5.

1K 4 0
                                    

Ya ampun otak gue isinya cuman Arsen doang. Dari kemaren dinner sampai pagi ini bahkan di alam mimpi gue cuman yang menjadi topik utama ya Arsen. Kayaknya dia jodoh gue deh. Gila aja udah di alam mimpi, ehh dia bukan jodoh gue. Pokoknya dia harus jadi milik gue. Titik pakek tanda seru.

Gue berkaca pada cermin meja rias di kamar gue ini. Sambil melihat kecantikan gue yang paripurna ini. Dan gue juga mulai memakai seperangkat make up untuk ke sekolah.

"Gue ini cantik, pastilah Arsen mau sama gue." Ucap gue yang sangat bangga terhadap kecantikan diri gue sendiri. Love myself itu sangat penting ya gess ya..

"Sekarang gue ga mau anjir ikut Papa di Netherlands. Mending gue kejar Arsen di sini." Sambil memoleskan lipstik gue yang bagus pol ini.

"Tapi, gimana ya cara nolaknya? Gue udah iyain ajakan papa lagi." Ucap gue yang mulai bingung. Lalu, gue mengambil tas warna kuning gue yang sangat lucu itu dan berjalan menyusuri tangga rumah.

"Pa, ma, aku berangkat dulu yaaa." Ucap gue agak teriak, melihat papa mama sedang nge teh sambil nonton TV. Ya kebiasaan ortu gue lah.

"Kamu ga sarapan dulu, Mell." Sahut mama menawarkan sarapan

"Nggak deh, ma. Aku belum laper." Tolak gue lalu bergegas segera ke garasi dan berangkat sendiri dengan mobil gue tercintah ini.

Selama di perjalanan gue kepikiran bagaimana cara agar gue biar bisa tinggal di sini ya. Apa yang harus gue lakuin. Apa gue harus nangis kejer aja biar di turutin. Lalu, otak gue yang agak-agak pinter ini malah kepikiran sesuatu yang di luar nalar.

"Tapi, dia udah punya istri belum ya? Muka dia udah Mayan tua lagi kayak om om. Kalo dia punya istri,, trus jodoh gue siapa dong." Otak gue yang mulai berpikir sangat jauh.

"Okeyy, gue harus selalu positive thinking." Ucap gue lalu menarik nafas dalam dalam lalu membuangnya.

"Gue harus tanya papa ini." Kata gue. Lampu merah pun mendukung gue, gue segera mengambil HP dan menelpon papa. Pokoknya ini harus di selesaikan dengan cepat dan tepat.

"Halo, papa sayang.." Sapa gue yang muanis ini terhadap papa di seberang telpon ini

"Kamu kenapa kayak gitu." Jawab papa.

"Ihhh, papa kok gitu sih sama aku. Aku anakmu yang manis ini mau nanya sesuatu sama papa tapi papa harus jawab sejujurnya." Ujar gue yang kayak mengintrogasi papa.

"Ya ya, cepetan kamu mau nanya papa. Ini papa orang sibuk. Mau ngantor. " Jawab papa ngomel, papa ini emang sok sibuk, eh bukan Deng emang sibuk beneran, kan papa aku kaya.

"Jadi gini, pa. Kemaren siapa itu Ar maksudnya si Pak Arsen itu udah nikah apa belum, pa?" Tanya gue, gue takut nih gila sambil mengigit pipi bagian dalam gue.

"Jadi ini, kamu mau nanya hal ga penting ini sama papa, Mel. " Jawab papa. Gue udah ga bisa bayangin gimana reaksi papa saat ini. Tapi bodo amat.

"Dia belum nikah. Udah mending kamu sekolah yang bener bye." Ucap papa lalu memutuskan telponnya. Gue yang mendengar itu pun langsung girang dong.

"YAAAMPUNMN.. OMGGGG DIA EMANG JODOH GUE DONGGG." Teriak gue senang nan gembira di dalam mobil. Semenjak gue bertemu sama si Calon jodoh emang sering ngomong sendiri, kayaknya dia udah bikin gue gila dong.

Gue melihat ke arah luar melalu jendela mobil ini. Dan bertemu dengan sosok yang gue idam-idamkan, dan kita eyes contact dong. Lalu, gue tersenyum ke arahnya. Dannnnn...

Tinnn. Tinn....

Lampu merah udah berubah menjadi ijo, dia belum bales senyuman gue. Tapi ga masalah yang penting gue ketemu aja udah seneng banget.




It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang