Arsen sadar hari ini dia terlalu banyak bicara pada gadis yang dia baru kenal. Gadis kecil centil dan banyak gaya itu memenuhi pikirannya saat ini. Padahal dia sudah berada di apartemen dan mandi dengan air dingin di hari yang petang ini tapi sosok Melisha tetap ada dalam otaknya itu.
"Kenapa dia terus berada di dalam otak saya. Rasanya terus berputar putar wajahnya itu." Ucap Arsen lalu memijat pangkal hidungnya. Dia duduk di sofa kamarnya dan melihat-lihat iPad kerjanya.
Lalu, tak lama kemudian, suara deringan Hpnya mengganggunya. Dia tersenyum melihat nama yang tertera di hpnya."Hei, Sean. Kurasa cukup lama kau tidak menghubungiku. " Sapa Arsen pada temannya bernama Sean itu melalui sambungan Telepon.
"Yes, ayo kita pergi ke club. Bersenang-senanglah dengan temanmu ini. Kurasa disini banyak wanita cantik yang menggoda." Balas Sean dengan nada bergurau.
"Hmmm. Baiklah, aku akan segera menyusulmu. Beri lokasinya lewat chat." Ucap Arsen lalu menutup telepon. Dan dia mulai bergegas bersiap-siap menuju temannya itu.
Di sisi lain Sean sudah banyak mimun sambil di temani oleh dua wanita di sampingnya. Sean merupakan teman Arsen dari Amerika. Sifat keduanya pun tak jauh berbeda. Maka dari itu, mereka sangat akrab.
°°°
*Dirumah Melisha
Melisha sangat gugup kali ini, benar saja Melisha tidak pernah ragu dalam melakukan sesuatu bahkan dia juga tak pernah gugup dalam berbuat nakal di sekolah. Tapi kali ini dia sangat gugup sekaligus ragu mengatakan perihal dia tidak mau pergi ikut orang tuanya.
"Kenapa kamu kayak gitu?" Tanya Riki pada putrinya yang terlihat gelisah dan mondar mandir sambil menggigit jarinya.
"Pa, sebenarnya aku mau bilang sesuatu." Kata Melisha lalu duduk di sofa sebelah papanya.
"Apa?" Tanya Riki penasaran.
"Kamu ngulah lagi ya, Mel. Wajahmu keliatannya ga enak banget. " Celetuk Arani yang juga berada di sana.
"Ihhhh engakk! Mama tuh pikirannya negatif mulu kalo sama aku." Ucap Melisha tak terima.
"Ya trus apa? Kenapa?" Tanya Riki sekali lagi.
"Se-se-be-narnya, a-aku aku aku aku---"
"Kenapa?" Ucap Arani semakin penasaran.
"Sebenarnya a-ku aku, ga mau ikut mama ke Belanda." Ucap Melisha lalu menutup matanya, dia takut akan respon orang tuanya.
" Tapi kenapa? Bukannya kamu udah setuju ikut." Ucap Arani pada Melisha.
"Ma, pa. Kalu dipikir pikir Melisha itu udah gede tau." Ucap Melisha sangat percaya diri.
"Tapi kamu sering bikin ulah. Apalagi kalau di tinggal sendirian makin ngelunjak." Kata Riki yang sangat benar.
"Tapi kan itu dulu. Aku juga pengen pa, ma belajar mandiri, pinter juga kayak si Naura." Ucap Melisha sambil menunjukan wajah melas. Dan suka menunjukan wajah penuh keyakinan bahwa dia bisa mandiri.
"Trus kamu mau ngapain biar jadi kayak Naura ?" Tanya Riki
"Aku bakal tetap di sini sambil belajar bisnis, pa." Kata Melisha, sesungguhnya ini adalah kebohongan yang sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Mine
RomanceSejak bertemu dia aku mulai jatuh cinta, aku tergila-tergila padanya dan aku ingin mendapatkannya. Mungkin orang lain menganggap ku sebagai gadis bodoh atau gila yang mencintai om om. Tapi ya mungkin benar aku sudah gila karena terpesona dengan tamp...