Tak berdaya dengan multiorgasme, aku merebahkan badannya di ranjang.
"Cem, nanti cem, akhh ngilu"
Aku tidak diam saja dengan keadaan itu, memanfaatkan waktu yang ada. Aku menikmati miss v nya meskipun ia menolak karena ya seperti pada umumnya setelah orgasme badan akan semakin sensitif.
"Cem..cem..please...udah nanti dulu, aku ngilu banget"
Aku menghampirinya untuk memberikan rasa santai sejenak. Aku ciumi bibirnya dan berikan pelukan hangat, menjamah tubuhnya agar ia merasa nyaman dan tenang.
Tanganku meremas bagian belakang tubuhnya, pelan. Aku tempelkan batang penisku yang aku keluarkan dari boxerku tanpa melepasnya di miss v Tari agar iya bisa lagi menerima sentuhan kulit lain yang disambut keluhan Tari, "akhhh..." ucapnya lirih. Apakah ini pertanda kesiapan untuk melanjutkan? entah. Aku hanya mencoba membuatnya lebih santai.
Tanganku perlahan menuju pantatnya, kuremas perlahan, kuusap. Belahan pantatnya tak luput dari belaianku hingga aku seperti orang tak sabar dengan proses. Jariku ingin menjamah miss v tari lagi. Dari belakang pantatnya aku menjamah miss v nya, lembab namun tidak sebasah sebelumnya. Bukan sesuatu yang aku harapkan, lehernya menjadi sasaranku berikutnya. Bukan pecinta cupang, aku hanya menjilat dan mencium leher Tari. Miss v nya mulai basah kembali dan tidak ada penolakan kali ini. Aku lepas tanganku di miss v nya dan fokus pada payudaranya. Remasan dan jilatanku bertubi tubi pada dirinya. Aku tak tahan lagi untuk melakukan penetrasi!
Tari membalikkan badanya tanpa perintah, aku dapat keleluasaan menjamahnya dari belakang kali ini. Bak kucing yang sedang kawin, aku menindih Tari, menggesekkan batangku di pantatnya, meremas buah dadanya dan menggigit bahunya. Batangku kuarahkan masuk ke miss v nya, meskipun belum masuk aku seperti tidak sabar untuk menggoyang dirinya.
Pinggul Tari diangkat tanda ia sudah siap untuk penetrasi, aku melepas boxerku agar bisa leluasa menyetubuhinya. Tangan Tari sudah menyanggah tubuhnya, posisi doggy yang presisi. Langsung saja tanpa aba-aba aku memasukkan batangku di miss vnya yang sudah basah, "hmmmmm...ahhh...yes, pas daddy.." Tari merespon. "Ough...akhhhh... shhh, shit yess..." aku pun seperti tak mau kalah dengan Tari.
Sungguh aku ingin sekali meremas buah dadanya waktu itu. Aku mencoba sambil tetap menempatkan batangku di miss v nya, dah "Ahhhh, I love it. love you sayang..." racauku ke Tari yang memeluknya dan merasakan seperti memiliki Tari seutuhnya. Agak lama aku melakukan hal itu.
Tanganku kini menyanggah tubuhku dibelakang, pinggulku masih menggoyang tubuhnya. Aku merasakan cairan tubuhku berada diujung penisku "Akkhhhh...yess...akhhh..." batangku berdenyut berkali-kali diiringi semburan mani didalam vaginanya. Badanku kubusungkan kedepan agar aku bisa memeluk Tari dan aku rebahkan ke samping badan kami.
"Enak ga sayang?" tanya Tari.
"Perfect" sahutku
"Lagi yuk daddy, masih bisa kan yah?ini masih tegang kayaknya" Tari memegang batangku dan menggesek kepalanya dengan jarinya.
"Tari, ngiluuuu..." responku seraya mencoba melepaskan tanganya dari penisku.
"Ya gitu deh cem rasanya kalo habis crott, hihihi"
Badanku masih menggigil bergetar setelah orgasme.
"Aku haus dulu boleh ya non, cape banget kayaknya deh ah"
"Iya cem, aku mau bebersih dulu"
"Lha, katanya lanjut?" tanyaku heran
"iya bebersih aja cem, kalo mau lanjut ya hayu" katanya.
Aku hanya minum beberapa gelas teh yang sudah dibuat Tari dan aku mengikutinya ke kamar mandi. Tari sedang membersihkan vaginanya dengan air hangat. "eh, cem..." ucapnya sedikit kaget merasakan tanganku yang langsung saja membantu tangan Tari membersihkan vaginanya. "Jangan bersih-bersih banget non, nanti seret" candaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tari
RomanceDidepan pintu kamar hotel Tari, aku mengketuk pintu sedikit gemetar. Aku sapa "Tari, ini Abi" . "Daddy! masuk-masuk" suaranya agak sedikit berbisik. Tari waktu itu memakai celana ketat pendek mungkin hanya beberapa senti dan kaos putih oversize. Aku...