Part 12

484 23 5
                                    

Siapa yang tidak kenal Jennie? Semua rekan bisnis tahu Jennie, walau Jennie jarang ke kantor sekali pun. Apalagi di kantor dia kebanyakan anak muda, namun perusahaan dia bisa menyaingi perusahaan lain.

Walau begitu, Jennie tidak dibenci banyak orang. Dia tidak pernah main kekuasaan apalagi sombong, kecuali orang itu lebih dulu berurusan dengannya, itu urusan yang berbeda. Jika itu terjadi, seperti korban Jennie sebelumnya.

Jennie itu ibarat malaikat dan iblis di waktu bersamaan, malaikat yang baik, tidak sombong dan membantu yang membutuhkan, namun iblis yang kejam dan sadis saat berhadapan dengan musuh atau lawan yang berurusan dengannya.

Sehabis menikah, Jennie tidak meminta apa pun dari Gracia karena Gracia harus beristirahat sebelum besok dia memberi dia kejutan yang tidak akan pernah dia lupakan.

Biarlah pernikahan mereka ada pertengkaran di hari pertama mereka menikah, Jennie tidak keberatan toh Gracia memang harus tahu karena dia sudah jadi istri Jennie.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan Jennie, Gracia harus tahu. Termasuk baik atau buruknya Jennie, dia tidak mau Gracia tahu semua dari orang lain yang membuktikan tidak adanya rasa percaya dan keterbukaan satu sama lain.

Jika Gracia marah gara-gara keluarganya diperlakukan seperti itu sama dia, dia tidak masalah dan mengerti posisi Gracia sebagai seorang anak. Hari ini sehabis sarapan Jennie mengajak Gracia untuk ke markas, tentu saja Gracia berpakaian lengkap.

Dan tujuan Jennie mengajak Gracia, Gracia sendiri belum tahu. Jadi Gracia diam saja dan duduk anteng di samping kursi pengemudi, selama sejam di perjalanan barulah mereka tiba.

Gracia merasa familiar dengan tempat ini, apalagi tempat ini menakutkan namun dia mau tidak mau masuk ke dalam karena Jennie yang memintanya.

"Kamu kenapa?" tanya Jennie lembut.

"Tempat ini seram dan aku merasa familiar," balas Gracia jujur.

"Waktu itu aku pernah membawamu ke sini dan kamu ketakutan," kata Jennie mengingatkan Gracia.

Jennie menghela nafas, dia tahu reaksi ini akan terjadi apalagi Gracia sempat menolak untuk ke sini lagi. Mau tidak mau dia mengendong Gracia ala koala ke dalam, dia tidak mau banyak debat dengan Gracia yang berujung lama.

Gracia hanya pasrah, berontak juga masih kuatan Jennie. Setibanya di lapangan, Jennie menurunkan Gracia dan menyuruh Gracia melihat apa yang terjadi di lapangan.

Jujur saja Gracia kaget melihat ini, banyak pertanyaan dalam dirinya namun satu yang penting. Apa tujuan Jennie melakukan ini pada keluarganya? Walau keluarganya tidak sayang padanya, dia masih menganggap mereka keluarganya.

Jennie yang tahu perubahan Gracia, dia diam saja karena sejak awal dia sudah tahu kalau Gracia sangat baik berbeda dengan keluarganya apalagi dirinya.

"Tanyakan saja yang mau kamu tanyakan," kata Jennie menatap Gracia.

"Kenapa mereka begitu?" tanya Gracia lirih.

"Mereka pantas menerimanya, mereka membuat kamu menderita dan aku tidak bisa membiarkan seorang pun yang berurusan denganmu lepas gitu aja," balas Jennie serius.

Gracia menunduk, Jennie mendekati dan mengangkat dagu Gracia membuat tatapan mereka bertemu. Jennie tidak masalah kalau Gracia marah padanya, bahkan dia bebas melakukan apa pun padanya.

Tapi, Jennie tidak pernah membebaskan siapa pun yang pernah menyakiti Gracia. Menyakiti Gracia sama saja menyakiti dirinya, dia tidak suka orang yang dia sayang terluka begitu saja.

"Aku harap kamu ngerti, aku ke ruangan dulu. Kamu akan ditemani kak Joy," tutup Jennie lalu pergi.

Tidak lama setelah Jennie pergi, Joy menghampiri Gracia dan mengajak Gracia berkeliling. Joy tahu Gracia belum menerima keadaannya, namun dia tidak akan memaksa juga karena itu bukan urusan dia.

Sehabis berkeliling, Gracia minta diantarkan ke ruangan Jennie. Joy setuju saja, apalagi dia tahu kalau Jennie tidak terlalu sibuk dan mau diganggu asalkan orang terdekat dan tersayang saja.

Tok, tok, tok!

Ceklek!

Pintu terbuka dan Jennie melihat Joy sama Gracia masuk, dia membiarkan saja lagipula mereka berhak juga atas ruangan dia.

Joy yang sudah mengantarkan Gracia, dia memilih pergi dan memberikan waktu untuk keduanya bicara dari hati ke hati. Sehabis Joy pergi, Jennie menatap Gracia yang masih berdiri di dekat pintu masuk.

"Duduk Gre," suruh Jennie lembut.

"Apa ini alasan kamu ajak aku ke sini?" tanya Gracia diangguki Jennie.

"Ya, ini duniaku. Aku mau kamu tahu dariku sendiri, bukan dari orang lain. Kalau kamu menyesal, kita bisa pisah," balas Jennie mantap.

Bukan maksud Jennie untuk lari dari tanggung jawab, dia selalu bertanggung jawab namun kalau Gracia menginginkan pisah maka dia dengan berat hati merelakan pergi. 

"Sejak kapan mereka di sini?" tanya Gracia memastikan.

"Sejak aku tahu nama lengkapmu," balas Jennie jujur.

Jujur Gracia sangat bingung, di satu sisi dia tidak mau pisah dan kehilangan Jennie yang sangat sayang padanya melebihi keluarga dia sendiri.

Di sisi lain, Gracia tidak bisa melihat keluarganya menderita walau seburuk apa pun mereka. Soal pekerjaan, Gracia tidak masalah karena dia tahu ada alasan dibalik semua ini.

Begitu juga dengan mereka yang disiksa di sini karena mereka menyakiti Gracia, orang yang Jennie sayang dan cintai. Gracia pusing, walau Jennie mengizinkan dia marah atau parahnya berpisah namun dia tidak bisa.

"Makasih," kata Gracia tulus.

Jennie heran dengan kata makasih dari Gracia, Gracia tahu kalau Jennie tidak akan melepaskan mereka. Memohon pun, dia tahu Jennie tetap pada pendiriannya.

Gracia hanya bisa mengucapkan kata terima kasih dengan tulus, begitu banyak yang sudah Jennie lakukan untuknya. Dari merawat, menjaga, melindungi, memberi dia makan dan kasih sayang sampai cinta hingga pernikahan.

Semua itu sangat banyak untuk Gracia dan dia sendiri bingung mau membalas Jennie bagaimana, walau dia tahu Jennie melakukan semuanya dengan ikhlas. Bahkan Jennie menunjukkan semua ini sehabis mereka menikah, bukankah Jennie sangat baik?

Gracia tahu Jennie bingung, makanya dia menjelaskan semua. Dia tidak masalah Jennie menghukum keluarganya, tidak lupa dia mengucapkan kata terima kasih untuk semua yang Jennie lakukan untuknya.

Jennie tersenyum, dia senang melihat Gracia yang menerima semua keadaannya. Dia menyuruh Gracia untuk duduk dipangkuannya, Gracia mengangguk dan segera duduk.

Kali ini mereka bermesra-mesraan bersama di ruangan, sekaligus Gracia melihat apa saja yang Jennie lakukan selama ini. Walau dia takut, dia tidak bisa ngumpat saja karena pekerjaan Jennie pun pekerjaan dia.

Gracia akan membantu Jennie kalau Jennie kesulitan, apalagi dia istrinya sekarang. Saling membantu itu perlu dan kepercayaan serta keterbukaan yang Jennie lakukan, dia akan lakukan juga karena semua itu membuat mereka semakin erat dan sayang satu sama lain.

Setidaknya Jennie sudah lega, Gracia menerima dia apa adanya. Begitu juga Gracia yang dulunya diterima Jennie apa adanya. Bukankah semua ini adil? Tentu saja, mereka sangat senang dan bahagia.

Tamat

31. My Cute PuppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang