My turn

3.1K 12 0
                                    

Aku selalu canggung jika bertemu dengan mutual twitter. Apalagi Tari. Di DM aku sudah pernah ditease dengan foto kakinya, tengkuk yang bertato dan estengah badan dia pake dress kuning. Sekarang aku dapat melihat wujud aslinya, seperti mimpi! lebih dari ekspektasiku dan jujur aku minder saat itu. Siapalah Abi ini, bapak-bapak burik berusia kepala tiga.

Aku duduk di ujung tempat tidur yang menghadap tv. Di TV itu tari sudah memutar lagu santai yang asing ditelingaku. Hanya saja, itu lagu yang Tari putar relaxing untukku yang sedang berdebar. "Mau kopi atau teh Dad?" tanya Tari sambil memanaskan air diceret listrik. "Ga usah repot-repot, non" sanggahku. "Ya udah teh aja ya, kamu kan ga terlalu suka kopi". Wow, ia masih mengingat jika aku tidak bisa minum kopi, nice move. "Masih inget aja ih aku ga bisa kopi" Tari bales dengan ketawa kecil. "Ya iyalah".

Tari duduk di sebelahku sambil menyuguhkan teh hangat dan kamipun berbincang santai. Bermula dari bahasan kami pertama kenal dan aku yang cuek, lanjut ke kerjaan dia yang ternyata keputusannya tepat buat resign dari kantor yang collapse setelah Tari keluar, si mokondo yang sudah di antah berantah. Senyum bahagia tersirat dari wajahnya and I'm happy to see it. Sampai-sampai kita berdua sudah terbaring di kasur hotel yang empuk. Kamipun bertatapan. Mata indah Tari memalingkan dunia entah mengapa aku berucap "Ini mimpi ga sih Tari, kita ketemu disini?" sambil aku mengusap bibir tipis dan pipinya. [plak] bunyi tamparan kecil di pipiku. "Sakit non!" seruku. "Ya berarti ga mimpi lah Dad" jawab tari tertawa. Akupun ikut ketawa sambil menggelitik Tari.

Entah bagaimana aku lupa saat itu, tapi posisiku sudah berada di atas Tari dan seketika itu aku menurunkan wajahku ke wajahnya. Pelan, perlahan bibirku menyentuh bibir Tari. Mata indah Tari waktu itu memalingkan duniaku, Aku merasa bersalah, tapi ini kesempatan emas, kapan lagi aku bisa merealisasikan yang sering kuketik di DM dengannya. Malaikat dan iblis dalam diri ku seperti bertengkar. Kalau aku baca dari tatapannya, aku merasakan ada sesuatu disana. Padahal aku selalu mengingatkannya untuk dapat mengontrol perasaan agar tidak terbawa dengan hubungan ini. Karena aku tahu hubungan ini tidak akan bertahan lama. Tapi, semoga tebakanku salah kali ini. Karena aku merasakan sekali ada perasaan lebih disana.

Kecupan hangat itu berubah menjadi kecupan liar, basah. Nafas dan detak jantungku mulai tidak beraturan kembali, tanganku sudah mulai tidak bisa berdiam diri. Tangan ini mulai bergerilya ke sekujur tubuh Tari, dimulai dari bagian belakangnya yang bisa kujamah. Tangan ini menuntunku untuk menikmati lekukan tubuh Tari, memeluk tubuhnya, mendekapnya diiringi suara-suara basah dari bibir kami yang beradu. Aku ajak Tari untuk berada diatas, tidak, bibir ini masih tidak bisa lepas. Bibir ini masih menikmati kenyamanan ciuman penuh nafsu, sementara tangan ini, ia semakin liar. Dia sudah memasuki baju Tari melepas bra yang masih terkancing. seketika ciuman ini terhenti "Nakal!" tukas Tari. Tapi aku tidak menggubris ucapan Tari, aku malah melanjutkan apa yang tadi terhenti. Kedua tangan ini sudah masuk ke area sensitif Tari. Aku remas buah dadanya dan dia mengeluh "Ughhh, Daddy". Fuck! aku malah makin bergairah, bangsat! Pinggul tari bergoyang maju mundur diatas tubuhku, seiring dengan remasan kedua tanganku di dadanya, Taripun menggigit bibir bawahnya sendiri, what a POV down here!

Alih-alih membalas budi, Tari melepas kancing bajuku. Satu persatu dilepasnya. Aku pun bangun dan melepas jaket yang masih kupakai. Dalam posisi duduk, aku buka baju kantor ini dan Tari melepas kaos polos yang kukenakan. Dia menciumku lagi, kali ini kecupanya perlahan turun dari bibir, ke leher, dada, perut dan turun lagi ke daerah terlarang. Tari bersimpuh didepanku. Gigitan-gigtan kecil di area itu membuatku geli. "Daddy, ini udah keras banget" elus Tari di area itu. Celana ku sudah sempit sekali, tonjolan batang kenikmatan ku sudah tidak dapat disembunyikan. "Akhh, non.." aku hanya bisa mengeluh menikmati permainannya. Kali ini Tari membuka retseting celanaku dengan mulutnya dan membuka kancing celana dengan mulutnya juga! Terbukalah celana ku! Tari masih lanjut gigit-gigit nakal batangku diselingi dengan kecupan-kecupan dari bibirnya. Bercak basah terpampang dicelana dalamku, lumayan banyak. 

"Daddy, ini udah basah. Mau dimasukin ga?" tanya Tari nakal. "Ngga sekarang ya, nakal" jawabku. Aku pun bergegas bangun, celanaku jatuh dan kuangkat Tari berdiri. Aku cium lagi Tari, lidah ini menjamah seisi mulut Tari. Aku buka baju Tari beserta branya yang udah tak terkancing dan aku melanjutkan menciumi lagi sambil meremas buah dadanya, keisenganku berlanjut dengan memainkan putingnya yang sudah tegang. Tari sedikit gemetar ketika aku bermain di area putingnya. "Daddy, fuck me" pintanya. Ajakan yang biasaku baca di DM sekarang aku bisa merasakan suaranya dan visualnya, serasa versi 4D.

"Udah ga sabar ya sayang?" pertanyaan isengku keluar.

Sementara itu aku malah membalikkan badan Tari. Tari tersungkur di ranjang dan terbaring. Kaki Tari kukecup dari ujung jari kaki, betis, paha, kedua betisnya kutaruh di bahuku hingga sampai pada pusat sensitifnya. Aku tidak bisa membuka kancingnya pake mulut, jadi aku membuka celananya menggunakan tangan. Kami pun impas, hanya tinggal celana dalam yang tersisa. Aku buka kaki Tari, aku menyerang bagian selangkangannya. Bunyi tarikan nafasku terdengar, Aku suka sekali area ini dan ya approved wangi ini membuatku semakin terangsang! Tidak ingin berlama-lama, aku terpancing dengan wangi yang membuat libidoku berada diubun-ubun ini.

Dipinggir kasur ini aku menjilati vaginanya yang masih berbalut g-string. Tari meremas payudaranya sendiri. Seiring dengan jilatanku, Tari mengangkat pinggulnya dengan rintihan kenikmatan "Akkkhh, Daddy" . Gimana tidak terangsan aku mendengar dia respon seperti itu. Aku buka g-string nya perlahan dan mulai mejilat vagina Tari yang basah. Wangi khas vagina ini agak berbeda, mungkin karena tiap orang punya wangi khas masing-masing. Aku tidak peduli, ini wanginya enak! gas! aku jilati vaginanya dari bawah keatas. Sesampainya di atas aku bertemu dengan klitorisnya yang agak sedikit tegang dan hap! aku hisap "Slupprrhhh ..." bunyi ini mengiringi gerak Tari yang gelagapan. Paha Tari berhimpit dan kepalaku terjepit oleh pahanya. "Daddy pleaseeee" erangan Tari merintih.

Gw ga perduli dia mau menggelinjang seperti apa, aku masih berkutat dengan menjilat, mencium dan menghisap vaginanya. Lidahku menjulur masuk kedalamnya. "ughhhh, Daddy masukin lagi"

Kali ini aku memasukan jari tengahku kedalam vaginanya, mulutku menghisap setiap tetes cairan yang mulai keluar dari sana.

TariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang