9. Sedikit tau

538 3 2
                                    

HARUS VOTE!







Hari ini gue bersiap-siap ingin pergi ke party club sama teman-teman gue. Gue sudah siap dengan sebuah rok mini putih dan crop top yang senada. Jangan lupakan juga maka up look yang gue kenakan ini sangat garang, supaya gue semakin terlihat wow. Gue nih bukan tipekal cewek yang baik baik gue suka minum minum ke club dan membuat onar di sekolah. Papa mama pun tau soal itu. Jadi gausah sok kalo dihadapan gue.

Setelah memasuki club gue langsung menemui Shafa. Kali ini personil kita ga lengkap, cuman gue dan Shafa doang, yang lain pada sibuk. Disana Shafa terlihat sedang mengobrol dengan seorang teman baru mungkin ya.

"Hai." Sapa gue nyamperin mereka

"Eh, Lo, Mel." Jawab Shafa
"Kenalin namanya Devina, dan Melisha." Kata Shafa memperkenalkan gue dan Devina tadi. Gue bersalaman dengan Devina dengan baik.

"Senang ketemu dengan Lo." Ucap dia, gue hanya membalasnya dengan senyuman. Gue, Shafa dan Devina pun mulai asik ngobrol sambil minum-minum. Kali ini gue ga mabuk, karena bawa mobil sendiri.

"Guys, gue ke toilet dulu." Izin gue memotong obrolan kita yang asyik ini lalu pergi ke toilet. Selama berjalan menuju toilet, gue melihat sosok yang tidak asing di mata gue ini. Dia Om ganteng yang selalu gue puja-puja itu. Sungguh, gue syok sangat syok, disana dia senang bercumbu dengan dua orang wanita dan gue yakin wanita itu jalang. Dada gue langsung sesak seketika rasanya sakit banget liat orang yang kita cintai kayak gitu. Tapi apalah daya gue, gue sendiri yang cinta dianya nggak. Sad banget gue.

Gue ga bisa lama-lama liat beginian hati gue sakit. Gue langsung ke toilet dan menangis hanya sedikit menangis. Tapi, setelah melihat kejadian tadi mood gue seketika langsung buruk. Ingin rasanya gue tarik tuh om gue bawa pulang. Tapi gue ga punya hak untuk melakukan itu semua. Gue sadar diri dan sadar akan posisi gue. Tanpa berpamitan dengan teman gue karena mood sudah kacau. Gue meninggalkan club dan pulang ke apart. Di sana gue manangis sejadi-jadinya di atas kasur kesayangan gue itu.

"Apa gue kurang cantik ya? Apa gue ga menarik ya? Hiks..... Hiksssss hiksss.." tanya gue pada diri sendiri.

"Masa gue ga menarik sih di hadapan om. Masa iya om Arsen ga bakal pernah jadi milik gue." Ucap gue lalu memeluk guling dengan erat.

"Huaaaa mama hiks.... Papa hiks.... Meli patah hati ma pa. Huaaaa hikss...hiks..... Kakak juga lupa ga disebut...... Hiksss huaaaa."

Masih menangis gue bangkit dari kasur dan mengaca di meja rias. Gue ga boleh nyerah gitu aja apalagi cuma. Sama jalang. Gue bakal jadi pemenang, Melisha selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Gue harus bisa. Sekarang Melisha sudah mulai tenang karena dia menyemangati dirinya sendiri.
Dan mulai berfikir kalau om sudah seperti itu berarti dia sudah sering menyewa cewek hanya sekedar senang-senang. Bisa jadi om Arsen belum punya pasangan. Kalau om sudah punya pasangan ga mungkin dia kayak gitu, aku percaya om bukan yang suka selingkuh. Sambil menatap cermin gue percaya guelah pemenangnya suatu saat nanti.

"Gue akan terus menarik perhatian Om Arsen, Om Arsen itu milik Meli hanya milik gue." Seolah kata kata itu sebagai penyemangat.

++++




Keesokan paginya seakan tak pernah terjadi apapun itu, Melisha tetap berusaha mengejar perhatian Arsen. Seperti pagi ini, dia sudah siap dengan seragam sekolahnya serta tas ranselnya yang isinya hanya satu buku tulis. Pagi ini diawali Melisha dengan memencet bel apartemen Arsen dengan sangat tak tau tata Krama. Dan jangan lupa kali ini dia membawa bekal nasi goreng ditangannya, tak seperti hari kemarin dia yang meminta sarapan pada jodohnya itu.

It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang