Part 5

578 25 0
                                    

Setelah vibrator itu masuk dan darah keluar dari hole mereka, Jennie menyalakan alat itu dengan kecepatan maksimal. Lalu dia dengan santainya mengambil cambuk dan mencambuk mereka secara bergantian, suara teriakan menggema di sini namun dia tidak peduli.

Jennie terus mencambuk sampai dia benar-benar ingin berhenti, setelah membuat badan mereka penuh darah barulah dia mengambil gelas berisi air perasan jeruk nipis dan menyiram ke tubuh mereka yang penuh luka.

Mereka kembali berteriak, tentu saja karena rasa sakit dan perih yang mereka dapatkan. Setelah itu Jennie mandi dan berganti pakaian, di sini dia sudah menyiapkan banyak pasang pakaian supaya dia bisa langsung ganti tanpa ke kamar lagi.

Sehabis mandi, Jennie menghampiri Gracia yang masih duduk di sana yang dia yakin melihat dan mendengar semua yang dia lakukan. Dia menghela nafas, sejujurnya dia tidak menginginkan hal ini Gracia lihat.

"Seharusnya kamu tidak lihat apalagi dengar ini Gre," kata Jennie lembut.

"Apa Gre akan seperti mereka?" tanya Gracia menunduk takut.

Jennie menyentuh dagu Gracia dan mengangkatnya, tatapan mereka bertemu. Dia tahu Gracia takut padanya, itu hal wajar apalagi dia seorang pembunuh.

Mana ada manusia yang tidak takut kalau hidup bersama dengan pembunuh, namun membiarkan Gracia di luar jalan sendirian membuat dia lebih tidak tega.

"Aku tidak akan melakukan itu padamu," kata Jennie jujur.

Gracia senang mendengarnya, setidaknya Jennie menyayangi dia. Setelah itu Jennie kembali mengendong Gracia ala koala menuju kamar, di kamar langsung saja Jennie baringkan Gracia di kasur.

"Je, aku mau lepas handuknya," kata Gracia membuat Jennie mengangguk pasrah.

Jennie melepaskan handuk yang Gracia gunakan, setelah itu Gracia kembali tiduran begitu juga Jennie yang tidur di sampingnya dan menutupi tubuh naked mereka dengan selimut. Gracia mengambil tangan Jennie dan melingkarkan di perutnya, posisinya seperti Jennie yang memeluk Gracia.

Setelah melakukan hal itu Gracia tanpa dosanya menutup mata menuju alam mimpi, sedangkan Jennie harus mati-matian menahan nafsu dia akibat Gracia apalagi jarak mereka terlalu dekat dan dia bisa merasakan kenyalnya payudara Gracia.

Cobaan apa lagi ini, apa ini karma gara-gara aku suka membunuh? Tahan Je, tahan. Jangan merusak gadis polos, ingat itu, batin Jennie frustasi.

Jennie berusaha tidur, dia sudah lelah baik fisik maupun batinnya. Keesokan harinya, Jennie terbangun jam 7 pagi dan dia melihat Gracia sudah kembali menjadi puppy yang dia peluk dari semalam.

Ternyata ini nyata dan Gre berkata jujur, batin Jennie.

Jennie bergegas ke kamar mandi, dia mandi dan gosok gigi dulu. Setelah itu dia memakai pakaian santai, jika malam dia bekerja sebagai pembunuh bayaran, maka pagi sampai sore tugas dia melatih dan melihat anak buah dia yang ada di markas sampai sejauh mana perkembangan mereka.

Jika dulu Jennie pergi tinggal pergi asal dia sudah memberikan makanan untuk Gracia, kali ini dia ragu. Apakah dia harus membawa Gracia ke markas atau membiarkan Gracia di sini sendirian seperti biasanya?

Jennie ke gudang untuk mengambil kandang lalu membersihkan dulu, setelah itu dia mengisi makanan serta minumannya dan dia menaruh kandangnya di mobil pada kursi penumpang.

Kali ini Jennie akan mengajak Gracia, dia tidak tega meninggalkan Gracia sendiri walau dia tahu kalau Gracia seekor puppy dan tidak akan ke mana-mana juga.

Setelah semua beres, Jennie kembali ke kamarnya. Dia melihat Gracia sudah terbangun, lalu dia mengendong Gracia menuju kamar mandi dan memandikan Gracia. Namanya juga puppy, suka air dan membuat badan Jennie basah seperti biasanya.

Sehabis mandi dan mengeringkan badan Gracia, Jennie kembali menganti pakaian. Setelahnya, Jennie mengendong Gracia menuju mobil. Di mobil, dia memasukkan Gracia ke kandang lalu dia melajukan mobilnya menuju markas.

Jujur saja Gracia tidak tahu ke mana mereka akan pergi, apalagi baru kali ini dia diajak keluar dengan tubuh seekor puppy. Gracia yang lapar, dia makan dan minum yang sudah Jennie sediakan.

Jennie sesekali melihat Gracia makan, hal ini sangat lucu mengingat betapa manjanya Gracia entah menjadi puppy atau manusia. Namun dia tetap fokus ke jalanan, bisa bahaya kalau dia kurang fokus.

Sejam kemudian, Jennie sampai di markas. Dia mengeluarkan Gracia dari kandang lalu keluar dari mobil, setelah keluar barulah dia menurunkan Gracia supaya Gracia bisa berjalan mengikuti dia.

Gracia tidak tahu di mana dia berada, melihat Jennie berjalan meninggalkan dia membuat dia menggonggong karena dia sangat takut apalagi tempat ini sangat seram baginya.

Jennie mendengar gonggongan, dia berhenti dan berbalik. Dia melihat Gracia masih diam di tempat, dia menghampiri Gracia dan berjongkok.

"Kamu takut?" tanya Jennie dibalas gonggongan.

Jennie menghela nafas, seharusnya dia meninggalkan Gracia di rumah saja daripada di melihat Gracia ketakutan apalagi Gracia masih seekor puppy.

Jennie mengendong Gracia dan masuk ke dalam sambil mengelus badan Gracia juga untuk menenangkannya, di perjalanan tentu saja dia disambut anak buahnya.

Jennie segera ke lapangan, di sana dia melihat anak buahnya sedang latihan. Walau dia tidak selalu ke sini, anak buahnya selalu latihan secara rutin sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Jennie senang melihat perkembangan mereka yang semakin meningkat, jika dia merasa anak buahnya sudah profesional barulah mereka terjun ke lapangan dan mengambil misi.

Jika anak buahnya belum profesional, mereka akan dididik sangat keras supaya mereka memiliki mental sekuat baja. Setelah melihat anak buahnya latihan, Jennie menuju ruang latihan senjata.

Ada beberapa yang berlatih, Jennie hanya diam memperhatikan. Cukup senang karena mereka yang berlatih hampir mengenai titik tengah, jika mereka latihan lebih keras lagi maka dia yakin kalau mereka bisa mengenai target dengan baik.

Sehabis itu Jennie kembali ke ruangannya, dia tidak mungkin mengajak Gracia berkeliling lebih jauh, baru sebentar saja dia sudah tahu Gracia ketakutan. Setibanya di ruangan, dia menurunkan Gracia dan membiarkan Gracia mutar-mutar di ruangannya.

Tok, tok, tok!

Ceklek!

"Je, apa kamu ke sini untuk membahas sesuatu?" tanya Joy yang merupakan wakilnya selama di sini.

Joy bisa tahu Jennie datang karena lampu di ruangan dia menyala, jadi setiap ruangan di sini lampu akan otomatis nyala kalau ada orang di ruangan itu, jika orang itu pergi maka lampu akan mati sendiri.

"Aku mau lihat latihan saja Kak, selain itu ada beberapa misi yang bisa kalian ambil," balas Jennie santai.

Jennie termasuk anak yang paling muda di sini, jadi dia memanggil mereka Kakak begitu juga mereka yang memanggil dia dengan nama saja tanpa embel-embel kecuali saat misi.

TBC

31. My Cute PuppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang