10. Pelet

459 3 1
                                    

Dentingan di ponselnya mengalihkan pandangannya dari berkas yang sedang Arsen baca. Arsen mengecek HPnya, melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya, ternyata ya siapa lagi kalo bukan orang yang akhir-akhir menggangunya.

Melisha

Om,gimana udah terpikat
sama aku kah? Itu nasi
gorengnya ada bumbu
peletnya😙😍.

Setelah membaca pesan itu entah kenapa sudut bibir Arsen melengkung ke atas, dia merasa diperhatikan oleh seseorang. Tak biasanya dia diperhatikan seperti ini. Cukup aneh, tapi itulah yang terjadi.

Peletnya ga mempan
buat saya.

Masa si om?
Tadi udah aku kasi
pelet banyak lhooo
😕💓💓💓💓...

"Cepat sekali dia membalasnya, apa dia tidak sibuk di sekolahnya?" Ucap Arsen heran pada Melisha karena membalas chatnya begitu cepat. Padahal bagi Melisha, tidak ada yang lebih penting dibanding membalas chat dari jodohnya itu.

Kok di read doang
sii...

Sibuk ya...

Sesibuk apa si
sampai ga bales chat
dari nona maniezz ini😊☺️.

Yaudah deh, semangat
kerjanya ya jodohku♥️

Arsen yang membaca chat dari Melisha pun makin terheran-heran. Biasanya para remaja normal pada umumnya akan malu-malu jika mengatakan hal ini, atau bahkan mereka tidak akan mengatakannya. Tapi Melisha ini malahan sebaliknya.

Saya akan makan nanti
saat makan siang.







*****

Bener-bener nih orang emang bikin gue kebelet mau dinikahin. Greget gue, Om Jodoh ini emang paling bisa deh bikin gue seneng bukan kepayang.

"Masakan gue mau di makan nih, katanya cowok bakal luluh lewat makanan. Dari makanan trus turun ke hatii." Ucap gue bergembira, padahal ya makanannya juga belum di makan.

"Lo ngomong sama siapa?" Tanya Amanda yang kebetulan duduk di sebelah gue.

"Ngomong sendirian." Jawab gue apa adanya.

"Lah? Lo pikir gue disamping lo ini apa? Monyet? Stres lo malah ngomong sendiri." Ujar Amanda yang merasa gue abaikan, ya gimana lagi gue niatnya belum mau ngasih tau kok. Tapi gue hanya menggaruk pipi gue yang ga gatal.

"Namanya juga manusia, Man. Ada waktunya dia ngomong sama manusia lain, ada waktunya jika dia ngomong sendirian, ada waktunya juga di ngomong sama monyet." Kata gue memberikan sedikit penjelasan.

"Sok iye lo." Kata Amanda, lah emang bener malah dikata sok iye. Aneh sekali. Tapi supaya perkara tak bertambah panjang, gue menghiraukan omongan Amanda. Paling bener gue lanjutin tugas yang tadi.

Kalo ngerjain tugas gini, bawaannya tuh malesssssss bangett. Tapi, kok tumbenan kelas gue ini sepi bener. Gue celingukan ke kanan kiri depan belakang. Hanya ada gue, Amanda dan 3 lainnya itu pun tidur. Shafa Naura pun ga dikelas.

"Heh, Man. Shafa Naura mana kok ga ada?" Tanya gue pada Amanda yang asik melihat Drakor.

"Gatau ahh gue. Jangan ganggu gue dongg pelissss. Lagi sibuk ini, konsentrasi gue nanti bisa buyar gegara lo, ah." Cerocos Amanda, lah anjir padahal kan gue baru nanya sekali. Sok Sokan kalo liat drakor ni orang ga mau dinggangu, sekate-kate ganggu konsentrasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang