8. harus tetap yakin

772 3 2
                                    


Tungting.....
Tungting.. Tungting...
Tungting...tungtingg

Suara bel yang terus terusan berbunyi di apart, menggangu ngopi paginya Arsen. Arsen yang sedang menikmati secangkir kopi buatannya sendiri pun bangkit dan menuju pintu.

"Tamu mana yang memencet bel ini." Ucap Arsen yang sedikit marah karena pagi tenangnya terganggu. Dia pun membuka pintunya.

"Pagi om." Sapa Melisha, rupanya dia yang memencet bel dengan tidak tau malunya. Arsen melihat Melisha dari atas ke bawah, tampaknya Melisha sudah mengenakan seragam sekolah lengkap.

"Kan saya sudah bilang saya tidak menerima tamu manapun." Ucap Arsen mengulang chatnya kemarin. Sementara sang empu yang ditegur hanya cengengesan dan mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku ga bertamu kok." Ucap Melisha tapi menerobos masuk ke dalam Apart Arsen.

"Hei saya ga suruh kamu masuk ya." Tukas Arsen pada Melisha yang menerobos masuk.

"Om ini masih pagi lho ya. Aku kesini cuman mau numpang makan aja kok. Nanti kalau udah makan aku berangkat sekolah." Jelas Melisha mengenai keberadaannya disini.

"Disini tidak ada makanan." Kata Arsen yang memang benar, dia tidak pernah memasak dia makan aja selalu beli.

"Oh gitu yaa, om mau biarin aku berangkat sekolah kelaparan. Terus kalau aku pingsan di sekolah gimana. Om tega ya sama aku." Ucap Melisha menye-menye sambil menampakkan wajah sedihnya yang kayak babi. Arsen yang melihat itu agaknya hatinya sedikit terenyuh.

"Yaudah iya iya, kamu makan roti selai aja sama saya bikinin susu. Tidak usah aneh-aneh kamu duduk disini." Ujar Arsen sambil menyuruhnya duduk di pantry dapur. Sedangkan Melisha hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.

Kegiatan Arsen mengoleskan roti hingga membuatkan susu untuk Melisha membuat hati Melisha semakin tak karuan. Dia mulai membayangkan bahwa Arsen dan dirinya sudah menikah dan seperti ini setiap harinya, betapa bahagianya.

'calon suami gue ini emang the best banget deh. Udah kaya, perhatian, ganteng, badannya bagus. Pokoknya paling okey deh.' batin Melisha. Melisha terus memperhatikan Arsen tanpa berkedip. Arsen sudah menghidangkan roti dan susu di hadapan Melisha tapi Melisha terus saja memandangnya. Sebenarnya dia kenapa? Mungkin itu yang dipikirkan Arsen. Arsen melambaikan tangan di depan wajah Melisha, dan membuat Melisha sadar.

"Ehh,, udah jadi ya." Ucap Melisha melihat makanan yang ada di hadapannya.

"Makan lalu berangkatlah sekolah." Ucap Arsen pada Melisha lalu dia menyusul duduk di sebelah Melisha sambil meminum secangkir kopi yang tadi.

"Kok om ga makan juga sih." Ucap Melisha karena tidak melihat Arsen memakan roti.

"Tidak, kamu saja." Kata Arsen.

" Yaudah nih." Ucap Melisha memberikan satu rotinya kepada Arsen. Ga mungkinkan dia makan sendiri sementara orang yang membuatkan ini tidak makan.

"Tidak, makan saja. Nanti kamu lapar dan bisa pingsan di sekolah." Ucap Arsen meniru perkataan Melisha yang tadi. Sungguh, sebenarnya Melisha tak selemah itu yang tidak sarapan membuatnya pingsan toh di juga jarang sarapan. Alasan tadikan hanya dibuat untuk caper kepada om ganteng.

"Enggak kok. Ayo makan." Ucap Melisha lalu menyuapkan rotinya langsung ke mulut Arsen. Arsen pun tak menolaknya juga. Membuat Melisha tersenyum, senyuman Melisha kali ini membuat dunia Arsen berhenti sejenak dan hanya terfokuskan pada manusia di sampingnya ini dan masih sambil memakan roti. Merasa ditatap Arsen, Melisha salah tingkah dan mengedipkan matanya berulang kali. Sungguh dia sangat salting rasanya ingin langsung menikah dengan Arsen.

It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang