

"Anak mama adalah yang terbaik"

Hanya sepenggal kalimat yang diberikan namun tersirat panjatan doa yang begitu luas didalamnya.

"Mama, aku rindu..."

-----

Gyuvin yang sedang dalam perjalanan pulang sekolah bersama dengan kedua sahabatnya.

"Vin, jadi tidak pergi ke warnet hari ini?"

"..."

Belum ada jawaban yang diberikan...

"Bro! Daritadi mikir apaan dah ngelamun terus? Woi!"

"Eh? Oh, hehe... aku ada urusan sebentar jadi aku cabut duluan ya kalian saja yang ke warnet!"

Lalu Gyuvin pun pergi darisana meninggalkan mereka yang hanya menatapnya dengan keheranan.

'Biasanya itu anak sudah energik. Kenapa lagi, ya?'

-----

Berakhir Gyuvin hanya duduk menatap pemandangan sungai Han berombak dangkal yang menenangkan.

Kini terputar kembali dalam ingatan, momen-momen kecil yang berharga.

Terdiam sembari menikmati hempasan angin lembut di senja hari menjelang malam.

"Permisi, boleh saya duduk disini?"

Tanya seorang wanita yang menghampirinya.

Dari segi wajah serta penampilannya, wanita tersebut seakan tak terpaut begitu jauh dengan usia sang ibu saat masih hidup.

Awalnya meski sedikit ragu dan terheran, namun Gyuvin tetap mengizinkan wanita tersebut duduk disebelahnya meski sebenarnya bangku-bangku diantaranya masih cukup banyak yang kosong.

Wajahnya sangat familiar, namun ia tidak mengingat secara pasti pernah bertemu dimana dengan wanita ini.

"Boleh saya tanya? Nama adik siapa, ya?"

Gyuvin ragu ingin menjawabnya atau tidak.

"Oh, tak usah takut dengan saya. Adik kalau tak ingin memberitahukan namanya juga tak apa"

Si wanita tersenyum lembut padanya...

Sangat menenangkan, benar-benar seperti sesosok ibu yang ia rindukan.

"Gyu-vin..."

"Salam kenal, Gyuvin"

Gyuvin mengangguk kecil sebagai balasannya.

"Na-nama..." Gyuvin bergumam kecil, ia ingin bertanya tetapi bingung cara menyampaikannya.

Si wanita yang tetap bisa mendengarnya, mengerti apa yang dimaksudkan oleh Gyuvin.

"Nama saya, Sungyoon. Hm, saya lihat adik sepertinya sedang bersedih, ada apa?"

Gyuvin sebenarnya tak ingin menceritakan pada siapapun, bahkan untuk sahabat-sahabatnya sekalipun.

Hanya saja kali ini, seakan ada dorongan dalam dirinya untuk mau menceritakannya.

"Aku... rindu mamaku disana"

Gyuvin menunjuk ke langit malam yang sudah dipenuhi oleh bintang-bintang gemerlapan.

Sangat indah...

"Mama pasti sudah bahagia sekali di tempat itu, kan? Apa mama masih tetap memperhatikanku disini...?"

"Beliau tentu tetap memperhatikanmu sepanjang waktu, ia sangat menyayangimu"

"Benarkah?"

"Benar, jadi tetaplah semangat dan tersenyum karena kau adalah anak yang terbaik baginya"

Benar, aku harus tetap semangat dan bahagia

Sama seperti ibu dulu...

"Kalau begitu saya pamit dulu ya adik, hati-hati saat pulang nanti"

Lama setelah wanita itu pamit dan pergi, Gyuvin pun juga segera beranjak dari tempatnya karena hari ini sudah menjelang larut malam.

Ketika ia melihat pada jam tangannya, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10 malam...

"Tunggu, Sungyoon bukannya..."
.
.
.
.
.
.
.
.

"Nama mama?"

Gyuvin langsung mengedarkan pandang di sekitar tempat tersebut yang hanya tinggal segelintir orang yang berlalu lalang.

"Tidak ada... kemana wanita tadi?"

-----

Aku akan pergi ke suatu tempat yang dekat dengan langit saat aku ingin menangis

Sehingga tak ada yang bisa melihat air mataku

Aku menghela napas pada hari dimana suaraku tak keluar

Namun karena suara hati kita yang saling terhubung

Aku mengumpulkan keberanian untuk melewati hari itu

Mari kita semua bernyanyi bersama

Suara nyanyian yang merdu agar dapat menutupi kesedihan

Ini akan baik-baik saja, seperti jarum jam

Setelah berputar, aku akan kembali ke titik awal

Lalala-lala-lalala-lalala

Lalala-lala-lalalala~

- Circles by Seventeen

Our Life Is HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang