1. Awalan

4.6K 10 0
                                    

Beginilah hari-hari gue saat ini, ya seperti ini, melakukan upacara bendera di pagi hari. Sebagai siswi yang rajin di sekolah SMA Kencana Jaya aku mengikuti upacara bendera dengan disiplin dan sedikit mengeluh karena pagi ini entah kenapa seolah langit tidak memberikan mendungnya, saat ini cahaya matahari sangat terik sampai keringat di dahi bercucuran. Saat kondisi begini kenapa guru yang memberi amanat sangat lama. Aku menoleh ke sisi kanan dan sisi kiri ku ada teman-temanku yang sudah menjadikan topinya sebagai kipas, untung saja guru BK sudah tidak berada di belakang barisan.

"Yeelah, lama kali ini woy amanatnya, bedak gue ni mesti luntur aduh gincu gue juga. Kulit wajah gue yang berlapis skincare ini akan sia-sia." Ucap Shafa teman gue yang hidupnya hanya tentang wajahnya.

"Mundur aja yok, kita alasan apa gitu ngapain." Saran yang buruk dari Amanda teman gue yang lain.

"Tinggal bentar, friend. Sabar okey. Orang sabar pacarnya kek gue. Hehehe." Ucap gue menimpali teman-teman gue dengan bercanda.

Setelah banyak berbicara sambil upacara tadi, upacara pun selesai semua siswa-siswi sekolah SMA Kencana Jaya kembali ke kelasnya masing-masing. Tapi bukan untuk gue, gue and my friends bukan tipe siswi yang habis upacara langsung ke kelas rajin dan disiplin. Tidak.

"Mesen apa? Biar gue pesenin laper parah dari kemarin malem gue ga makan soalnya." Ucap gue ke Amanda,Shafa and Naura yang mau mesen makanan ke Bu Kantin. Btw, untuk temen gue yang Naura ini dia orangnya emang cuek poll, ga banyak omong, tapi banyak duit. Wkwkwkwk.

"Gue mie goreng, minumnya air putih aja." Ucap Amanda

"Gue sama kayak Lo aja deh, Mel." Ucap Shafa

"Gue Nasi goreng sama es teh." Ucap Naura

Setelah itu gue langsung pesen deh makanan dan minumannya ke Bu Ijah. Bu Ijah ini masakannya enak poll. Langganan banget ini gue beli di sini udah hampir 3 tahun.

∆∆∆

*Dirumah Melisha*

Papanya Melisha (Riki Ardito) sedang gelisah karena dia baru mendapat kabar bahwa perusahaannya di luar negri butuh dirinya, dia harus segera kesana putranya tidak bisa mengurus semua itu sendirian.

"Pa, tenang dulu. Papa minum dulu jangan panik gitu. Kita harus berfikir gimana yang terbaik untuk perusahaan dan untuk keluarga kita." Ucap Arani istrinya menenangkan suaminya yang sedang kalut.

"Aku bingung, ma. Tentang hal yang ada di sini dan perusahaan juga." Ucap Riki pada sang istri.

"menurut Mami, sebaiknya kita sekeluarga pindah saja ke sana. Agar papa bisa mengurus perusahaan dan Meli juga sekolah di Netherlands. Lagipula Mahen juga kuliah disana jadi kita akan berkumpul seperti dulu." Ucap Arani memberikan pendapat.

"Apakah Meli mau? Anak itu sangat susah untuk mengerti." Ucap Riki sambil menghela nafas.

"Kita coba dulu berbicara dengan Meli, Pa." Ucap Arani meyakinkan suaminya. Suaminya masih tampak gusar dan memijat pangkal hidupnya sembari duduk di sofa rumah.

===

"guys,kita keknya lama ga jalan bareng deh." Ucap Shafa pada lainnya.

"Yeelah, mulut Lo, kita kemaren baru jalan bareng berempat ke mall." Ucap gue pada Shafa. Shafa ini emang agak-agak orangnya.

"Yaitukan, dua hari yang lalu, Mel." Ucap Shafa

It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang