2. Sung Hanbin

340 44 0
                                    

Cerita ini hanya kiasan dan fiksi serta tidak sepenuhnya sesuai dengan kehidupan asli sang tokoh

Jadi berbijaklah dalam membaca dan memberikan komentar, terima kasih 🙏

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Dik, kakak antar ya ke sekolah?"

Hanbin mencoba menawarkan diri lagi dengan lembut untuk kesekian harinya pada sang adik yang tetap menghela napas.

"Kak... aku mohon biarkan aku sendiri saja ke sekolah. Kakak tau kan bagaimana pandangan yang lain melihat kakak? Aku pamit dulu" Sang adik tidak melanjutkan lagi perkataannya dan pergi darisana.

Hanbin sangat mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang adik dan itu membuat hatinya kembali sedikit teriris meski dirinya tidak mau terlihat menyedihkan dimata orang lain maupun orang yang ia sayangi.

Keluarganya yang hidup dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan. Membuat dirinya selaku anak pertama, berusaha mencari pekerjaan tambahan untuk membantu keluarganya yang hanya membuka kedai kafe.

Apapun yang ia bisa lakukan dari bekerja sampingan menjadi bartender di kafe lain, bekerja sebagai penari di panggung kecil, dan pekerjaan lainnya yang setidaknya masih terpandang meski hanya sedikit.

Serta kehidupan yang membuatnya terlihat tak sebaik orang-orang seumurannya. Itulah mengapa sang adik yang masih tampil setara dengan kasta lingkungan sekolahnya, selalu menutupi kehadiran sang kakak dihadapan teman-temannya meski sebenarnya dia adalah adik yang sangat baik.

Ia tetap kuliah? Benar...

Namun karena keadaan yang mengharuskannya berusaha mencari banyak pekerjaan tambahan membuatnya jarang sekali masuk kuliah.

Itupun terhitung hanya masuk sekali, dua kali saja, sekedar menyatakan dirinya masih berada di kampus.

Uang yang ia peroleh pun tidak begitu banyak dan harus ia gunakan juga untuk membantu orang tuanya membayar kehidupan sekolah sang adik yang masih dua tahun lagi untuk menghadapi kelulusan.

Bahkan ia terpikir akan lebih baik berhenti kuliah saja dibandingkan ia yang harus kuliah sedangkan sang adik malah berhenti dari sekolahnya.

-----

"Kak Hanbin, aku lihat-lihat hari ini kakak sedang tidak fokus melayani pelanggan, ada apa?"

Ricky yang datang dari belakang dapur kafe, membawa secangkir teh chamomile panas untuk berniat diberikan kepada Hanbin yang sedang bekerja mengelap meja di bagian depan. Hari ini adalah hari sabtu, kafe biasa tutup lebih awal dari hari-hari sibuk.

Ricky bukanlah pekerja kafe yang sama seperti Hanbin, tetapi dialah pemilik kafe tempat Hanbin bekerja selama ini.

Bukan pemilik kafe sah, melainkan hanya mengambil sebagian dari usaha kecil yang dibangun oleh orang tuanya yang kini sudah memegang perusahaan besar.

Meski begitu, Ricky merupakan sosok yang tidak banyak berbicara namun tetap rendah hati kepada para pegawainya lewat tindakan kebaikan kecilnya.

Bahkan bisa berteman dekat seperti halnya dirinya dengan Hanbin yang lebih tua darinya.

Mereka sering berbagi cerita, terutama Hanbin yang memiliki pengalaman lebih banyak dari Ricky dan yang lebih muda suka menyimak dan membayangkan kisah-kisah yang diceritakannya.

"Iyakah? Maaf, mungkin aku terlalu lelah hari ini" Ujar Hanbin sembari memasukkan lap meja di kantung celemeknya.

"Muka kakak juga pucat. Aku sarankan lebih baik rehat saja kak ambil cuti besok dan sampai beberapa hari kedepan biar tidak stress, sekedar untuk healing dulu"

Benar... memang seharusnya sejak awal Hanbin mengambil cuti dulu dari sebagian pekerjaannya agar tak begitu membebani pikiran.

Tapi jika dia ambil cuti nanti... dia akan melakukan apa?

"Kak, aku tahu yang kakak pikirin. Tenang saja aku bakal bantu untuk solusinya" Ricky yang sedari tadi duduk elegan di salah satu kursi kafe dengan santainya menyeruput sisa terakhir teh yang dia bawa tadi.

"Itu bukannya..." Saat Hanbin menunjuk cangkir teh yang sedang digenggam Ricky. Membuat si pelaku justru terkejut dengan yang dirinya lakukan.

"Oh maaf kak, aku tidak sengaja benar-benar lupa. Aku bawa lagi saja ya kak tehnya"

Hanbin hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Terbiasa melihat kelakuan lain Ricky yang cukup 'normal' selain dari sikap luarnya yang sering dilihat orang bak orang kaya.

"Tak apa, tak usah. Biar aku sendiri saja yang buat, kau mau lagi?"

-----

Seorang anak punya mimpi yang berbeda setiap hari dan punya keinginan yang tak terhitung jumlahnya

Apakah anak itu merasakan sakit yang begitu lama hanya untuk menjadi seperti diriku saat ini?

Kita (aku dan diriku) melangkah lebih jauh hari demi hari
Aku merasa sepertinya kita tak pernah bisa berdamai

Aku merasa sepertinya diri ini tak akan pernah membaik

-----

Setiap momen di dunia ini yang datang kepadaku menjadi hadiah yang menakjubkan

Setelah banyak keraguan sepertinya aku telah mendapatkan jawabannya

Ingatan yang ada di luar jangkauan memanggilku

Suara yang sudah lama kulupakan
Aku bergerak melawan ombak untuk kembali menuju laut tempat dimana aku dilahirkan

Aku merasa bebas bahkan saat aku tersapu dan tersesat aku takkan menutup mata pada kegelapan yang menjebakku lagi

- My Sea by IU

Our Life Is HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang