3. Zhanghao

296 34 0
                                    

Cerita ini hanya kiasan dan fiksi serta tidak sepenuhnya sesuai dengan kehidupan asli sang tokoh

Jadi berbijaklah dalam membaca dan memberikan komentar, terima kasih 🙏

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Zhanghao itu orang yang jarang sekali mengeluh.

Ambisi yang tinggi serta keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dari semua orang membuat dirinya menjadi sosok yang jenius. Dengan segudang bakat, banyak sekali prestasi yang diraih olehnya.

Mulai dari olimpiade sains dan matematika, bermusik, pengajar, hingga peraih peringkat ujian tertinggi di satu negara.

Namun siapa sangka dibalik paras rupawan dan kepintaran dari seorang jenius ini ternyata memiliki satu keinginan yang belum bisa ia wujudkan.

Keinginan... untuk menjadi seorang anak yang bahagia.

-----

"Wah, Zhanghao~! Kau makin bagus saja bermain biolanya! Kapan-kapan ajarkan aku ya tapi gratis! Oke? Hehe..."

Bletak!

"Enak saja. Aku belajar ini juga dengan usaha tau" Zhanghao menjitak kepala teman sebangkunya itu yang sedikit tak tau diri tapi menyenangkan.

-----

"Aku pula-"

"APA-APAAN KAMU HEN!! KAMU SUDAH BERANI BERSELINGKUH DIBELAKANG AKU, HAH?!! SIAPA WANITA JAL*NG YANG MENEMPELIMU DI KANTOR ITU?! JAWAB!!"

"YA SUKA-SUKA AKULAH MAU DITEMPEL SIAPA!! KAMU JUGA KEMANA MALAM-MALAM PAS AKU CAPEK PULANG KERJA, HAH?!! MALAH TIDAK PULANG-PULANG HINGGA PAGI PASTI JADI WANITA SIMPAN-"

PLAK!

"SUDAH GILA KAMU!! INGAT! YANG KASIH PERUSAHAAN KE KAMU ITU ORANG TUA AKU!! KAMU YANG TIDAK PERNAH MENGURUS ZHANGHAO DAN RUMAH DARI PAGI SAMPAI MALAM HANYA DIKASIH MIKIR KERJAAN DOANG TAU APA, HAH?!!"

"EH! AKU JUGA MASIH MENGURUS ZHANGHAO DAN RUMAH YA SAAT KAMU TIDAK ADA MALAM-MALAM, ASAL KAMU TAU!!"

BRAK!!
PRANG!!

Pertengkaran demi pertengkaran hingga barang-barang berterbangan pun tak terelakkan di rumah mewah tersebut.

Zhanghao tidak peduli dan langsung mengurung dirinya di kamar setiap pulang ke rumah.

Selalu menggunakan headphone dan menyalakan musik klasik dengan volume maksimal agar tak mendengar pertengkaran orang tuanya. Kemudian menutup mata dan mencoba melupakan apa yang ia dengar saat ini bagaikan angin berlalu.

Ia sudah melakukan metode ini sepanjang hidupnya dalam 18 tahun sejak usianya yang ke 2 tahun. Dulu saat kecil, ia justru menggunakan penyumbat telinga sebagai pengganti headphone dan menutupnya dengan tangan keras-keras hingga tangan mungilnya memerah.

Ia tak pernah berharap untuk mempunyai keluarga yang seperti ini, tapi sepertinya takdir mengizinkan hal ini hadir dalam jalan kehidupannya.

Meski tak bisa dipungkiri, sudah berapa kali dirinya menangis dalam diam karena hal ini dan bahkan ia tak mempunyai saudara untuk bisa diajak bicara.

Berbagai pujian, semangat dan rasa kepedulian dari semua orang selalu ditujukan padanya. Namun ia selalu menganggap semua itu hanyalah rasa kasian pada dirinya yang hanya bisa mengubah diri tanpa bisa mengubah orang terdekatnya.

Seolah hatinya kini sudah beku untuk bisa terbuka kepada siapapun bahkan kedua orang tuanya. Terlahir menjadi sosok pendiam dan penyendiri, menciptakan kepribadian bertolak belakang dari aslinya untuk ia tampilkan kepada semua orang yaitu sifat yang ceria dan ramah.

Satu-satunya pelampiasan Zhanghao kini ialah dirinya yang harus selalu menjadi terbaik dari yang terbaik.

Menjadi seseorang yang terbaik memanglah sebuah ambisi bagus, jika didasari dengan fondasi yang baik juga. Sehingga sifat yang seharusnya adalah jati dirinya tidak luntur hanya karena tertutupkan sebuah ego dan masa lalu.

Zhanghao yang sudah menginjak usia legalnya di usia ke 20 tahun. Mempunyai sebuah harapan yang tak pernah bisa ia hapuskan dalam hidupnya juga yang tak pernah sekalipun bisa ia dapatkan.

Kebahagiaan yang abadi, sebab memang tidak ada yang abadi di dunia ini.

-----

Terkadang aku berharap aku bisa menghilang dari dunia ini

Dunia tampak begitu gelap dan aku yang selalu menangis setiap malam

Apa aku akan merasa lebih baik jika menghilang saja?

Aku sangat takut pada orang-orang yang menatapku

Selama hari-hari yang indah, aku hanya merasakan sakit

Aku membenci diriku sendiri yang tak bisa menerima cinta

Ibuku dan ayahku, mereka hanya menatapku

Perasaanku tak seperti yang mereka pikirkan tapi aku justru terus melangkah lebih jauh

Apa yang harus aku lakukan?

- Youth by Bol4

Our Life Is HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang